Dark
Light

Platform Jual Beli Emas Berbasis Syariah “Tamasia” Resmi Meluncur

1 min read
October 12, 2017
(ki-ka) Co-Founder dan CEO Tamasia Muhammad Assad, Wanda Hamidah, dan perwakilan dari Antam / DailySocial

Platform jual beli emas berbasis syariah Tamasia resmi meluncur ke publik pada Rabu, (11/10), sekaligus mengumumkan kerja sama strategis dengan Antam sebagai penyuplai emas.

Tamasia memberikan fasilitas kepada pelanggan untuk jual beli, titip, dan simpan emas yang dijalankan berdasarkan sistem syariah. Platform ini menawarkan pembelian emas mulai dari 1 gram hingga 1 kilogram, dengan tenor cicilan mulai dari 3 bulan sampai 24 bulan.

Dengan menjalankan bisnis berdasarkan Fatwa DSN MUI No.77 Tahun 2010, pembelian emas dilakukan secara transparan, tanpa uang muka, dan tidak ada penalti. Jika tidak mampu menyelesaikan cicilan, pengguna akan menerima uangnya kembali setelah dikurangi biaya admin dan margin.

Setiap pembelian emas akan disimpan dan diasuransikan dalam safe deposit milik Antam sebagai mitra korporat Tamasia. Emas juga dapat dikirim ke alamat pelanggan.

Terkait pemberlakuan pajak PPh Pasal 22 yang baru diberlakukan pemerintah, setiap transaksi sudah termasuk harga pajak, apabila pengguna mencantumkan NPWP. Bila belum, maka akan mendapat tambahan pajak sebesar 0,45%.

“Visi kami adalah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berinvestasi emas untuk masa depan. Harga emas tiap tahun selalu naik dan merupakan instrumen jangka panjang yang rentan dari inflasi. Untuk target market-nya, kami menyasar kelompok menengah ke bawah dan milenial,” terang Co-Founder dan CEO Tamasia Muhammad Assad.

Assad melanjutkan, dengan berbagai kelebihan yang dimiliki Tamasia di atas menjadi nilai jual yang baik untuk berkompetisi di pasar. Beberapa perusahaan yang menyediakan layanan serupa di antaranya Bukalapak dengan BukaEmas dan Orori dengan E-mas.

“Kami sudah memiliki aplikasi untuk jual beli emas, menganut prinsip syariah, dan memiliki reseller untuk perpanjangan channel penjualan. Kami rasa ketiga unsur tersebut dapat menarik minat pengguna baru.”

Strategi monetisasi dan rencana ke depannya

Untuk monetisasinya, dalam model bisnis Tamasia salah satunya menggunakan jasa reseller sebagai perpanjangan distribusinya. Untuk menjadi reseller, mereka diharuskan membayar biaya registrasi sebesar Rp99.000.

Dengan biaya tersebut, reseller akan mendapat manfaat seperti aplikasi khusus untuk berbisnis, keuntungan bagi hasil yang menarik, pelatihan, serta materi branding jika memiliki toko offline. Di luar itu, Tamasia juga mengandalkan dari hasil penjualan emas yang sudah ditambah dengan keuntungan.

“Dari awal kami bangun Tamasia, tidak ingin bakar uang. Kami ambil untung dari hasil penjualan emas yang sudah ditambahkan dari harga yang kami dapat dari Antam. Semakin besar penjualan maka pendapatan juga akan makin besar. Setelah itu, program reseller juga menjadi channel monetisasi Tamasia.”

Assad mengungkapkan dalam dua bulan mendatang, yang berbarengan dengan grand launching Tamasia, pihaknya berencana akan meluncurkan tambahan fitur “beli suka-suka”. Pengguna dapat membeli emas dengan berapapun uang yang mereka miliki.

Tak hanya itu, perusahaan juga akan mengumumkan tambahan kemitraan strategis dan perolehan pendanaan eksternal perdana dari investor. Assad mengaku Tamasia masih menggunakan dana sendiri sejak pertama kali didirikan pada Maret 2017.

“Rencananya kami akan grand launching Tamasia pada Desember mendatang. Bersamaan dengan itu, kami akan luncurkan fitur baru, penambahan mitra strategis, dan pendanaan eksternal perdana,” pungkas Assad.

Application Information Will Show Up Here
Previous Story

Pemkab Banyuwangi Bermitra dengan GO-JEK, Dimulai dari Program Pengantaran Obat

Next Story

[Review] Omen by HP ‘Hurricane’ 880-015d, Tawarkan Aspek Termanis Dari PC Desktop Gaming

Latest from Blog

nubia V60 Design Hadir di Indonesia

ZTE Mobile Devices Indonesia secara resmi memperkenalkan smartphone terbarunya, nubia V60 Design di Indonesia. Smartphone ini dirancang dengan menghadirkan estetika dan teknologi,

Don't Miss

Lebih Parah dari Kasus Doni Salmanan, Inilah 7 Kasus Penipuan Terbesar di Industri Teknologi

Startup selalu berusaha mencari cara untuk mendisrupsi status quo menggunakan
Startup fintech payment gateway Xendit merambah sektor perbankan dengan mendirikan PT Bank Perkreditan Rakyat Xen (BPR Xen) yang berlokasi di Depok

Xendit Rambah Perbankan, Dirikan Bank Perkreditan Rakyat Xen

Ekspansi bisnis startup unicorn di sektor fintech, Xendit, kini sudah