Layanan e-commerce khusus fesyen Zilingo mengungkapkan kemungkinan untuk rambah segmen offline pada tahun ini sebagai antisipasi terhadap tantangan di dunia teknologi yang dinamis.
Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose menuturkan segmen offline adalah bagian terpenting yang menyentuh konsumen. Oleh karenanya, pihaknya ingin memanfaatkan hal tersebut dengan pendekatan yang lebih kreatif.
“Menurut saya pada masa depan tidak sepenuhnya online, offline akan jadi cara terbaik dalam hal pengalaman konsumen,” katanya dalam Indonesia PE-VC Summit 2019, kemarin (24/1).
Belum ada kemungkinan negara mana yang akan disasar Zilingo apabila ingin merealisasikan rencana tersebut. Ankiti memprediksi dalam beberapa waktu mendatang, Indonesia akan jadi kontributor utama bisnis Zilingo baik dari B2B dan B2C.
Tak hanya itu, Zilingo berencana untuk membangun layanan in-house fintech yang ditujukan buat bantuan pinjaman kredit dan sistem pembayaran kepada para merchant.
Dikutip dari DealStreet Asia, Ankiti menjelaskan pihaknya telah membangun seluruh tata letak yang memungkinkan adanya dukungan keuangan kepada seluruh merchant di seluruh rantai pasokan. Layanan fintech ini adalah bagian dari rencana jangka panjang Zilingo yang akan dibangun secara in-house.
Zilingo melayani lebih dari 20 ribu merchant dan retailer di seluruh segmen B2B dan B2C di Asia Tenggara. Tanpa menyebut secara detil, Ankiti mengatakan lebih dari separuh bisnis Zilingo dikontribusikan dari B2B.
Salah satu bisnis Zilingo di B2B adalah Zilingo Asia Mall (ZAM) untuk menyasar pasar di Amerika Serikat dan Eropa. Zilingo hadir di Indonesia sejak setahun lalu dan aktif melakukan kegiatan pemasaran di iklan TV. Selain Indonesia, Zilingo memiliki basis bisnis di Thailand dan Singapura.
Konsep O2O ini sebelumnya juga dilakukan oleh pemain e-commerce fesyen di Indonesia. Beberapa diantaranya yang cukup agresif adalah HijUp dan Berrybenka.
HijUp terhitung memiliki delapan gerai offline yang tersebar di Jakarta, Padang, Lombok, Palembang, dan sebagainya. Bahkan HijUp sudah hadir di Malaysia dan menyusul di London. Sementara Berrybenka kini memiliki 25 gerai offline, beberapa di antaranya diletakkan di pusat perbelanjaan.