Tak peduli sudah belasan tahun menggeluti dunia game, selalu saja ada ide-ide baru tercurahkan dalam karya-karya digital tersebut, dan game seperti Child of Light inilah yang membuat saya selalu jatuh hati pada gaming.
Apa itu Child of Light? Jawabannya tidak kalah mencengangkan: game JRPG yang diujungtombaki creative director pembuat Far Cry 3.
Betul sekali pembaca Trenologi yang terhormat, Anda tidak salah baca. Game petualangan fantasi side-scrolling ini dibuat oleh studio berbasis Kanada di bawah kendali publisher asal Prancis, dengan formula role-playing khas Jepang. Dan sebelum membaca lebih jauh, Anda sebaiknya menyaksikan trailer-nya lebih dulu untuk mengerti mengapa permainan ini sangat spesial.
Dari video di atas kita diberikan sebuah gambaran bahwa Child of Light adalah game yang sangat indah. Ubisoft menjelaskan bahwa seluruh aset game dibuat dari gambaran tangan dua dimensi, termasuk karakter, special effect hingga dunia yang melatarbelakanginya. Hal terunik dari semua ini adalah dua otak di belakang Child of Light.
Setelah sukses meracik Far Cry 3 tahun lalu, sang creative director Patrick Plourde berkolaborasi dengan lead writer Jeffrey Yohalem dan memutuskan untuk mengerjakan sebuah proyek yang benar-benar baru. Tidak ada lagi karakter-karakter berbahasa Indonesia tanggung, dan tidak ada lagi Komodo yang terbunuh. Untuk mengembangkan Child of Light, mereka berdua membuat sebuah dunia fantasi baru bernama Lemuria.
Menurut press release dari Ubisoft, game ini mengisahkan petualangan seorang putri kecil berambut merah, Aurora, yang jiwanya dibawa ke kerajaan Lemuria (saat ini saya belum memiliki gambaran apapun tentang bagaimana ‘jiwa’ Aurora dibawa ke sana). Ia harus mengembalikan tiga sumber cahaya dunia yang telah dicuri sang Ratu Hitam – Mentari, Bulan dan Bintang – mengalahkannya, serta mengembalikan Lemuria ke keadaan semula.
Sama seperti game baru lain yang diperkenalkan Ubisoft – Valiant Hearts – Rayman Origins dan Rayman Legends, Child of Light dibuat dengan platform UbiArt Frameworks. Engine ini memungkinkan mereka membuat game yang cantik dengan jumlah tim developer yang terbatas. Child of Light sendiri dibuat oleh tim berisikan 36 orang.
Child of Light memberikan Anda gameplay yang cukup sederhana dan mudah dipelajari. Pemain hanya perlu menavigasi Aurora untuk bertualang di dunia game. Anda juga sesekali akan ditantang untuk menyelesaikan puzzle berbasis dua dimensi.
Ubisoft Montreal juga menyisipkan gameplay co-op yang sangat menarik. Pemain kedua bisa mengontrol rekan lucu Aurora – makhluk biru bersinar – untuk membantu sang putri menyelesaikan puzzle, mengumpulkan power-up, menyembuhkan lukanya hingga membuat musuh buta saat bertempur. Dari perbincangannya dengan Kotaku, Patrick Plourde menjelaskan bahwa semua ini terinspirasi dari permainan Ni no Kuni dan keinginannya untuk bisa menikmati game tersebut dengan putranya.
Kemudian apa yang membuat Ubisoft mengkategorikannya sebagai JRPG – atau Japanese role-playing game? Tentu saja dari cara Ubisoft menyajikan cerita Child of Light yang menggunakan metode ‘visual novel’ ala Jepang, dan juga sistem pertempuran turn-based yang diusungnya. Selain dari kedua hal itu, ia benar-benar dibuat oleh para talenta barat. Menurut saya Child of Light lebih tepat jika dikategorikan sebagai WJRPG – Western-Japanese role-playing game.
Child of Light dijadwalkan untuk meluncur di 2014, untuk waktu tepatnya, hanya Ubisoft yang tahu.