Artikel tentang User Experience (UX) ini ditulis oleh Qonita Shahab, peneliti UX yang pernah bekerja di bidang TI. Ketertarikannya akan musik dan fotografi membantunya dalam mendesain prototipe sistem interaktif. Sejak mulai melakukan penelitian di bidang teknologi persuasif, Qonita belajar banyak tentang psikologi sosial dan penggunaan komunal atas teknologi. Anda bisa follow akun Twitter-nya di @uxqonita.
Kemarin adalah World Usability Day, yang diperingati setiap hari Kamis kedua di bulan November. Menariknya, saya menemukan artikel Rama Mamuaya di Dailysocial tentang UI/UX yang sebetulnya membahas tentang Usability. Usability adalah kegunaan, bagaimana suatu produk bisa berguna, dan dapat dengan mudah (dan baik) dipergunakan. Lalu UI dan UX itu apa?
Sejak menulis tentang UX untuk Dailysocial, saya belum pernah dapat permintaan khusus atau pertanyaan tentang apakah yang menjadi masalah dalam bidang UX di kalangan tech-startup Indonesia. Sehingga, saya memulai dengan menulis perkenalan tentang UX untuk menjabarkan bahwa UX itu sangat luas, dan bisa diuraikan satu persatu bidang-bidang pendukungnya.
Di artikel tersebut, tidak cukup ruang untuk menekankan detail tiap bidang yang membentu UX. Oleh karena itu, saya menulis artikel lanjutan tentang siapa saja yang berpartisipasi dalam UX. Tidak perlu ada suatu kepusingan tentang pengembangan UX suatu produk, jika pihak-pihak yang berpartisipasi dalam UX sudah menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik.
Jadi, UX merupakan suatu definisi baru dari penggabungan banyak ilmu, di mana seseorang bisa menjadi seorang UX designer atau consultant, tapi pada implementasi di lapangan tetap membutuhkan pihak-pihak yang berpartisipasi dalam UX. Pihak-pihak itu salah satunya adalah UI (User Interface) Designer, yang bertanggung jawab mendesain komponen interaksi antara pengguna dan produk lewat graphics, sounds, scripts, dll.
Berdasarkan penjelajahan saya ke portfolio (rata-rata untuk produk situs web) para UI Designer Indonesia, saya lihat mereka sudah cukup memperhatikan Usability dari sebuah UI dalam desain mereka. Tidak perlu teori pun, saya yakin para UI Designer sudah belajar sendiri lewat keberadaan situs-situs yang terkenal Usability-nya.
Saya cukup optimis dengan perkembangan Usability di Indonesia, tapi kemarin ini saya baca artikel Rama yang menyatakan “Banyak yang mengira UI/UX adalah mengenai tampilan yang cantik, ilustrasi yang keren, gambar background yang indah, atau perpaduan warna yang pas.” Agak mengejutkan kalau hal itu yang memang terjadi.
Kutipan dari artikel tersebutlah yang menginspirasi saya menulis artikel ini. Yang disebut dalam kutipan tersebut adalah tanggung jawab Graphics Designer, yaitu membuat tampilan yang cantik. Seorang Graphics Designer tentu saja bisa merangkap sebagai UI Designer sebuah situs web, jika ia mampu mendesain sistem menu dan cara kerjanya (bagian mana yang bisa diklik, berubah warna, dll).
Selamat buat Rama yang sudah mampu mengangkat masalah Usability dalam bahasan yang sederhana. Usable = bisa digunakan, tentu saja suatu produk jangan mengandung error yang bisa membuat frustrasi pengguna. Consistent = menggunakan sistem interaksi (look and feel) yang sama. Tidak hanya tampilan saja, namun juga bagaimana satu bagian tampilan merujuk ke tampilan (menu, page) yang lain dengan alur yang sejenis. Subjective, karena memang interaksi pengguna dengan produk perlu disesuaikan dengan jenis penggunanya. Situs web untuk remaja lebih disukai yang tampilannya cute dan flashy, sementara situs web untuk manula lebih disukai yang kalem dengan font ukuran besar.
Usability merupakan tanggung jawab seorang UI/Interaction Designer, yang didukung oleh designer spesialis (graphics, sounds, dll) dan pengembang system (programmer, database administrator, dll). Setelah aspek-aspek Usability terpenuhi, barulah kita menggandeng bidang user research/marketing/communication, untuk mewujudkan UX (branding, mengubah perilaku pengguna, dll) yang diharapkan dari produk tersebut.
Selanjutnya, saya bisa tulis tentang Usability Testing. Saya tunggu komentar pembaca. Sebutkan komentar-komentar yang anda rasa bodoh pun (lewat Twitter juga bisa). Saya ingin terinspirasi untuk menulis artikel seperti ini!
Saya sangat bersemangat tentang bahasan UX ini.
Kalo boleh usul, minta tolong bahas UX yang direkomendasikan untuk keperluan web apps yang banyak interaksinya dan juga untuk website biasa (corporate website) yang sifatnya hanya menjelaskan konten dengan interaksi sederhana. Kalo memang itu ada perbedaannya loh.
Thanks ya!
Tentu saja website dgn konten statis beda UX-nya dgn website yg konten-nya interaktif. Nanti akan saya bahas dalam artikel ttg arsitektur informasi.