Kami baru-baru ini bertemu dengan Alan Jiang dan Karun Arya dari Uber dan berbincang tentang perkembangan layanan penyewaan mobil pribadi berbasis smartphone ini di Indonesia. Alan adalah anggota tim International Launcher dan saat ini memimpin tim Uber Indonesia, hingga General Manager untuk kantor Jakarta berhasil direkrut. Uber sendiri baru saja memperoleh pendanaan terbaru senilai $1,2 miliar, dengan porsi terbesar akan dialokasikan untuk ekspansi di kawasan Asia Pasifik.
Menurut Alan, target mereka saat ini adalah melayani konsumen di seantero Jakarta dengan masa tunggu kurang dari 10 menit sejak pemesanan, meski tidak memberikan tenggat tertentu kapan target tersebut bisa dicapai. Saat ini mereka ingin konsumen di kawasan seputar Senopati (dan SBCD) bisa dijangkau oleh armada Uber dengan waktu tunggu sekitar 10 menit dan kawasan Kuningan dan Kemang dalam waktu 15 menit.
Tentang kemungkinan berekspansi ke kota-kota lain di Indonesia, Alan mengatakan bahwa setelah mereka berhasil memenuhi targetnya di Jakarta, mereka tidak menutup soal hal tersebut di masa mendatang. Alan menambahkan bahwa mereka saat ini tetap hanya menyediakan layanan UberBlack, meskipun mereka sempat bereksperimen dengan UberLUX sebulan yang lalu.
Ketika ditanya soal surge pricing yang sudah pernah diujicobakan dua bulan lalu, Alan mengatakan Uber akan memberlakukan surge pricing secara permanen (di jam-jam sibuk) jika sudah memiliki banyak konsumen yang puas dengan layanan Uber di Jakarta. Selama jumlah kendaraan masih belum mencukupi, untuk mengakomodasi seluruh konsumen, seharusnya surge pricing belum diterapkan secara reguler.
Sementara itu, walau di Amerika Serikat Uber bekerja sama dengan PayPal dan di Tiongkok dengan Alipay, Uber belum akan menyediakan alternatif metode pembayaran bagi konsumen di Jakarta dalam waktu dekat untuk melengkapi kartu kredit. Di Indonesia sendiri penetrasi kartu kredit masih terbatas. Data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI) menunjukkan bahwa jumlah kartu kredit di Indonesia hampir mencapai 16 juta buah, atau sekitar 6% dari total populasi, meskipun kami tidak memiliki data berapa banyak yang berdomisili di seputaran Jakarta.
Terkait soal isu kesesuaian regulasi dan perpajakan, Alan menyebutkan Uber bekerja sama secara erat dengan regulator dan semua pajak dibayar secara penuh oleh partner lokalnya. Karun menambahkan Uber membawa akuntabilitas dan transparansi untuk bisnis transportasi. Sebelum mereka hadir, perusahaan taksi biasanya masih berbasis tunai yang dibayarkan ke sopir taksi. Dengan sistem pembayaran elektronik yang sifatnya cashless, Uber memastikan semua pendapatan tercatat dan para partner Uber harus membayar pajak.