Di tengah-tengah evolusi permainan shooter yang semakin mainstream, Doom menyegarkan kembali genre ini melalui kombinasi formula klasik bertempo cepat, kesederhanaan gameplay dan teknologi modern. Doom baru ini sangat unik karena ia merupakan reboot buat menggaet para pemain baru, sekaligus berperan sebagai sekuel seri terdahulu bagi para fans beratnya.
Jalan cerita Doom diramu agar simpel, bisa segera dipahami oleh mereka yang belum pernah mencicipi game selumnya: karakter Anda terbangun di atas altar ritual, tepat saat terjadinya serangan iblis-iblis neraka terhadap fasilitas riset UAC di planet Mars. Tugas Anda adalah menghentikan invasi tersebut. Bagi veteran Doom sendiri, tidak sulit menebak siapa sang karakter utama dan alasan mengapa ia berada di sana (teori umumnya terkait perjalanan waktu).
Doom ialah game pertama bertenaga engine id Tech 6, dan hasilnya dapat Anda segera lihat dari aspek visual yang berkualitas tinggi. Mode singleplayer Doom saya nikmati di notebook gaming MSI GS40 6QE Phantom, dan di setting default, permainan menyajikan grafis cantik dengan frame rate tinggi serta stabil – tidak pernah turun dari 50. Tentu saja tema horor dan invasi neraka turut memengaruhi visual, jadi terlihat gelap dan suram.
Untuk bisa menikmati Doom secara maksimal, saya menyarankan agar Anda tidak menanggapi permainan dengan terlalu serius, dan game tidak diperuntukkan bagi mereka yang masih di bawah umur. Doom sedikit berbeda dari FPS lain, menuntut Anda berpikir cepat dan mengeksekusi serangan secara akurat. Bermain di ultra-violance, tingkat kesulitan ini sedikit di luar ekspektasi saya: serangan Imp, salah satu musuh paling lemah, ternyata sangat berbahaya, lalu Hell Knight merupakan lawan mengerikan di tempat-tempat sempit.
Bukan cuma itu, musuh-musuh yang bergerak lambat seperti The Possessed sama sekali tidak bisa diremehkan, menjadi jebakan mematikan seandainya Anda lengah. Tipsnya ialah Anda harus selalu bergerak, mencari power-up tersembunyi, memanfaatkan benda-benda di dekat lawan (misalnya tong berisi peledak) dan menyimak suara-suara dengan seksama: Anda akan mendengar suara raungan zombie ketika mereka bergerak mendekat.
Di tingkatan ultra-violance, musuh lebih kuat dan persediaan amunisi lebih sedikit, memaksa Anda untuk mengalahkan mereka dengan lebih efisien dan melakukan upgrade pada persenjataan serta armor Praetor Suit secara tepat.
Dan di sanalah pentingnya peran sistem melee. Setelah terkena hantaman peluru, lawan akan terhuyung-huyung (ditandai highlight berwarna biru atau oranye), mengindikasikan mereka rentan pada serangan jarak dekat. Anda tinggal tekan tombol F, dan sang Doom Slayer segera ‘menghabisi’ musuh dengan gerakan-gerakan fantastis. Salah satu keunikan yang saya temukan dalam Doom adalah, seperti pendahulunya, tidak ada fungsi reload senjata.
Galeri screenshot Doom bisa Anda lihat di bawah. Karena permainan memaksa saya untuk terus bergerak dan menembak, mengambil screenshot di tengah pertempuran sangatlah sulit.
Game Playlist adalah artikel gaming kolaborasi MSI dengan DailySocial.
Game dimainkan dari unit notebook MSI GS40 6QE Phantom, ditenagai prosesor Intel Core i7-6700HQ, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970M, RAM 16GB, serta penyimpanan berbasis SSD 128GB dan HDD 1TB.