Dark
Light

Pakai Ini Dong, Startup Buatan Indonesia!

1 min read
April 5, 2011

Sering sekali saya mendengar banyak orang yang berkata seperti itu ke saya, dengan harapan saya akan beralih ke produk-produk buatan lokal yang katanya membuat saya menjadi “nasionalis”. Kalau ada produk buatan lokal, kenapa musti pakai produk buatan luar? Saya menolak dengan keras pendapat itu, dan menurut saya hal ini tidak ada hubungannya dengan nasionalisme.

Tentu saja, saya punya alasan yang kuat kenapa saya gunakan produk luar daripada produk lokal.ย Untuk saya pribadi, produk lokal maupun produk luar tidak ada bedanya. Saya tidak akan memilih untuk menggunakan sebuah produk berdasarkan negara mana yang membuatnya, untuk saya hal tersebut konyol, pointless dan sama sekali tidak membangun.

Lalu, kenapa saya memilih untuk menggunakan layanan PandaForm daripada layanan serupa yang buatan dalam negeri? Kenapa saya gunakan platform WordPress daripada blogging platform buatan lokal? Kenapa saya pakai Facebook dan Twitter, bukan jejaring sosial buatan dalam negeri? Sederhana saja, karena layanan-layanan tersebut memenuhi kebutuhan saya dan di banyak hal jauh lebih baik daripada layanan buatan dalam negeri.

Kalau saja saya memilih untuk menggunakan layanan lokal semata-mata karena alasan “made in Indonesia” menurut saya hal tersebut justru menurunkan standard kualitas dari startup Indonesia. Saya menggunakan sebuah layanan karena memang layanan tersebut keren, dan kalau tidak keren ya sebaiknya diperbaiki agar berkualitas tinggi layaknya layanan buatan luar.

Saya menggunakan layanan seperti Bhinneka, Kartunama, Koprol dan beberapa layanan lainnya yang menurut saya bisa layak digunakan. Bahkan beberapa waktu lalu saya sempat mengkritik eEvent (layanan lokal) karena sulit sekali digunakan dan waktu itu saya-pun memilih untuk menggunakan Amiando, layanan serupa buatan luar. Namun saat ini eEvent sudah berbenah dan saya-pun kembali memilih untuk menggunakan eEvent karena layanannya jauh lebih baik daripada Amiando. Hal seperti ini yang menurut saya menjadikan layanan-layanan lokal menjadi berkualitas, bukan hanya menggunakan “nasionalisme” untuk berjualan namun menjadi sebuah layanan global berkualitas internasional.

Beberapa orang memang protes ke saya, karena saya minim sekali menggunakan layanan lokal. Apakah segitu jeleknya? Tidak juga, tapi kebanyakan dari mereka masih harus banyak berbenah. Dan saya sebagai pengguna-pun terus mensupport layanan lokal dengan memberikan feedback supaya mereka bisa berbenah, seperti yang saya lakukan ke eEvent.

Dan saya pikir, sudah seharusnya startup Indonesia tidak diperlakukan secara spesial dengan dalih “nasionalisme”. Sudah saatnya startup Indonesia kita support dengan memberikan feedback untuk mereka terus improve dan menjadi startup Indonesia berstandard internasional dan mampu bersaing dengan layanan-layanan lain buatan luar negeri.

Gimana, apakah anda setuju? Atau masih ingin berjualan nasionalisme?

Rama Mamuaya

Founder, CEO, Writer, Admin, Designer, Coder, Webmaster, Sales, Business Development and Head Janitor of DailySocial.net.

Contact me : [email protected]

30 Comments

  1. Setuju banget sama bung Rama. Saya menggunakan produk bukan berdasarkan negara mana yang bikin, tapi lebih ke usefulness-nya ๐Ÿ˜‰

  2. Makanya bingung juga dengan iklan “cintailah produk-produk Indonesia”. Gimana gak milih produk luar kalau kebutuhan kita (termasuk kualitas) kurang terpenuhi dengan produk lokal. Lagipula, kalau berkualitas, tanpa promosi seperti itu pun, aplikasi/produk lokal pasti akan banyak digunakan.

  3. Setuju! Sejak bulan kemaren make Amplop.in karena ya memang dia yang sesuai sama kebutuhan saya, layanan sejenis lain (lokal ataupun luar) blom ada yang cocok. Hidup kualitas ๐Ÿ™‚

  4. Bener sekali. Selama ini saya pakai service dari luar karena pelayanannya bagus, uptime bagus, interface bagus dan harga juga gak mahal-mahal amat.

    Kenapa gak pake layanan lokal? Yang paling utama, karena interface yang amburadul. Liatnya aja males…

  5. layanan lokal harus setting the bar setara luar punya. Jangan cuman jualan nasionalisme. Malah ada bbrp yg lebih bagus dari luar punya kok. Eevent salah satunya ๐Ÿ™‚

  6. Sy dulu pake Koprol, lalu berhenti karena.. diakuisisi Yahoo.. eh bukan deng… berhenti karena memang ga suka aja. Sy sudah lupa kapan terakhir login ke Koprol. Koprol ga punya fitur yg membuat saya ingin untuk sering2 login.
    Ini hanya satu kasus yg sepertnya mewakili beberapa layanan lain.

    Etapi klo soal bola, sy tetep nasionalis.
    Biar sejago apa timnas Spanyol dan seancur apa #timnaslokal, sy tetep dukung #timnaslokal. haha..

  7. Hey mas, maaf sebelumnya, aku akan mengomentari postin ini pakai bahasa inggris, biar nggak ada miskom ๐Ÿ™‚

    Nah, what you’re saying is pretty relevant and reminds me of the rumor about Indonesian theaters not showing foreign movies anymore. That would have been a disaster, not because Indonesian made movie are all bad, but because of the sheer number of bad ghost ripoff movies with titles such as “Gigitan Maut Pocong Bekicot Berduri” that clutter the market.

    When it comes to IT, the situation is pretty similar. If you take a look at the mobile market, you’ll find very clever products, correctly placed in their market (e.g. Nexian cellphones) among a cartload up of other badly branded products.

    The market has this bad habit of balancing itself on longer term, and it doesn’t know ‘nice’ or ‘moral’. It would be nice indeed to support the local IT industry by buying local products, but the reality of the market makes it necessary for brands to develop good products with an equally good positioning in the first place.

  8. I use Movreak for local movie & showtime guide. Not only because it’s a Indonesian made & awesome product, there’s no similar foreign app :)) #bukancommentiklan

  9. Setuju 1000% dengan artikel ini. Internet justru mendobrak batasan geografis. IMHO, pola pikir “harus pakai produk Indonesia” harus dirubah di masa sekarang ini. Dengan adanya internet, mau nggak mau Indonesia harus bersaing dengan seluruh dunia. Mengharuskan pakai produk Indonesia justru tidak mendidik produsen dalam negeri untuk bersaing.

    BTW, ini berlaku juga untuk startup entrepreneur. Entrepreneur Indonesia nggak harus bikin produk yang target ke pasar Indonesia saja.

  10. Setuju. Untuk berkompetisi dengan produk lain, kita tidak bisa berlindung atas nama nasionalisme. Feedbacknya dong bro untuk produk Better-B. :))

  11. SETUJU BANGET, Mas Rama Mamuaya !!!!
    Gw juga kalo sindikasi berita teknologi luar dari Techcrunch,, bukan Dailysocial !

  12. Mas Rama begitu semangat menulis judulnya hehe. Jujur saya setuju dengan apa yang diutarakan mas rama. Karena beberapa kualitas aplikasi web di Indonesia (startup) belum memadai jadi ya pake yg lain deh ๐Ÿ™‚

  13. Kalau kata saya kebanyakan Startup Lokal pakai bahasa Indonesia, bukan Bahasa Inggris, bahkan campur-campur. Jelas saja perkembangannya tersendat dan orang luar otomatis tidak bisa menggunakannya dengan mudah.

  14. Setuju ah sama yang ini. Bukan maksud mendiskreditkan atau bukan juga sensi. Daily social seharusnya juga bertanggung jawab atas fenomena ini.

    Daily social yang slogannya Indoensian tech-statup media, seharusnya laebih banyak memblow-up yang benar2 startup indonesia agar feedback yang mereka dapatkan nantinya lebih membuat mereka semakin berbenah.

    Lah sekarang, DS isinya tentang startup luar semua, atau yang sudah bukan termasuk kategori stratup lagi malah di blow terus. capee deh …

  15. Hmm..
    Untuk hal seperti ini kayanya kita perlu mencontoh jepang deh. ๐Ÿ™‚
    mereka loyal terhadap negaranya, mereka punya jejaring sosial sendiri, dan mereka lebih menyenangi untuk memakai produk sendiri.
    hasilnya ya produsen disana maju karena support dari masyarakat besar.

    timbal balik dah.
    konsumen memakai produk lokal -> produsen lokal berkembang -> produk lokal bertambah baik -> konsumen pakai lagi produk lokal.

    sekarang tinggal dukungannya. mana mungkin kan ya produsen lokal disuruh buat produk sekelas “produk luar” yang sudah kelas dunia kalo ga punya modal. ๐Ÿ™‚

  16. Memang kalau kita lihat pasar domestik di Jepang dan China, yang merajai adalah startup lokal mereka. Tapi saya rasa sebabnya bukan terutama karena rakyatnya cinta produk lokal, tapi karena startup lokal di negara itu menjawab kebutuhan market negara itu. Bahasa dan alfabet yang digunakan di negara2 tersebut menjadi barrier bagi produk dari negara lain untuk masuk. Market lokal juga lebih condong untuk memakai produk yang berbahasa lokal. Selain itu banyak produk seperti Facebook, Google, yang diblok di China.

    Ini berbeda dengan poin yang ditulis Rama di artikel, yaitu pilih produk berdasarkan kualitas, bukan negara asal. Pengguna Internet Indonesia banyak yang bisa berbahasa Inggris dan market Indonesia juga terbuka luas untuk produk asing masuk. Karena itu persaingan benar2 bebas dan startup Indonesia juga harus bisa bersaing dengan produk luar.

  17. Arti Nasionalisme adalah:

    “cintailah bangsa-mu sendiri, berkembanglah bersama bangsa-mu sendiri
    dan saling berkorbanlah demi bangsamu sendiri… Biarpun seburuk /
    secacat / sebodoh apapun rakyatnya sekarang… seiring dengan waktu hal
    itu akan membaik dan pada akhirnya kita bersama bisa sejajar dengan
    bangsa lain… Punya taring….”

    (Cieeh.. Gw dah kayak pak karno aja neh..)..

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Use This Instead, it’s a Local Startup!

Next Story

Menilik Strategi Promosi dan Monetisasi SixReps.com

Latest from Blog

nubia V60 Design Hadir di Indonesia

ZTE Mobile Devices Indonesia secara resmi memperkenalkan smartphone terbarunya, nubia V60 Design di Indonesia. Smartphone ini dirancang dengan menghadirkan estetika dan teknologi,