Setelah menyebabkan perang akhir dunia seperti dalam trilogi The Matrix dan seri Terminator, kini para pasukan mesin menginvasi dunia industri yang belum pernah kita pikirkan sebelumnya. Berita buruk untuk para musisi dan industriawan musik, para robot mencoba mengambil alih dunia mereka.
Tentu saja di belakang setiap robot, ada otak manusia yang menciptakannya. Setidaknya jika para robot ini memutuskan beralih dari sekedar memainkan instrumen musik untuk mengangkat senjata melawan manusia, kita tahu bahwa ada beberapa orang yang harus bertanggung jawab.
Mereka adalah musisi elektronik asal Inggris, Tom Jenkinson – lebih dikenal dengan nama Squarepusher, yang berkolaborasi dengan tim ahli robot Jepang pimpinan Kenjiro Matsuo.
Info menarik: Ototo Memungkinkan Anda Bermain Musik dengan Benda Apapun
Jika membuat robot dan musik masing-masing merupakan hal yang tidak mudah, maka mengkombinasikan keduanya ialah tantangan paling rumit yang harus mereka hadapi. Menjiwai musik adalah kemampuan makhluk dengan akal pikiran – seperti manusia, namun bagaimana cara mereka ‘meniupkan’ ruh ke dalam mesin dengan menggunakan serangkaian kode?
Proyek ambisius ini dimulai pada tahun 2013 oleh para teknisi robot Jepang. Mereka mencoba menyusun seperangkat sistem yang mampu menjalankan musik di luar batas kemampuan para musisi paling ahli di dunia.
Beberapa bulan setelahnya, lagu ‘Sad Robot Goes Funny’ rampung. Ia adalah sebuah lagu yang dimainkan oleh tiga robot di bawah nama ‘band’ Z-Machines. Sad Robot Goes Funny diproduseri sendiri oleh Jenkinson dengan video klip hasil karya sutradara kawakan, Daito Manabe.
Tom Jenkinson menjelaskan ambisinya ini, “Dalam proyek ini saya mencoba menjawab sebuah pertanyaan besar, ‘Apakah robot memainkan musik yang bisa menyentuh emosi?’Saya sudah lama menganjurkan semua orang untuk menggunakan instrumen musik dengan cara yang berbeda dan juga menemukan alat musik baru. Seperti terobosan yang pernah dilakukan gitar elektrik saat baru ditemukan.”
Tiap robot di dalam band Z-Machines memiliki spesifikasi performa musik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Squarepusher meneruskan, “Contohnya saja, sebuah robot gitar dapat memainkan alat musik tersebut jauh lebih cepat dari pada manusia biasa, tetapi ia tidak mampu mengontrol amplitudo.”
Hal ini bisa disamakan dengan saat seseorang menulis lagu untuk vokalis manusia, pada dasarnya mereka harus memahami kemampuan mereka sendiri.
Info menarik: Ozobot, Robot Pintar Yang Mengintegrasi Video Game Dengan Board Game
Seperti Daft Punk, Tom Jenkinson juga gemar menutup mukanya dengan helm berlampu LED. Namun berbeda dengan mereka, Squarepusher benar-benar ingin merangkul teknologi robotik ke level selanjutnya. Dan rencananya ia akan merilis album extended play berjudul Music For Robots tanggal 7 April besok dalam format berbeda, digital, CD hingga vinyl.
Untuk mengejar kekurangan robot-robotnya dibanding kemampuan natural manusia, sebuah robot gitaris memiliki 78 jari dan sebuah robot drummer memiliki 22 lengan. Favorit saya adalah robot pianis yang menembakkan laser ke keyboard.
Bayangkan jika lengan dan jari sebanyak itu digunakan untuk mengangkat senapan laser sungguhan…
Silakan nikmati salah satu musik mereka di bahwa ini:
Sumber artikel dan gambar tambahan: Dailymail.co.uk.