Selama bertahun-tahun, Valve jarang turun tangan untuk menentukan arah perkembangan dari skena esports Counter-Strike: Global Offensive. Namun, pada awal Agustus 2023, Valve mengumumkan regulasi baru yang akan memberikan dampak besar pada ekosistem esports dari CS:GO. Melalui regulasi baru ini, pada dasarnya, Valve melarang penyelenggara turnamen untuk memiliki “hubungan bisnis khusus” dengan para tim yang berlaga di turnamen yang mereka selenggarakan. Tujuan Valve adalah untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan.
Regulasi dari Valve
Pada 3 Agustus 2023, Valve membuat artikel di Steam Community, tentang regulasi baru terkait ekosistem esports CS:GO. Berdasarkan regulasi baru dari Valve, semua penyelenggara turnamen CS:GO harus memberikan undangan berdasarkan sistem ranking milik Valve. Jika penyelenggara turnamen tidak ingin menggunakan sistem ranking dari Valve, mereka harus mengadakan kualifikasi terbuka.
Selain itu, Valve meminta agar semua kompensasi uang yang penyelenggara turnamen berikan pada tim esports dilaporkan secara publik. Mereka juga menyebutkan bahwa besar kompensasi yang didapatkan oleh tim harus didasarkan kriteria yang objektif dan bisa dinilai oleh komunitas.
Valve mengungkap, regulasi baru ini akan mulai berlaku pada 2025. Alasan mereka tidak langsung memberlakukan regulasi baru tersebut adalah karena mereka ingin memberikan waktu pada penyelenggara turnamen untuk menyelesaikan kontrak jangka panjang yang mereka punya. Lebih lanjut Valve mengatakan, saat ini, regulasi baru yang mereka umumkan ini masih dalam tahap awal dan masih akan disempurnakan di masa depan. Satu hal yang pasti, peraturan baru dari Valve tersebut akan mengubah skena esports dari CS:GO.
Dampak dari Regulasi Baru Valve
Selama ini, Valve memang juga menggelar turnamen major untuk CS:GO. Namun, selain turnamen major dari Valve, kebanyakan kompetisi CS:GO digelar oleh ESL Gaming dan BLAST. ESL Gaming hadir dengan ESL Pro League, sementara BLAST mengadakan BLAST Premier. Dan kedua kompetisi itu menggunakan model semi-franchise. Turnamen dengan sistem semi-franchise memungkinkan ESL Gaming atau BLAST sebagai penyelenggara turnamen untuk menandatangani kontrak kerja sama dengan beberapa organisasi esports.
Bagi organisasi esports yang bekerja sama dengan ESL Gaming atau BLAST, mereka akan mendapatkan jaminan tiket untuk untuk berlaga di kompetisi yang ESL atau BLAST gelar. Jika jumlah peserta kompetisi lebih banyak dari jumlah organisasi esports yang menjadi rekan, maka slot yang kosong baru akan diisi oleh tim yang berhasil lolos di babak kualifikasi terbuka, menurut laporan Esports Insider.
Program kerja sama antara ESL Pro League dengan sejumlah organisasi esports dinamai Louvre Agreement. Selain kepastian untuk bisa bertanding dalam turnamen yang digelar oleh ESL, organisasi esports yang telah menandatangani Louvre Agreement juga akan mendapatkan bagian dari keuntungan yang didapat oleh ESL.
Menurut laporan PC Gamer, organisasi esports yang menjadi bagian dari Louvre Agreement hanya akan kehilangan kesempatan untuk bertanding di kompetisi yang digelar oleh ESL jika mereka terus berada di posisi terakhir dalam group stage selama tiga seasons. Jika hal ini terjadi, ESL akan meninjau kembali posisi organisasi esports tersebut.
Keberadaan kolaborasi serupa Louvre Agreement memang akan menguntungkan organisasi esports yang bekerja sama dengan pihak penyelenggara turnamen. Hanya saja, hal ini juga akan mempersulit tim-tim baru untuk bisa bertanding di turnamen tingkat atas.
Keputusan Valve untuk melarang penyelenggara turnamen esports menjalin hubungan bisnis khusus dengan organisasi esports akan menghilangkan turnamen dengan model semi-franchise. Karena, penyelenggara turnamen tidak boleh memberikan perlakuan khusus pada sejumlah organisasi esports yang menjadi rekan mereka. Sebagai gantinya, tim-tim yang masuk dalam turnamen akan ditentukan berdasarkan kemampuan mereka.
“Ekosistem Counter-Strike dapat tumbuh dengan maksimal jika tim-tim profesional bertanding dengan situasi yang adil dan satu-satunya hal yang menentukan kesuksesan mereka adalah kemampuan mereka,” tulis Valve. “Beberapa tahun belakangan ini, kami melihat bahwa ekosistem Counter-Strike tidak lagi mengusung prinsip tersebut.”
Reaksi ESL Gaming dan BLAST
Ulrich Schulze, SVP of Game Ecosystems, ESL FACEIT Group, memberikan respons pada regulasi baru dari Valve di Twitter. Dia mengungkap, ESL siap untuk menyesuaikan model bisnis dari turnamen yang mereka gelar untuk menyesuaikan dengan peraturan baru yang Valve tetapkan. Dia berkata, “Kami akan mengubah model revenue sharing turnamen kami. Sekarang, kami hanya membagi laba pada sebagaian tim. Namun, per 2025, kami akan melakukan revenue sharing pada semua tim yang ikut berpartisipasi.”
We will shift our tournament revenue sharing model from selected teams to all teams participating starting in 2025. We will announce more details on this in the coming months.
— Ulrich Schulze (@theflyingdj) August 3, 2023
Sementara itu, BLAST membuat pernyataan resmi bahwa mereka akan mengungkap rencana mereka untuk menyesuaikan dengan regulasi baru dari Valve. BLAST juga berkata, “BLAST Premier tetap akan menjadi turnamen tier 1 di ekosistem CS:GO baru yang terbuka ini. Kami juga masih tetap semangat untuk berinovasi dalam memberikan pengalaman menonton esports yang berbeda dan menggelar turnamen esports di berbagai belahan dunia.”
Pada Juni 2023, wartawan independen, Richard Lewis, melaporkan bahwa Valve mengajak ESL dan BLAST untuk berdiskusi setelah BLAST Paris Major berakhir. Dalam pertemuan itu, Valve mengungkapkan kekhawatiran mereka karena ESL dan BLAST memiliki ekosistem CS:GO yang tertutup. Valve juga menegaskan, baik ESL dan BLAST harus mengubah model turnamen mereka jika keduanya masih mau mendapatkan lisensi sebagai penyelenggara turnamen esports CS:GO.
Sumber header: ESL FACEIT Group