Dark
Light

Venuers Bidik Industri MICE di Tanah Borneo

1 min read
May 10, 2016
Venuers membidik industri MICE yang dianggap masih belum digarap secara optimal

Pada Desember 2015, Henrianto Kim membangun layanan pemesanan venue Venuers. Dalam mengelola layanan ini, Akim, demikian ia akrab disapa, dibantu rekannya Tony Wu selaku co-founder. Venuers hadir untuk melayani pemesanan tempat untuk acara seperti pesta pernikahan, meeting perusahaan, ulang tahun, seminar, dan acara reuni sekolah di hotel, restoran, dan kafe di Pontianak secara online. Selain kemudahan reservasi, Venuers mengumpulkan database tempat pertemuan di beberapa kota di Indonesia dengan harapan membantu pemerintah mengembangkan industri MICE (Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition) di Indonesia.

Tony dan Akim sengaja memilih ceruk pasar yang masih sepi pemainnya, khususnya di luar Jakarta, karena industri ini masih sepi pemain dan potensinya sangat besar. Di Jakarta sendiri pemainnya belum banyak, di antaranya adalah Xwork.

Berdasarkan pengalaman Akim selama 13 tahun bekerja sebagai karyawan di sebuah hotel di Pontianak, mulai dari bagian front office hingga saat ini di bagian akuntansi, ia tahu bahwa setelah pemesanan kamar, penghasilan terbesar kedua industri perhotelan adalah dari industri MICE untuk berbagai acara. Menurutnya selama ini hal tersebut belum digarap maksimal oleh pihak hotel, sehingga penghasilan hotel dari MICE hanya di bawah 30%. Padahal jika digarap lebih serius, Akim menyebut angkanya bisa mencapai di atass 50%.

Ketika ada larangan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Men PAN-RB) Yuddy Chrisnandi bagi pemerintah untuk mengurangi pertemuan dan acara di hotel, industri perhotelan di Indonesia sempat terpuruk. Pihak hotel harus gencar berpromosi menawarkan ke swasta untuk mengadakan pertemuan dan acara kantor mereka.

Yang ditawarkan Venuers

Ada 4 fitur utama yang disediakan Venuers, yaitu informasi, promosi, reservasi, dan negosiasi. Sebagai contoh, sebuah hotel yang menjadi vendor Venuers dapat memberikan informasi mengenai layanan ruangan mereka seperti kafe atau meeting room dan sekaligus memberi harga promosi / diskon kepada konsumen. Pengunjung pun bisa langsung melakukan reservasi secara online melalui Venuers.

Jika konsumen ingin mengadakan acara di sebuah hotel atau kafe, mereka dapat menegosiasikan mengenai budget yang dimiliki dengan pihak hotel tersebut. Semua dilakukan secara online tanpa harus bertemu langsung.

Saat ini, semua fitur masih ditawarkan secara gratis. Ke depannya Venuers berharap melakukan monetisasi melalui iklan.

Kendala yang duhadapi di awal membangun Venuers, menurut Akim, adalah sulitnya melakukan edukasi pasar ke para vendor mengenai industri MICE, terutama event, khususnya di Kalbar. Untuk itu sambil mengembangkan sistem Venuers, Akim ingin membangun pasar MICE di Pontianak.

Ke depannya, mereka ingin bekerja sama dengan beberapa convention center dan rumah tradisional di seluruh indonesia. Venuers sendiri akan fokus ke 10 kota utama dan 3 kota potensial untuk MICE yang telah ditetapkan pemerintah yaitu Medan, Batam, Bukittinggi, Jakarta, Bandung, Yogya, Surabaya, Makasar, Bali dan Manado. Sedangkan tiga kota potensial yakni Balikpapan, Palembang dan Lombok.

Previous Story

Qontak Arungi Tahun 2016 dengan Pendanaan Baru dan Sejumlah Pembaruan

Next Story

Jelang Peresmian, Xiaomi Mi Max Muncul Lebih Dulu Dalam Foto dan Video

Latest from Blog

Don't Miss

Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan
Jajaran founder VCGamers / VCGamers

VCGamers Dapat Pendanaan 37,3 Miliar Rupiah, Hadirkan Platform Social Commerce dan NFT untuk Game

VCGamers merupakan sebuah platform social commerce untuk pemain game. Baru-baru