Sebelumnya kami menuliskan analisis terkait hasil riset penetrasi dan tren startup fintech yang akan semakin menggeliat di tahun ini. Di lain sisi, tren baru “cashless society” mulai menjadi perhatian masyarakat, khususnya di kalangan millenials sebagai kelompok paling produktif, konsumtif, sekaligus menjadi unjung tombak dari digital adopter. Dua hal tersebut menjadi sebuah korelasi, antara kemapanan bisnis dan terbentuknya calon konsumen layanan finansial digital.
Fintech akan membawa sebuah perubahan pola dalam transaksi keuangan, dari cara konvensional menuju cara digital. Kebiasaan masyarakat untuk menggunakan digital cash menjadi awal yang baik dalam adopsi fintech. Berbicara seputar adopsi digital cash di kalangan millennial Indonesia, hasil survei yang dilakukan JakPat terhadap 689 sampel dari seluruh wilayah Indonesia mengemukakan bahwa 63% dari responden saat ini sudah menggenggam platform pembayaran digital.
Dari beberapa platform yang digunakan, layanan e-money berada di urutan pertama, dengan persentase 44%, disusul layanan Flazz, T-Cash, Go-Pay, Rekening Ponsel dan LINE Pay. Dari peruntukannya, layanan pembayaran digital banyak digunakan untuk tujuan spesifik. Mayoritas menggunakan untuk pembayaran transportasi dan belanja online. Kebutuhan harian lain seperti untuk membayar pintu masuk tol, parkir, hingga isi ulang pulsa turut mematangkan niat para pengguna untuk memanfaatkan layanan pembayaran digital.
Sebelumnya dalam riset DailySocial tentang masa depan digital payment di Indonesia juga telah ditunjukkan beberapa indikasi yang meyakinkan pengguna akan beralih ke layanan modern tersebut. Sebanyak 52,49% dari 1028 responden survei menyatakan bahwa siap untuk beralih ke layanan pembayaran digital di waktu mendatang. Bagi mereka yang menjadi pertimbangan terbesar adalah kemudahan dalam penggunaan, dan keyakinan akan sistem keamanan yang kini ditawarkan oleh penyedia layanan.
Hasil tersebut tak jauh berbeda dengan temuan JakPat di awal tahun 2017 ini, persentase yang hampir mirip juga didapatkan terkait dengan keinginan masyarakat untuk memiliki layanan pembayaran digital. Alasannya pun juga sama, demi kemudahan dan banyaknya promo yang kini ditawarkan melalui sistem pembayaran digital. Dari perencanaan responden, paling banyak ingin menggunakan e-money, disusul layanan pembayaran digital ala T-Cash.
Ekspektasi masyarakat terhadap layanan pembayaran digital
Di balik kemudahan yang diberikan, ada hal lain yang menguatkan minat masyarakat untuk mengadopsi layanan pembayaran digital. Masih dari hasil survei JakPat, sebanyak 80% responden antusias dengan adanya promo yang dihadirkan oleh penyedia layanan pembayaran digital. Promo yang diharapkan berupa diskon, insentif produk, undian hadiah dan bonus top-up.
Dari sisi penggunaan pun mengharapkan akan lebih banyak lagi layanan yang menerima pembayaran digital. Sementara saat ini pembayaran masih terbatas untuk beberapa merchant dan layanan khusus, ke depan berbagai tempat seperti kantin, stasiun, toko baju, hingga toko obat menerima pembayaran digital tersebut.
Fakta menarik lainnya terkait dengan kepemilikan layanan pembayaran digital. Sebanyak 32% dari responden mengaku sudah cukup dengan layanan yang kini digunakan, sehingga enggan untuk mencoba layanan lain. Selain itu karena pengguna merasa masih jarang menemui tempat atau layanan yang menerima pembayaran dengan layanan digital tersebut.
Ini sekaligus menjadi PR bagi para pebisnis yang berkepentingan di dalamnya, selain mematangkan sistem yang dimiliki, juga harus segera melakukan ekspansi dari sisi jangkauan penerima pembayaran.