Sedikit update yang disampaikan oleh pengelola Lapar.com bahwa saat ini Lapar.com telah memperbarui tampilannya. Secara umum tampilannya dibandingkan yang sebelumnya lebih bersih dan segar, meskipun ya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan tampilan situs daily deals atau group purchase lain pada umumnya. Dulu situsnya didominasi oleh warna-warna mencolok, terutama di bagian header, sementara sekarang warna cerah dan lembut lebih mendominasi.
Update berikutnya adalah keinginan Lapar.com mengakomodasi orang-orang yang ingin mencobai beli kupon dengan lapar.com tapi belum memiliki rekening (ataupun layanan Internet Banking). Lapar.com mulai menjual voucher offline isi ulang untuk melakukan topup. Ya serupa seperti kartu prabayar lainnya, Lapar.com mensyaratkan nominal yang dibeli secara offline adalah Rp. 50 ribu dan sudah tersedia di 10 titik di Jakarta dan Bandung. Daftar lengkapnya bisa Anda lihat di sini, di mana Lapar.com bekerja sama dengan Platinum, Raja Rasa, Rasa Sunda dan Pagoda untuk distribusinya.
Buat saya sendiri, Lapar.com itu unik. Di tengah persaingan dua raksasa Groupon Disdus dan DealKeren, Lapar.com yang mulai berdiri sekitar bulan Desember 2010 mampu bertahan dengan segmentasi promosi makanan dan mendapatkan penggemar niche. Model partnership-nya pun bagus, spesifik ke suatu makanan tertentu dengan diskon yang cukup tinggi. Rata-rata diskon yang saya lihat mencapai lebih dari 50%, meskipun secara nominal nilainya secara umum tidak pernah melebihi angka psikologis Rp. 100 ribu.
Tidak lupa pula Lapar.com terus berinovasi dengan pembayaran via KlikBCA dan ekspansi partner ke Surabaya. Saya harap (dan cukup yakin) bahwa Lapar.com ini bisa bertahan secara bisnis dalam jangka waktu lama dan tidak hanya muncul karena trend. “Groupon-clone” mungkin memang suatu trend dan suatu saat bakal merontokkan startups yang ikut-ikutan saja.
Salah satu buktinya, dulu kita sempat “mengeluh” karena hampir tiap hari beritanya tentang situs seperti ini terus. Ternyata, setelah Disdus dibeli Groupon, kemunculan situs semacam ini mereda. Hanya DetikDeal dan Maiplay yang diluncurkan pasca akuisisi tersebut. Niscaya dail deals yang memiliki business model yang jelas (dan manajemen yang bagus) saja yang menurut saya bakal bertahan. Bagaimana menurut Anda?
wah… ide bagus tu…
Jd ada outlet offlen_nya y…
Bener2 ide bagus… Q jd kepikiran wat nitip outlet sm warung orang… ckckckckckck…
Pengen bikin deal2_an kek gitu, tp barang elektronik, bs g ya…. ffffff…
Moga terwujud >.<