SekolahPintar dikembangkan oleh PT Teknologi Kartu Indonesia (TKI). Menyasar sekolah atau pesantren, TKI menghadirkan SekolahPintar yang tidak hanya akan menjadi penghubung antara wali murid dan sekolah tetapi juga menyediakan fasilitas monitoring uang saku dengan sistem kartu. Pihak SekolahPintar juga membuka kesempatan penyesuaian fitur (custom tailored) sesuai dengan kebutuhan pihak sekolah atau lembaga pendidikan.
Bermarkas di Salatiga, Jawa Tengah, SekolahPintar merupakan hasil pivot atau perubahan model bisnis solusi TKI sebelumnya. Saat ini SekolahPintar tengah dalam tahap implementasi untuk tiga sekolah di Solo, Jawa Tengah.
Ada tiga fitur utama yang disediakan di Platform SekolahPintar (PSP). Fitur pertama adalah Kartu Jajan. Layanan yang sebelumnya jadi bisnis utama TKI akhirnya menjadi salah satu fitur andalah dari SekolahPintar. Fitur ini memungkinkan siswa “jajan” menggunakan kartu yang terhubung langsung dengan aplikasi ponsel wali murid atau orang tua, sehingga menciptakan kontrol terhadap penggunaan uang dan tentunya akses ke penjual makanan.
Fitur selanjutnya adalah Student Payment Platform (SPP). Fitur ini memungkinkan pembayaran iuran sekoah dilakukan melalui Bank Nasional dan dilengkapi dengan sistem invoice digital sebagai notifikasi. SPP disiapkan untuk berperan sebagai gateway manajemen pembayaran sekolah melalui virtual accoung bank.
Fitur selanjutnya adalaha Portal Informasi Sekolah (PIS). Fitur ini didesain untuk mampu mentransformasikan sistem konvensional manajemen sekolah ke dalam bentuk digital. Beberapa menu yang terdapat di dalamnya antara lain, menu jadwal pelajaran, informasi absensi, informasi dan berita, galeri foto dan video, kalender pendidikan dan menu-menu lainnya. Fitur PIS ini menjadi corong utama bagi wali murid untuk terus terhubung dengan sekolah melalui media digital.
Platform SekolahPintar sendiri berangkat dari permasalahan yang kerap di temui sekolah atau pondok pesantren. Dengan platform yang di dalamnya terdapat fitur KartuJajan, diharapkan wali murid bisa dengan leluasa melakukan kontrol terhadap uang saku dan apa yang dibeli oleh anaknya.
“[Platform ini cocok untuk sekolah karena] berangkat dari permasalahan utama di sekolah atau pondok pesantren. Uang saku yang ter-manage, [mampu] menghindari potensi masalah karena uang saku,” terang Chief Marketing Officer SekolahPintar Arif Arinto.
Arif menjelaskan saat ini mereka menerapkan sistem berlangganan. Jadi biaya akan dibebankan tergantung jumlah siswa ditambah biaya administrasi per bulan. Dan dalam upayanya bisa dikenal masyarakat luas pihak SekolahPintar berusaha masuk ke sekolah-sekolah mengenalkan platform mereka.
Disinggung mengenai target, SekolahPintar Arif optimis bisa mengajak 50 sekolah atau lembaga pendidikan untuk menggunakan SekolahPintar di akhir tahun ini.
“Target [kami] sampai akhir tahun 50 lembaga pendidikan [yang menjadi pengguna],” imbuh Arif.