Di Surabaya, ada satu perempatan antara Jalan Diponegoro dan Jalan Dr. Sutomo yang hampir setiap harinya selalu terjadi kecelakaan. Penyebabnya sering kali adalah pengguna jalan yang melanggar lampu lalu lintas.
Yang melanggar ini jelas tidak sayang nyawa, tapi yang dirugikan justru adalah ‘lawan’ tabrakannya yang sebenarnya sudah taat peraturan. Mengubah tabiat buruk pengguna jalan memang sulit, akan tetapi teknologi setidaknya bisa membantu mengurangi angka kecelakaan di perempatan jalan, seperti yang baru-baru ini didemonstrasikan oleh Honda.
Di kota Marysville di Amerika Serikat, Honda memasang sejumlah kamera di atas empat lampu lalu lintas pada suatu perempatan jalan. Fungsi dari kamera-kamera tersebut adalah menjadi ‘mata’ dan ‘telinga’ tambahan bagi pengguna jalan.
Honda sengaja memilih perempatan jalan yang sekitarnya dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi, yang kerap menyulitkan pengguna jalan untuk melihat kendaraan dari arah lain. Kebetulan juga pejalan kaki di area itu cukup banyak, menjadikannya semakin ideal untuk dijadikan lokasi uji coba teknologi yang Honda sebut dengan istilah “Smart Intersection” ini.
Kamera-kamera tadi mengirimkan informasi ke unit HUD (heads-up display) yang terpasang pada mobil pengujian. Informasinya berupa simbol peringatan untuk tiga macam skenario: ada pejalan kaki yang sedang menyeberang, ada kendaraan darurat (ambulans, mobil pemadam kebakaran, dll) dari arah lain, dan ada kendaraan yang melanggar lampu merah.
Peringatan visual itu juga dibarengi peringatan dalam bentuk audio. Jadi pada skenario yang pertama misalnya, sebelum pengemudi membelok, sistem akan memperingatkan terlebih dulu ketika ada pejalan kaki yang menyeberang di arah tujuannya.
Untuk skenario yang kedua dan ketiga, pemilik mobil akan diingatkan ketika ada kendaraan darurat atau pengemudi tidak sayang nyawa yang sedang melintas dari arah lain dalam kecepatan tinggi sekaligus melanggar lampu merah demi tiba di tujuannya lebih cepat. Sistem ini diklaim bisa mendeteksi keberadaan kendaraan-kendaraan itu dari jarak sejauh 100 meter.
Pada akhirnya, pemilik mobil bisa mengantisipasi skenario-skenario tadi dengan lebih sigap. Sistem semacam ini tentunya juga akan sangat ideal buat mobil kemudi otomatis yang benar-benar mengandalkan data untuk bisa bekerja dengan baik.
Untuk sekarang, kendala dari sistem ini adalah ongkos produksi unit HUD yang masih mahal, akan tetapi ini pasti bakal teratasi ketika produksi massal sudah diterapkan. Di samping itu, tentu saja juga harus ada persetujuan dari pemerintah daerah yang tertarik mengimplementasikan teknologi ini.
Honda sejauh ini belum punya rencana apa-apa terkait implementasinya. Namun mereka bilang bahwa teknologinya dapat disesuaikan guna mengakomodasi kota yang lebih besar dan yang lalu lintasnya lebih padat. Semoga saja Bu Risma tertarik dan Surabaya bisa menjadi lokasi pengujian selanjutnya.
Sumber: Motor Trend dan Honda.