Google kembali menyuarakan pentingnya membawa bisnis ke ranah digital (online) di tanah air ini. Bekerja sama dengan Deloitte Access Economics, Google Indonesia mengumumkan laporan penelitian “SME’s Powering Indonesia’s Success: The Connected Archipelago’s Growth Engine” yang mengungkap bahwa keterlibatan Usaha Kecil Menengah (UKM) secara digital dapat membantu meningkatkan pertumbuhan Ekonomi tahunan Indonesia sebesar dua persen.
Sebelumnya, Google Indonesia juga telah melakukan menjalankan berbagai skema untuk mengajal para pelaku UKM di Indonesia untuk mulai online. Insiatif program Android One merupakan langkah awalnya. Dilanjutkan dengan MobileLeadership Program (MLP), Google For Work, hingga terakhir Google Bisnisku yang menargetkan dua juta UKM terdaftar di akhir tahun 2017.
Melalui laporan laporan penelitian “SME’s Powering Indonesia’s Success: The Connected Archipelago’s Growth Engine”, ditemukan bahwa mendorong keterlibatan digital pada UKM dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia sebesar dua persen.
Pertumbuhan tersebut dibutuhkan oleh Indonesia untuk menjadi negara berpenghasilan menengah, dengan target tujuh persen pada tahun 2025. Indonesia sendiri tengah mencatat pertumbuhan yang mengesankan selama satu dekade terakhir, yakni rata-rata lima persen per tahun.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, “Saat ini sudah semakin banyak pemanfaatan dari teknologi digital seperti media sosial, pita lebar (broadband) dan e-commerce yang masing-masing dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi UKM.”
Berdasarakan laporan tersebut, ditemukan juga bahwa keterlibatan teknologi digital dengan UKM dapat meningkatkan pendapatan hingga 80 persen. Selain itu, kesempatan kerja juga turut meningkat hingga satu setengah kalinya. Artinya dengan keterlibatan teknologi digital, UKM juga dapat membuka kesempatan kerja baru.
Namun, terlepas dari keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknologi digital, ditemukan juga bahwa lebih dari sepertiga UKM di Indonesia (36%) masih offline, sepertiga lainnya (37%) hanya memiliki kemampuan online yang sangat mendasar (memiliki komputer dan akses broadband saja), 18% memiliki kemampuan online menengah (menggunakan jejaring sosial dan website), dan kurang dari sepersepuluh (9%) adalah bisnis online lanjutan (setara e-commerce).
Penelitian ini juga menemukan bahwa UKM dapat menjadi lebih kompetitif secara internasional apabila banyak memanfaatkan teknologi digital. Berdasarkan laporan ini, UKM dengan kemampuan online dasar memiliki pendapatan 6 persen lebih besar yang berasal dari pelanggan internasiona, dibandingkan dengan UKM offline.
Managing Director PT. Deloitte Konsultan Indonesia Claudia Lauw mengungkapkan bahwa studi kasus dalam laporan ini, seperti bisnis e-commerce fashion Islami HijUp dan juga bisnis kuliner Holycow Steak, telah menunjukkan bahwa Indonesia dapat memiliki bisnis inovatif yang sukses. “Bisnis-bisnis semacam ini adalah masa depan ekonomi Indonesia,” ujarnya.
Partner Deloitte Access Economics John O’Mahony mengatakan,
“Memperpercepat adopsi digital oleh bisnis di Indonesia tidak hanya mendorong pertumbuhan dan profitabilitas. Hal ini akan membantu mencapai tujuan nasional untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja, meningkatkan standar hidup, dan daya saing secara internasional. Inilah alasannya mengapa kebutuhan digital merupakan agenda penting bagi pemerintah Indonesia.”
Penelitian ini berdasarkan survey lebih dari 400 pemilik bisnis dan manager di seluruh Indonesia, literatur, analisis keadaan ekonomi, konsultasi dengan para pemangku kepentingan, dan analisis data yang tersedia secara publik untuk kawasan ASEAN. Untuk melihat laporannya secara lengkap Anda dapat mengaksesnya melalui tautan ini.