Dark
Light

Valuasi Advance Intelligence Group Capai $2 Miliar, Bagaimana Performa Unit Bisnisnya di Indonesia

4 mins read
September 27, 2021
Bisnis Advance Intelligence Group di Indonesia
Atome adalah salah satu unit bisnis yang dioperasikan grup Advance di Indonesia, menyajikan layanan paylater dan pembayaran / Advance

Advance Intelligence Group pada Rabu (22/9) lalu mengumumkan perolehan pendanaan seri D senilai $400 juta. Putaran ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund 2 dan Warburg Pincus; dengan partisipasi Northstar, Vision Plus Capital, Gaorong Capital, dan EDBI. Investasi ini membawa valuasi perusahaan di kisaran $2 miliar.

Didirikan sejak tahun 2016, grup perusahaan ini membawahi beberapa brand layanan digital yang juga beroperasi di Indonesia. Pertama ada Advance.ai, produk yang disajikan membantu pemain digital lainnya (khususnya fintech) degan berbagai solusi seperti credit scoring, e-KYC, layanan rekognisi dll. Kedua, mereka mengoperasikan layanan paylater Atome, terintegrasi di aplikasi konsumer seperti JD.id, Zalore, Pomelo, dan sebagainya.

Ketiga, Advance Intelligence Group juga mengoperasikan platform fintech lending Kredit Pintar di Indonesia — menyasar pada kalangan konsumer. Terakhir, mereka memiliki layanan e-commerce enabler Ginee (sebelumnya bernama Genie), membantu pebisnis melakukan manajemen bisnis di berbagai platform online marketplace dalam satu dasbor. Kapabilitasnya termasuk di ranah fulfillment.

Ekosistem layanan Advance Intelligence Group

Performa bisnis fintech

Disampaikan oleh perusahaan, dana segar yang didapat akan difokuskan untuk mendorong pertumbuhan layanan paylater dan pinjaman digital ke seluruh Asia. Selain itu mereka juga akan memperdalam kemampuan AI dan analisis big data. Jelas berbagai langkah strategis harus segera disiapkan untuk memenangkan pasar. Pasalnya semua lini bisnis yang digeluti Advance, khususnya di Indonesia, dihadapkan pada kompetisi yang cukup sengit.

Mari diulas satu per satu, dimulai dari layanan paylater Atome. Secara potensi, model bisnis ini memiliki peluang besar di Indonesia, dibuktikan oleh beberapa survei terkait metode pembayaran. Salah satunya dilakukan Katadata Insight Center bersama Kredivo, saat ini paylater menjadi pembayaran populer nomor empat (27%), setelah e-wallet (65%), transfer bank (51%), dan Alfamart/Indomaret (29%). Pemahaman masyarakat juga sudah baik, sebanyak 86% orang menyatakan sudah mengetahui paylater dengan tingkat pengetahuan sedang.

Di Indonesia, konsep paylater populer terbagi dalam dua pendekatan. Pertama, layanan dari anak usaha platform konsumer – seperti TravelokaPaylater dari Traveloka, GopayPayater dari Gojek, dan SPaylater dari Shopee. Kedua, adalah layanan yang berdiri secara standalone dan terintegrasi di berbagai aplikasi konsumer. Atome masuk ke pendekatan kedua, bersaing dengan beberapa penyedia lain, sebagai berikut:

Aplikasi Unduhan (Playstore) Peringkat (Playstore)
Akulaku 10 juta+ 3 (Shopping)
Atome 1 juta+ 19 (Shopping)
Home Kredit 10 juta+ 33 (Finance)
Indodana 5 juta+ 30 (Finance)
Julo 5 juta+ 28 (Finance)
Kredivo 10 juta+ 10 (Finance)

Dari studi yang kami lakukan di akhir 2020 tentang pemain paylater, di banyak aspek Atome tidak lebih unggul dari pemain lainnya. Misalnya terkait integrasi di top 20 e-commerce di Indonesia, layanan lain seperti Kredivo, Akulaku, atau Home Credit memiliki opsi yang lebih banyak. Demikian juga terkait batas maksimal nilai kredit dan opsi tenor yang diberikan. Selengkapnya baca perbandingan layanan paylater melalui: Studi Layanan Paylater di Platform E-commerce Indonesia.

Jika paylater fokusnya pada pembiayaan pembelian barang, layanan fintech lending cashloan memberikan pinjaman kredit berupa uang tunai untuk konsumer. Dari grup Advance, mereka memiliki Kiredit Pintar. Melihat dari total nilai pinjaman dan peminjam yang ada sejak berdiri, platform mereka masuk ke dalam top 5 cashloan di Indonesia, bersaing dengan beberapa layanan lain seperti Asetku, Rupiah Cepat, UangMe, dan TunaiKita.

Fintech Cashloan Populer di Indonesia

Layanan skoring kredit masih punya peluang besar

Baik Atome dan Kredit Pintar turut memanfaatkan Advance.ai sebagai landasan skoring kredit, dalam menentukan kelayakan calon nasabahnya. Bisnis grup Advance sendiri sebenarnya juga dimulai dari layanan kecerdasan buatan yang mereka kembangkan untuk mendukung bisnis fintech. Beberapa perusahaan seperti Bank Mega, Dana Mart, bahkan Home Credit turut memanfaatkan layanannya.

Aturan tentang platform skoring kredit diakomodasi dalam POJK tentang Inovasi Keuangan Digital. Per Mei 2020, terdapat 12 perusahaan yang sudah terdaftar masuk ke dalamnya. Sementara, sejak saat itu hingga sekarang, pemain baru pun terus bermunculan. Mulai dari platform open finance Finantier yang juga mengembangkan layanan skoring, hingga raksasa online marketplace lokal Tokopedia yang membangun anak usaha Toko Score.

Nama Platform Nama Perusahaan Tanggal
Avatec PT AVATEC SERVICES INDONESIA Tercatat: 26 Maret 2019
Acura Labs PT ACURA LABS INDONESIA Tercatat: 26 Maret 2019
TSI PT TRUSTING SOCIAL INDONESIA Tercatat: 26 Maret 2019
Tongdun PT TONGDUN TECHNOLOGY INDONESIA Tercatat: 15 Juli 2019
BPS PT BANGUN PERCAYA SOSIAL Tercatat: 25 Oktober 2019
PYXIS PT DIGITAL SYNERGY TECHNOLOGY Tercatat: 25 Oktober 2019
CekSkor PT PUNCAK AKSES FINANSIAL Tercatat: 25 Oktober 2019
Fineoz PT FINEOZ INOVASI TEKNOLOGI Tercatat: 25 Oktober 2019
CredoLab PT CREDOLAB INDONESIA SCORING Tercatat: 23 Desember 2019
Izidata PT IZI DATA INDONESIA Tercatat: 10 Februari 2019
OLDI PT ORANYE LAYANAN DIGITAL INDONESIA Tercatat: 10 Februari 2019
SDB Score PT SEMANGAT DIGITAL BANGSA Tercatat: 10 Februari 2019

Potensi platform skoring kredit akan mengikuti pertumbuhan industri yang menggunakannya, tak lain digital lending. Menurut studi yang dilakukan Grand View Research, ukuran pasar platform digital lending akan mencapai $5,80 miliar di tahun ini. Diproyeksikan akan mencapai $26,08 miliar di tahun 2028 dengan CAGR 24% di periode tersebut.

E-commerce enabler di Indonesia

Ginee masuk ke Indonesia baru sekitar Maret 2021. Ekspansi mereka dilandasi nilai ekonomi signifikan yang dihasilkan dari bisnis e-commerce. Platform yang disajikan dimaksudkan untuk membantu pebisnis tradisional untuk melakukan on-boarding dan pengelolaan toko online multikanal. Lewat fitur Omnichannel, pengguna dapat melakukan manajemen stok dan penjualan di berbagai jenis online marketplace dalam satu dasbor saja.

Sementara di fitur Fulfillment membantu pebisnis mengatur pemenuhan pesanan, termasuk distribusi produk ke konsumen dan logistik Ada juga Ginee Chat, membantu pebisnis memiliki dasbor layanan pelanggan. Memudahkan mereka mengelola chat masuk yang datang dari berbagai sumber di satu aplikasi.

Di Indonesia, saat ini sudah ada beberapa layanan yang menyajikan proses bisnis serupa. Berikut daftarnya:

  • 8Commerce
  • aCommerce
  • Anchanto
  • Egogohub
  • GudangAda
  • IDMarco
  • Intrepid Group
  • iSeller
  • Jarvis Store
  • Jet Commerce
  • KlikDaily
  • PowerCommerce
  • SCI E-Commerce
  • Sirclo
  • Tokotalk

Sirclo menjadi salah satu pemain lokal yang memiliki posisi unik; tidak hanya menghadirkan layanan SaaS, mereka juga membantu di sisi logistik hingga pergudangan. Saat ini startup yang dinakhodai Brian Marshall tersebut sudah merangkul lebih dari 100 ribu brand, melayani 4 juta lebih konsumen akhir. Sementara Ginee saat ini membantu 75 ribu merchant dengan 131 juta pesanan yang berhasil ditangani.

Ukuran pasar yang dapat diraup oleh pemain industri ini juga berpotensi terus meningkat seiring dengan GMV fantastis yang dihasilkan e-commerce. Dari sisi bisnis, efisiensi yang diberikan juga mendorong mereka untuk secara lebih aktif terlibat langsung dalam perdagangan online. Sebelumnya, brand memanfaatkan rantai-pasok panjang untuk mendistribusikan produknya ke konsumen akhir; teknologi memungkinkan mereduksi alur panjang tersebut.

Adopsi layanan e-commerce enabler terus mengalami peningkatan seiring efisiensi yang diberikan / redseer

Secara umum, layanan e-commerce enabler menjangkau dua segmen sekaligus, yakni pemilik brand besar dan juga UMKM. Pada akhirnya, dengan kompetisi pasar yang sengit, added value seperti ekosistem layanan dan integrasi menjadi satu hal yang layak dijadikan proposisi nilai. Untuk itu, para pemain di atas pun berlomba-lomba menghadirkan fitur yang paling lengkap untuk mengakomodasi kebutuhan penjual online secara end-to-end; mulai dari pendataan produk, pengemasan, pengiriman, pelaporan, sampai sistem loyalitas pelanggan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Previous Story

[Bahas] Clone System di OPPO Reno6, Layaknya Menggunakan Dua Smartphone

Next Story

Peluncuran Diablo 2: Resurrected Kacau Hingga Tidak Bisa Dimainkan

Latest from Blog

Don't Miss

Eropa Buat Regulasi Soal AI, Apa Dampaknya ke OpenAI?

Pada Desember 2022, negara-negara yang menjadi anggota Uni Eropa setuju
(Ki-ka) Partner Tunnelerate Ayunda Afifa, Bharat Ongso, Ivan Arie Sustiawan, and Riswanto / Tunnelerate

Co-Founder dan eks-CEO TaniHub Ivan Arie Sustiawan Ingin Bangkitkan “Founder” Startup Lokal Melalui Perusahaan Modal Ventura Tunnelerate

“Someday I would like to give back to the community.”