Dark
Light

Upaya Hellobill Mencuri Pasar Gemuk POS di Indonesia

1 min read
August 9, 2019
Hellobill mengklaim sudah memiliki 1.700 pelanggan di hampir 100 kota di Indonesia. Fokus di sektor restoran, ritel, dan salon kecantikan.
Founder dan CEO Hellobill Ponky Sutanto.

Industri layanan point of sales (POS) atau mesin kasir pintar tak pernah sepi pemain. Hellobill adalah salah satu startup penantang pasar POS yang berfokus pada pelanggan di bidang restoran, salon kecantikan, dan toko ritel.

CEO Hellobill Ponky Sutanto menceritakan, startup ini ia dirikan bersama dua kawannya pada 2015 silam. Lama berkarier di perusahaan distributor mesin kasir jadi pemicu Ponky dan kedua kawannya tadi untuk merebut peluang di pasar POS.

“Saya lihat mana yang harus dijadikan kiblat yakni Silicon Valley. Kita pelajari market di sana, bisnis model seperti apa, dan lain-lain. Akhirnya saya nekat tinggalkan yang lama, bareng beberapa teman kita dirikan Hellobill,” ujar Ponky di Block71, Jakarta Selatan, tempat Hellobill berkantor.

Produk Hellobill dijual dengan sistem berlangganan secara bulanan atau tahunan. Layanan Hellobill tak sekadar sebagai kasir digital, mereka juga menyajikan data yang sudah diolah dari bisnis terkait.

Pasar yang besar

Saat ini restoran menjadi entitas pelanggan terbanyak di Hellobill denga porsi 80:20 dibanding dari sektor ritel. Secara keseluruhan, total pelanggan yang sudah mereka gaet mencapai 1.700 yang tersebar hampir di 100 kota di seluruh Indonesia.

“Kalau kita lihat sekarang industri F&B konsumsinya luar biasa. AC Nielsen saja mengatakan sektor kedua dengan spending terbesar di Indonesia ya dari F&B dan otomatis itu tercermin di kami,” imbuh Ponky.

Ponky mengatakan saat ini potensi pasar POS di Indonesia begitu besar. Sekitar 2 juta restoran, 2 juta lebih toko ritel, dan 100 ribu salon, yang tersebar di seluruh penjuru nusantara menurut Ponky mewakili betapa kompetisi di POS begitu menjanjikan. Itu pun menurutnya belum menyertakan jumlah usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) yang angkanya jauh lebih besar.

Namun di tengah besarnya potensi pasar tersebut, Hellobill masih jauh dari menguasai pasar. Mereka mengakui saat ini hanya sekitar 0,75 persen hingga 1 persen pasar yang mereka kuasai. Ponky mengatakan mereka setidaknya bersaing dengan sekitar 50 penyedia layanan POS lain di Indonesia.

“Tapi kalau melihat market posisi kami bisa di top 10 di Indonesia,” akunya.

Strategi merebut pasar

Ponky mengakui pihaknya tak punya dana untuk pemasaran besar-besaran. Secara sumber daya pun mereka belum cukup besar untuk menembus pasar yang melimpah di luar kota.

Di sisi lain, Hellobill sejatinya sudah menerima seed funding, namun mereka masih enggan membeberkan nama investor tersebut.

Kendati begitu, Ponky percaya layanan purnajual mereka dapat menjadi jurus mujarab agar produk mereka dikenal lebih luas dengan keadaan saat ini.

“Salah satu key point kami adalah aftersales karena itu marketing paling murah, makanya kami sangat perhatikan itu,” sambung Ponky.

Selain itu, Hellobill juga memperkuat layanan mereka dengan bermitra ke sejumlah penyedia layanan pendukung mulai dari sistem loyalitas, pencatatan keuangan, hingga opsi pembayaran digital. Mereka yang telah bekerja sama dengan Hellobill di antaranya adalah Tada, Stamps, Jurnal (kini menjadi bagian Mekari), Zahir, Cashlez, dan Ovo.

Sementara untuk monetisasi produk, Hellobill belum memilih belum ke arah sana karena masih berfokus pada produk utama mereka.

“Target tahun ini kami bisa masuk ke 2.500 outlet,” pungkas Ponky optimis.

Application Information Will Show Up Here
Previous Story

AI di Esports: Coach Baru yang Lebih Efektif?

Next Story

Mengulik Kemampuan Galaxy Note 10 Sebagai ‘Powerphone’ Andalan Samsung

Latest from Blog

Don't Miss

Pendanaan Awal Olsera

Startup POS Olsera Terima Pendanaan Awal 35,8 Miliar Rupiah dari Kejora-SBI Orbit Fund

Startup pengembang platform point-of-sales (POS) Olsera hari ini (07/1) mengumumkan
Startup pengembang teknologi imersif Arutala memproduksi aplikasi berbasis teknologi Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), Mix Reality (MR), PC Simulator, hingga 360° Video untuk berbagai sektor bisnis

Komitmen Arutala Percepat Implementasi Teknologi Imersif untuk Bidang Edukasi

Sebelum istilah metaverse ramai dibicarakan, banyak pihak yang skeptis dengan