Xurya dikabarkan telah mendapatkan pendanaan untuk putaran seri A senilai $14 juta atau setara 200 miliar Rupiah. Berdasarkan data yang kami dapat, putaran ini dipimpin oleh East Ventures dan AC Ventures, dua pemodal ventura yang juga terlibat di pendanaan tahap awal mereka.
New Energy Nexus Indonesia kembali terlibat dalam putaran ini, juga Clime Capital melalui inisiatif The Southeast Asia Clean Energy Facility (SEACEF).
Ketika dihubungi DailySocial.id, tim manajemen Xurya memilih tidak berkomentar terkait dengan hal ini. Namun demikian turut disampaikan, dalam waktu dekat perusahaan akan mengumumkan aksi sebuah strategis [yang disinyalir terkait pendanaan] ke publik.
Xurya Daya Indonesia (Xurya) memiliki beberapa produk, meliputi solusi energi berbasis surya, yang diaplikasikan pada atap bangunan. Startup ini didirikan pada Juli 2018 oleh Eka Himawan, Edwin Widjonarko, dan Philip Effendy. Saat ini layanannya sudah dijajakan di sektor komersial dan industri di wilayah Jabodetabek, Jawa Timur, Palembang, dan Makassar.
Saat ini mereka sudah memiliki sekitar 50 pelanggan, sebagian besar dari kalangan industri. Menghasilkan setara 31,7 juta kWh energi hijau. Selain jasa pemasangan dan perangkat, mereka juga mengembangkan platform aplikasi untuk memudahkan pemilik aset melakukan pengelolaan energi.
Selain itu Xurya juga mempelopori metode no investment (tanpa investasi) untuk beralih ke tenaga surya dengan model biaya bulanan. Dalam implementasinya, solusi mereka berbasis satu pintu, Xurya akan membantu dari proses design, pemilihan equipment, perizinan, konstruksi sampai dengan pemilihan produk pembiayaan untuk listrik surya pelanggan.
Dalam sebuah kesempatan wawancara, Managing Director Xurya Daya Indonesia Eka Himawan mengatakan, “Di tengah perlambatan investasi PLTS utilitas, kami percaya bahwa pelanggan komersial dan industri telah menjadi titik terang bagi para investor ketenagalistrikan di Indonesia, tidak hanya dari perspektif keuntungan, tetapi lebih penting lagi dari perspektif dampak iklim.”
Dalam menyajikan produk-produknya, Eka mengakui bahwa edukasi konsumen menjadi salah satu tantangan terberat. Karena masih banyak perusahaan dan individu yang kurang paham mengenai solar panel dan banyak yang salah sangka mengenai stabilitas listrik dari PLTS.
“Target utama tahun ini melakukan ekspansi bisnis ke seluruh wilayah Indonesia untuk menawarkan solusi go green ke lebih banyak perusahaan,” tutup Eka.
Peluang pengembangan PLTS Atap di Indonesia sangat besar, melebihi potensi kapasitasnya yang mencapai 200 ribu megawatt. Saat ini biaya komponen PLTS Atap lebih rendah dibandingkan energi terbarukan lainnya, namun pasar tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga baru terpasang kurang dari 150 megawatt di seluruh Indonesia.
Selain Xurya, di Indonesia sudah ada beberapa startup yang turut bermain di ranah tersebut. Beberapa di antaranya Warung Energi, Weston Energy, Forbetric, Erenesia, Khaira Energy, dan Syailendra Power. Sebagian besar menggarap potensi tenaga surya.