Pengembang platform jual-beli aset kripto Zipmex mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $6 juta atau setara 84,4 miliar Rupiah. Putaran pendanaan dipimpin Jump Capital, sebuah pemodal ventura asal Amerika Serikat yang mengkhususkan diri pada pengembang aplikasi investasi digital. Pendanaan baru akan digunakan untuk mendiversifikasi penawaran produk Zipmex, termasuk perluasan produk berbunga ZipUp dan token digital ZMT.
Zipmex sendiri memiliki markas pusat di Singapura dan layanannya sudah berekspansi di beberapa negara, termasuk Indonesia, Australia, dan Thailand. Di Indonesia, mereka bernaung pada PT Zipmex Exchange Indonesia, dan saat ini sudah memperoleh tanda terdaftar dari Bappebti bersama 13 pemain lainnya.
Bulan Juni 2020 lalu, Bappebti mengedarkan surat pengumuman No.477.1/BAPPEBTI.4/PENG/06/2020 merilis daftar perusahaan sebagai calon pedagang fisik aset kripto. Berikut daftarnya:
Perusahaan | Merek | Asal | Platform |
PT Crypto Indonesia Berkat | Tokocrypto | Indonesia | Web, Mobile |
PT Upbit Exchange Indonesia | Upbit | Korea Selatan | Web, Mobile |
PT Tiga Inti Utama | Triv | Indonesia | Web, Mobile |
PT Indodax Nasional Indonesia | Indodax | Indonesia | Web, Mobile |
PT Pintu Kemana Saja | Pintu | Indonesia | Web, Mobile |
PT Zipmex Exchange Indonesia | Zipmex | Singapura | Web, Mobile |
PT Bursa Kripto Prima | Bicipin | – | – |
PT Luna Indonesia Ltd | Luno | Inggris | Web, Mobile |
PT Rekeningku Dotcom Indonesia | Rekeningku | Indonesia | Web, Mobile |
PT Indonesia Digital Exchange | Digital Exchange ID | Indonesia | Web, Mobile |
PT Cipta Koin Digital | Koinku | Indonesia | – |
PT Triniti Investama Berkat | Bitocto | Indonesia | Web, Mobile |
PT Plutonext Digital Aset | – | – | – |
Dari penelusuran yang dilakukan melalui mesin pencari, situs direktori, dan app marketplace, kami tidak menemukan informasi lengkap terkait platform Bicipin, Plutonext; sementara Koinku situsnya juga baru sebatas landing page belum bisa untuk transaksi.
Zipmex di Indonesia
Kepada DailySocial, perwakilan Zipmex mengatakan, sejak Q4 2020 sampai awal tahun ini, volume transaksi perdagangan di Indonesia mencapai pertumbuhan hingga 100% — kendati tidak disebutkan statistik pengguna secara rinci. Untuk mengakselerasi bisnis, tim lokal juga tengah menyiapkan produk spesifik yang disesuaikan dengan karakteristik pengguna di sini.
“Audience pada umumnya lebih menyukai investasi aset digital dengan prospek jangka panjang. Market exchange lainnya mungkin fokus pada kebutuhan traders, sementara kami fokus untuk memberikan fasilitas trading terbaik. Kami juga menawarkan ZipUp di mana para users dapat meraih bunga hingga 14% per tahun dengan akun tabungan yang fleksibel. Sehingga, mereka akan memperoleh tambahan uang dari capital gain dan bunga,” ujar perwakilan Zipmex.
Dijelaskan lebih lanjut, melalui layanan ZipUp para investor dapat memilih berbagai macam aset, termasuk Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), xBullion (GOLD), USD Circle (USDC), dan USD Tether (USDT), dan tidak akan dikenakan biaya selain biaya penarikan normal. Bunga dibayarkan setiap hari, tanpa adanya jangka waktu tetap serta tidak ada jumlah minimum setoran. Sejak diluncurkan tiga bulan lalu, ZipUp telah mengumpulkan lebih dari US$ 40 juta dana simpanan.
Menanggapi soal ketertarikan masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di aset kripto, “Aset kripto dapat menjadi instrumen yang layak selain saham, reksa dana, p2p loan, atau investasi digital lainnya. Dengan meningkatkan awareness pasar terhadap cryptocurrency dan institutional investors mulai mengalokasikan portofolio di investasi aset kripto, kami berharap semakin banyak yang tertarik mencoba investasi aset kripto.”
Zipmex sendiri saat ini juga bekerja sama dengan Pluang, memungkinkan para investor di aplikasi tersebut untuk bertransaksi aset kripto. Sebelumnya Pluang dikenal sebagai platform investasi dengan instrumen emas dan S&P 500.
Gairah investasi di Indonesia
Pertengahan 2020, DailySocial bersama Populix mengadakan survei pengguna aplikasi investasi di Indonesia. Dari 209 responden yang mengikuti survei, persentase tertinggi untuk jenis investasi yang mereka pilih adalah reksa dana (67%) dan emas (62,7%). Jenis investasi lainnya yang dipilih responden secara berurutan adalah saham (44,5%), P2P lending (16,3%), dan obligasi (11,5%).
Mengenai pertimbangan memilih jenis investasi tersebut, responden kompak menjawab bahwa ini sudah sesuai dengan profil risiko (48,8%), baru belajar (24,4%), rekomendasi teman (10,4%), dan paling familiar (8,1%).
Jika ditinjau lebih lanjut, instrumen seperti reksa dana, emas, atau saham sebenarnya juga sudah cukup akrab dengan pengguna sebelum era investasi lewat aplikasi. Jadi kemungkinan edukasinya lebih mudah dibanding aset kripto yang benar-benar baru bagi banyak orang.