XL Axiata (XL) mengumumkan rencananya membuka toko aplikasi untuk smartphone. Toko aplikasi ini akan dibuka Desember mendatang dan terinspirasi dengan App Store dan Google Play yang mengakomodasi kebutuhan konsumen akan pengunduhan dan pembaruan aplikasi mobile. Menurut Chief of Digital Services XL Dian Siswarini, yang dikutip dari IndoTelko, toko ini bakal menjadi yang pertama tersedia untuk semua platform operasi.
Perusahaan telekomunikasi saat ini memang sedang gencar-gencarnya memperluas sumber pendapatan melalui cabang Value Added Services-nya. Setelah anjloknya pendapatan operator akibat penutupan bisnis ringback tone dan SMS premium, mereka makin giat mencari cara memperoleh tambahan pendapatan. Pendapatan dari percakapan dan SMS semakin tergerus dengan hadirnya Internet yang mulai mengambil alih sumber pendapatan utama operator.
Kembali ke toko aplikasi, sesungguhnya kami cukup skeptis bila nantinya aplikasi-aplikasi yang dihadirkan bakal tersedia untuk semua platform. Melihat nature dari masing-masing platform, toko aplikasi independen hanya cocok untuk platform Android. iOS dan Windows Phone jelas tidak menerima toko aplikasi pihak ketiga.
Platform BlackBerry mungkin bisa menerima inovasi seperti ini, tapi melihat tren masa depan para pengembang dan partner harus bersikap wait-and-seeterhadap kebijakan manajemen baru perusahaan asal Kanada ini. Saat awal BlackBerry muncul di Indonesia, XL sempat mengimplementasikan ide serupa bekerja sama dengan Better-B. Sayangnya, seperti diduga, toko aplikasi untuk BlackBerry ini tidak bertahan lama. Telkomsel sebagai kompetitor XL juga mengusung ide yang mirip dengan program TemanDev.
Tidak banyak (atau hampir tidak ada) toko aplikasi independen, terutama yang dibuat oleh operator seluler, yang mampu bertahan dan menangguk untung seperti halnya toko aplikasi native milik platform. Sejumlah alasan yang masuk akal terhadap fenomena ini adalah toko aplikasi native sudah memiliki aplikasi yang lengkap dan memberi kemudahan untuk pengunduhan dan pembelian aplikasinya.
Satu hal yang masih menjadi celah untuk pengembang di Indonesia adalah sulitnya mendaftarkan aplikasi berbayar di platform Android. Untuk mendaftarkan aplikasi berbayar (atau yang bersifat in-app purchase), pengembang Indonesia harus menggunakan akun di negara lain. Kami sendiri tidak tahu mengapa kebijakan Google belum mengakomodasi hal ini, tapi fakta ini sudah berlangsung cukup lama.
Dugaan kami toko aplikasi milik operator akan menyasar hal seperti ini. Mereka akan menggandeng berbagai pengembang mobile yang berharap bisa memperoleh pendapatan dari aplikasi yang dihasilkannya tanpa harus bergantung terhadap skema iklan melalui Admob ataupun Adsense yang cukup mengganggu kenyamanan penggunaan aplikasi. Nantinya skema potong pulsa bakal menjadi teknik andalan untuk menarik minat konsumen.
Yang menjadi ganjalan adalah harapan belum tentu sejalan dengan kenyataan. Pemilik toko aplikasi harus bisa menghimpun pengembang lokal untuk menghasilkan ribuan aplikasi dan permainan berkualitas (karena targetnya monetisasi) yang sesuai dengan minat konsumen kita sendiri. Dalam jangka waktu sependek ini, misalnya launching bulan depan, operator mungkin menggandeng berbagai aplikasi luar yang sudah didaftarkan juga oleh toko aplikasi lainnya. Kondisi ini bisa menghasilkan duplikasi yang ujung-ujungnya membingungkan konsumen.
Selain itu, operator perlu menggandeng sejumlah vendor ponsel supaya menyediakan toko aplikasi independen ini secara pre-installed di seri-seri perangkat populernya, terutama yang diatur dalam promosi bersama dalam bentuk bundle. Iming-iming promosi seperti gratis sepuluh aplikasi dan permainan bisa diajukan untuk setiap pembelian perangkat sebagai bentuk perkenalan.
Kami berharap bahwa operator, seperti XL, benar-benar serius menggarap lahan toko aplikasi seperti ini karena kesuksesannya sangat bergantung pada seberapa bagus usahanya memenuhi kebutuhan konsumen. Penerapan yang setengah-setengah bakal membuatnya mengalami nasib serupa seperti pendahulunya.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]
—
Artikel sindikai ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Amir Karimuddin.