Pemberdayaan dan peran perempuan sejak lama sudah menjadi topik yang ramai dibicarakan. Sejauh ini juga sudah banyak dilakukan upaya-upaya konkret yang benar-benar bisa membantu perempuan yang secara struktur tertindas. Membantu mereka keluar dari lingkaran kebodohan dan kemiskinan, memberdayakan mereka dengan informasi yang memberikan pengetahuan, dan memberikan akses terhadap ekonomi demi memperbaiki taraf kehidupan. Perempuan juga bisa berperan besar dalam memajukan ekonomi Indonesia. Perempuan yang punya peran dan berdaya secara kuat akan membuat perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.
Statistik membuktikan perempuan mencapai lebih dari setengah total penduduk. Jelas bahwa kuat tidaknya perempuan dalam percaturan ekonomi Indonesia akan menentukan kekuatan ekonomi itu sendiri.
Salah satu startup, yang mencoba untuk memanfaatkan teknologi demi perbaikan sosial adalah Wobe. WoBe terpilih menjadi startup yang mengikuti program inkubasi Ideabox Indosat tahap kedua yang akan diluncurkan tahun 2015 nanti dalam platform mobile. Aplikasi ini menyasar pengguna perempuan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, khususnya bagi mereka yang berpendapatan rendah.
WoBe sendiri merupakan singkatan dari Women Benefit. Dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi unggulan, WoBe bertujuan menciptakan pendidikan dan kesempatan finansial bagi perempuan berpenghasilan rendah di Asia Tenggara.
Pendiri dan CEO WoBe adalah Adrianna Tan. Dia memimpin startup ini bersama dengan tim eksekutif yang berpengalaman secara internasional di berbagai bidang, yaitu Elaine Kong memimpin pendidikan dan strategi konten dan Ade Budiman memimpin tim desain.
“Saya telah bekerja di startups teknologi dan sosial non-profit untuk beberapa waktu. Saya pikir kita harus menggabungkan keduanya: penggunaan teknologi untuk kebaikan sosial. Saya sangat peduli tentang pemberdayaan perempuan dengan cara yang praktis, dan WoBe adalah usaha saya untuk itu,” ujar Adrianna. Adrianna pernah bekerja sebagai Community Manager di Uber. Inc, Singapura, dan Pen to Pixel. Selain itu ia juga pernah bekerja di Gyanada Foundation yang membantu perempuan India dengan latar belakang yang kurang beruntung mendapatkan pendidikan.
Tak seperti aplikasi lainnya, WoBe justru akan menyasar pengguna yang juga menggunakan Internet untuk pertama kali. Aplikasi ini ditujukan untuk pemberdayaan perempuan agar perempuan bisa menggunakan untuk menambah pengetahuan sekaligus pendapatan.
Awalnya WoBe akan menawarkan bantuan dengan skema penjualan pulsa Indosat. Selanjutnya WoBe akan membuka kerja sama dengan perusahaan (bisnis) atau organisasi yang ingin menjangkau perempuan dengan pendapatan rendah untuk meningkatkan pemasukan mereka.
Sistem yang bertujuan membantu meningkatkan pendapatan penduduk, dengan menjadi agen penjual pulsa atau agen untuk pembayaran, telah dilakukan oleh startup asal Indonesia seperti Ruma. WoBe lebih fokus ke pasar kaum perempuan dan dengan aplikasi ini perempuan dapat mendaftarkan diri untuk menjadi agen untuk menjual pulsa Indosat. Untuk membuatnya lebih menarik dan informatif, WoBe juga menyediakan konten seputar Pendidikan, Memasak, Olahraga, Bisnis, Politik, Sosial, dan Teknologi.
WoBe akan bekerja sama dengan Indosat dalam hal akuisisi pengguna dan rincian yang tepat akan diumumkan segera. “Bundling, co-branding, kami bekerja sama dengan mitra kami,” papar Adrianna.
Strategi awal yang digunakan untuk akuisisi penguna dilakukan dengan organik, Ia mengatakan, “Kami akan bermitra dengan komunitas-komunitas, tokoh masyarakat, dan influencer untuk menggelar sebuah program yang akan mendorong pendaftaran dan penggunaan WoBe untuk setidaknya mendapatkan beberapa ribu pengguna.”
Tidak seperti startups teknologi lainnya, Wobe dirancang untuk perempuan berpenghasilan rendah di Indonesia dan Myanmar. Adrianna dan tim sadar bahwa perempuan marginal tersebut sangat mungkin menggunakan Internet untuk pertama kalinya atau mereka tidak menggunakan aplikasi atau layanan lain secara ekstensif. Target yang ingin dicapai layanan ini adalah adopsi pengguna yang besar. WoBe diharapkan mampu mencapai satu juta perempuan berpenghasilan rendah dalam waktu dua tahun.
“Untuk melakukan itu kita harus berpikir dari sudut pandang mereka dan bertanya kepada diri sendiri bagaimana kita akan melihat setiap detail kecil jika kita (adalah) mereka,” tutup Adrianna.
[Ilustrasi foto: Shutterstock]