Impian manusia untuk terbang hadir sejak dahulu kala, muncul dalam legenda Icarus dan Jamshid. Setelah terbang jadi hal lazim, para inventor berusaha membuatnya lebih personal dan terjangkau. Diajukanlah beragam ide dari mulai jet pack hingga mobil terbang. Sebuah tim asal Jerman sendiri mengungkap gagasan yang unik tapi praktis serta sangat masuk akal.
Buah pikiran tersebut merupakan perpaduan metode tradisional terpercaya dengan inovasi istimewa dalam bidang penerbangan. E-volo memperkenalkan Volocopter VC200, kendaraan VTOL (vertical take-off and landing) elektrik berpenampilan ala drone raksasa. Ia dapat dinaiki oleh penumpang sebagai alat transportasi pribadi, dijamin ramah lingkungan dan jauh lebih aman dibanding helikopter konvensional.
Volocopter diklaim sebagai helikopter ‘hijau’ pertama di dunia. Tim E-volo berharap, kehadirannya dapat mengubah cara kita bepergian, menjadi alternatif efektif dari mobil dan pesawat. Perbedaan bentuk bisa langsung kita lihat dari desainnya. Saat helikopter biasa dibekali sepasang baling-baling utama dan rotor ekor, Volocopter sendiri memiliki 18 pasang baling-baling, berada dalam frame melingkar.
Rangkaian rotor itu berfungsi memberikan daya dorong vertikal buat lepas landas. E-volo mengusungnya dengan konstruksi sederhana tanpa mekanisme rumit, hal tersebut juga mengurangi jumlah drive yang tidak diperlukan, memastikan proses pendaratan lebih aman. Lalu saat sebuah (atau beberapa) baling-baling berhenti berputar, Volocopter hanya kehilangan gaya angkat, tidak langsung jatuh bebas.
Info menarik: Saksikan Dua Orang Ini Terbang Bebas Ala Iron Man
Ketidadaan rotor ekor menyebabkan pengendalian lebih mudah. Volocopter menyajikan sistem kontrol via joystick simpel. Bertolak belakang dengan kendaraan udara lain, pengoperasiannya sangat gampang, sebab Anda hampir tidak perlu memerhatikan sudut kemiringan, kecepatan minimal, stall, penyesuaian jalur, beserta faktor-faktor kompleks lain. Baling-baling seluruhnya bertugas mendorong Volocopter naik.
Developer masih berupaya menyingkirkan masalah keterbatasan daya baterai. Versi pengembangannya ini mempunyai sepasang kursi, sanggup terbang selama 20 sampai 30 menit. Mereka menanti teknologi baterai yang lebih canggih, diprediksi segera tersedia tidak lama lagi. Tim juga sedang sibuk menggarap sistem tenaga hybrid, targetnya ialah menaikkan durasi sampai satu jam.
E-volo menghimpun dana lewat situs crowdfunding Seedmatch.de, dalam tiga hari sukses mengumpulkan uang lebih dari 1,2 juta Euro. Versi retail Volocopter VC200 nanti rencananya mampu terbang hampir 2 km selama satu jam, berbobot 450 kilogram. Satu unit retailnya akan ditawarkan seharga kisaran US$ 340.000.
Sumber: E-volo.com.