Perkembangan pesat bisnis e-commerce dan kemudahan berbelanja online secara perlahan terus memakan korban. Salah satu contoh yang terbaru adalah Toys R Us. Pada pertengahan bulan September kemarin, jaringan toko ritel mainan terbesar di Amerika Serikat itu menyatakan pailit dan harus melakukan restrukturisasi finansial.
Lalu bagaimana cara Toys R Us memikat para orang tua dan anaknya untuk kembali datang dan berbelanja di toko-toko fisiknya ketimbang membeli secara online? Untuk itu, diperlukan bantuan teknologi, spesifiknya augmented reality yang belakangan memang sedang naik daun.
Buah pemikiran mereka adalah Play Chaser, sebuah aplikasi AR untuk Android dan iOS. Dikembangkan oleh developer PlayFusion, Play Chaser memanfaatkan teknologi computer vision untuk ‘membuka’ berbagai pengalaman AR saat pengguna berkunjung ke toko fisik Toys R Us.
Untuk memulai, anak-anak hanya perlu membuka aplikasi dan mengarahkan kameranya ke spanduk Play Chaser yang tersebar di toko. Setelahnya, anak-anak akan langsung dihadapkan dengan sejumlah aktivitas interaktif, mulai dari ring basket sampai bayi virtual, tergantung di lorong kategori apa spanduknya terpasang.
Toys R Us menegaskan bahwa Play Chaser benar-benar dapat dinikmati secara cuma-cuma, tanpa ada embel-embel in-app purchase. Agar dapat menarik anak-anak untuk kembali berkunjung dan bermain di lain kesempatan, Play Chaser juga menawarkan fitur leaderboard dan achievement dalam satuan bintang untuk membuka aktivitas-aktivitas baru.
Untuk sekarang Play Chaser baru diuji di beberapa toko fisik Toys R Us saja, namun semua tokonya di AS bakal kebagian jatah mulai 21 Oktober mendatang. Bagi kita di Indonesia, Play Chaser setidaknya bisa memberikan gambaran terkait signifikansi augmented reality, sampai-sampai Toys R Us memercayakannya sebagai salah satu solusi atas permasalahannya.