Dark
Light

Xurya Dapatkan Pendanaan Lanjutan, Angin Segar untuk Startup Energi Terbarukan di Indonesia

2 mins read
September 15, 2020
Startup Solar Panel Xurya
Solusi Xurya banyak diaplikasikan di bangunan komersial & industri, salah satunya di Plaza Indonesia / Xurya

Xurya Daya Indonesia (Xurya), startup lokal di bidang energi terbarukan baru saja mengumumkan perolehan pendanaan awal dari Clime Capital melalui inisiatif The Southeast Asia Clean Energy Facility (SEACEF). Pendanaan ini jadi yang kedua, akhir 2018 lalu mereka pernah bukukan investasi dari East Ventures dan Agaeti Ventures.

Produk Xurya meliputi solusi energi berbasis surya, yang diaplikasikan pada atap bangunan. Startup ini didirikan pada Juli 2018 oleh Eka Himawan, Edwin Widjonarko, dan Philip Effendy. Saat ini layanannya sudah dijajakan di sektor komersial dan industri di wilayah Jabodetabek, Jawa Timur, Palembang, dan Makassar.

Xurya akan mengalokasikan investasi ini untuk melanjutkan pipeline pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) Atap di bangunan komersial & industri yang saat ini telah mencapai 80 MWp.

Managing Director Xurya Daya Indonesia Eka Himawan mengatakan, “Di tengah perlambatan investasi PLTS utilitas, kami percaya bahwa pelanggan komersial dan industri telah menjadi titik terang bagi para investor ketenagalistrikan di Indonesia, tidak hanya dari perspektif keuntungan, tetapi lebih penting lagi dari perspektif dampak iklim.”

Dalam menyajikan produk-produknya, Eka mengakui bahwa edukasi konsumen menjadi salah satu tantangan terberat. Karena masih banyak perusahaan dan individu yang kurang paham mengenai solar panel dan banyak yang salah sangka mengenai stabilitas listrik dari PLTS.

“Target utama tahun ini melakukan ekspansi bisnis ke seluruh wilayah Indonesia untuk menawarkan solusi go green ke lebih banyak perusahaan,” tutup Eka.

Peluang pengembangan PLTS Atap di Indonesia sangat besar, melebihi potensi kapasitasnya yang mencapai 200 ribu megawatt. Saat ini biaya komponen PLTS Atap lebih rendah dibandingkan energi terbarukan lainnya, namun pasar tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga baru terpasang kurang dari 150 megawatt di seluruh Indonesia.

Dengan fokus awal di Indonesia, Vietnam, dan Filipina, SEACEF bertujuan untuk mempercepat revolusi industri energi yang sedang berkembang melalui penggunaan energi bersih. Mereka berfokus memberikan pendanaan pada pengembang teknologi dan model bisnis yang telah terbukti berdampak secara global seperti PLTS, PLTB, teknologi penyimpanan energi, e-mobility, teknologi DSM, solusi efisiensi energi, dan infrastruktur transmisi energi bersih.

 

Peluang startup di bidang energi

Menurut data yang dirangkum Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan yang skalanya cukup besar. Beberapa di antaranya:

  • Mini/mikro hidro sebesar 450 MW,
  • Biomasa sebesar 50 GW,
  • Energi surya sebesar 4,80 kWh/m2/hari,
  • Energi angin 3-6 m/det,
  • Energi nuklir 3 GW.

Pengembangannya terus diupayakan, lantaran sumber energi listrik berbasis fosil seperti gas, minyak bumi, batu bara memiliki keterbatasan dan akan habis. Beberapa negara maju seperti Tiongkok dan Jerman sudah lebih dulu memaksimalkan energi terbarukan tadi. Indonesia pun tampaknya mulai terbuka untuk turut mengadopsinya, bahkan sudah menargetkan pemanfaatannya bisa mengakomodasi 23% dari total kebutuhan energi di tahun 2025.

Selain Xurya, di Indonesia sudah ada beberapa startup yang turut bermain di ranah tersebut. Beberapa di antaranya Warung Enegri, Weston Energy, Forbetric, Erenesia, Khaira Energy, dan Syalendra Power. Sebagian besar menggarap potensi tenaga surya.

Pendanaan yang didapat Xurya bisa menjadi angin segar untuk ekosistem terkait – ada tesis investasi yang berhasil memvalidasi potensi dari bisnis tersebut. Karena berbicara tentang energi terbarukan, memang masih ditemui banyak kendala. Di seputar adopsi, konsumen diharuskan menggelontorkan investasi awal yang tidak murah, sementara dampak efisiensinya mungkin tidak bisa dirasakan secara instan.

Untuk itu, munculnya inovasi-inovasi produk yang lebih terjangkau menjadi ujung tombak penerimaan dan kemajuan bisnis energi terbarukan di Indonesia.

Previous Story

AWS Academy and ITSB Host a Cloud Computing Training in BSD City

Pendanaan di semester I 2020 naik dibanding periode sama 2019, tetapi tidak signifikan. Diperkirakan bakal ada perlambatan iklim investasi di semester II.
Next Story

Tren Perlambatan Iklim Investasi Startup Indonesia di Semester II 2020

Latest from Blog

Don't Miss