2 miliar, itulah jumlah total pengguna aktif WhatsApp di seluruh dunia per 12 Februari 2020. Ya, jumlah pengguna WhatsApp sekarang sudah jauh melebihi populasi negara Tiongkok, akan tetapi WhatsApp sebenarnya sudah mencatatkan prestasi ini sejak dua tahun lalu saat mereka mencatatkan jumlah pengguna sebanyak 1,5 miliar orang.
Buat WhatsApp sendiri, pencapaian ini mereka manfaatkan untuk menegaskan kembali komitmen mereka seputar privasi, sekaligus betapa pentingnya peran enkripsi di layanan mereka. Semakin banyak pengguna, semakin banyak pesan yang harus WhatsApp proteksi, kira-kira demikian gambaran sederhananya.
Kepada The Wall Street Journal, Will Cathcart selaku pimpinan WhatsApp juga mengatakan bahwa mereka tidak punya rencana untuk menonaktifkan enkripsi di layanannya. Pernyataan ini penting mengingat di beberapa negara, perusahaan teknologi dihimbau untuk memberikan pemerintah akses ke data terenkripsi dengan alasan bahwa enkripsi menyulitkan mereka untuk melakukan investigasi seputar terorisme dan kasus-kasus lainnya.
Kalau memang konteksnya demikian, WhatsApp bersedia membantu dengan sebatas menyediakan metadata yang diyakini berguna dalam proses investigasi. Meski begitu, enkripsi end-to-end tetap mereka anggap krusial demi menjamin keamanan dan privasi para penggunanya.
Enkripsi pada dasarnya adalah satu faktor penting yang membedakan WhatsApp dari layanan messaging lain milik Facebook, macam Messenger misalnya, yang tidak akan dilengkapi enkripsi end-to-end sampai beberapa tahun ke depan karena kendala teknis yang demikian kompleks.
Sumber: WhatsApp dan The Wall Street Journal.