Mengembangkan platform tidaklah semudah membalikan telapak tangan, ada elemen-elemen penting di dalamnya yang selalu butuh perhatian lebih, seperti User Experience (UX) misalnya. Bagi seorang UX designer, menciptakan sebuah pengalaman yang baik adalah tentang bagaimana mereka dapat memahami cerita dari pengguna.
Mantan storyboard artist Pixar Emma Coats di tahun 2011 pernah membagikan tentang 22 aturan bercerita yang menurut komunitas ThoughtWorks aturan tersebut dapat diadaptasi dalam merancang UX yang bagus.
Berikut ini adalah adaptasi aturan tersebut.
1. Ingatlah bahwa UX designer lebih dikagumi karena iterasi mereka, bukan karena kesuksesannya. UX yang berhasil adalah yang telah melalui tahap uji dan validasi yang dilakukan perancang UX melalui penelitian pengguna, cerita pengguna dan prototyping. Kuncinya adalah untuk menentukan asumsi, uji, memperbaiki, dan terus mengulang untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
2. Ketahuilah apa yang menarik untuk pengguna. Artinya Anda harus mengingat apa yang menarik untuk Anda sebagai pengguna, bukan apa yang menyenangkan untuk dilakukan sebagai seorang desainer. Ini karena keduanya bisa jadi sangat berbeda.
3. Lakukanlah riset. Mencoba untuk konsistensi itu penting, tetapi Anda tidak akan melihat tentang apa cerita pengguna sebenarnya sampai Anda berada di akhir cerita.
4. Ceritakan kisah pengguna Anda. Hal ini penting, terutama ketika Anda tidak bisa melibatkan semua orang dalam sesi penelitian. Cerita dapat membantu menentukan keadaan awal, keseharian pengguna dalam kehidupan sehari-hari dan bekerja, hingga dapat menentukan peristiwa atau kasus di mana pengguna menunjukan sikap yang berbeda.
5. Sederhanakan dan fokus pada apa yang ingin dikembangkan. Menggabungkan fitur atau ambil jalan memutar. Perlu keberanian untuk menanggalkan sesuatu, tapi perlu diingat bahwa pengguna tak butuh hal rumit. Mereka hanya perlu dapat melakukan apa yang mereka butuhkan dengan lancar dan mulus dan biasanya itu membuat mereka senang.
6. Tantang keahlian desain atau interaksi Anda. Ketahui di mana Anda ahli, kemudian tantang hal tersebut dengan melakukan kebalikannya dan lihat bagaimana Anda atau hal tersebut di tangani. Misalnya, pertimbangkan bagaimana desain Anda bertahan pada perangkat atau resolusi layar yang berbeda. Apa yang akan terjadi jika seseorang dengan gangguan penglihatan yang diperlukan untuk meningkatkan ukuran font? Aksesibilitas juga merupakan pertimbangan penting di sini.
7. Definisikan tujuan dari desain. Produk perlu diberikan proposisi nilai, pengalaman dan manfaat bisnis tertentu dan ini perlu didefinisikan sebelum mulai merancangnya. Berbagai pertanyaan perlu dieksplorasi sejak awal karena jawabannya dapat berdampak besar nantinya.
8. Selesaikan prototipe dan biarkan meluncur bahkan jika itu tidak sempurna. Dalam dunia UX ini disebut Minimum Viable Product (MVP). Apa yang perlu dilakukan di sini adalah mempertimbangkan hal apa saj yang perlu ditanggalkan dari uji coba prototype yang diluncurkan. Bukan berarti meluncurkan prototype yang bahkan tidak layak untuk uji coba.
9. Ketika terjebak, buat daftar apa saja yang tidak akan bekerja. Terkadang Anda harus melalui proses ini, karena banyak bahan yang akan muncul dari “ruang negatif” ini untuk terlepas dari situasi sulit yang Anda hadapi.
10. Ambil pengalaman dan desain yang Anda suka. Ini adalah tentang mencuri seperti seorang seniman untuk menginspirasi apa yang akan Anda buat. Apa yang Anda suka pada mereka adalah bagian dari Anda dan Anda harus mengakui itu sebelum menggunakannya.
11. Taruh ide Anda di atas kertas, jangan biarkan itu berada di kepala Anda. Tak banyak penjelasan di sini, dengan menaruh ide di atas kertas, Anda dapat berbagi dengan yang lain dan dapat menerima masukkan ataupun kritikan.
12. Perhitungkan hal pertama dan setelahnya yang datang ke pikiran. Perlu untuk mengeksplorasi segala kemungkinan yang ada agar Anda tidak kehilangan solusi yang lebih baik.
13. Anda perlu memahami basis pengguna Anda dan memfasilitasinya dengan berbagi pemahaman ini dengan tim Anda. Jangan menjadi “air mancur” pendapat, karena itu bisa meracuni tim. Temukan empati dan berbagilah dengan tim Anda.
14. Pertanyakan mengapa harus Anda membuat pengalaman (UX) ini? Anda harus menyadari alasan pribadi Anda dalam membuat UX tersebut, karena itulah yang menjadi “jantungnya”.
15. Posisikan diri Anda sebagai pengguna untuk memahami perasaan mereka. Dengan demikian Anda bisa mencoba memahami apa yang dirasakan pengguna dan apa yang mendasari motivasinya untuk saat menggunakan UX Anda. Kemudian Anda bisa berbagi pandangan Anda dengan tim Anda.
16. Ketahui apa saja resikonya? Mengkomunikasikan resiko, rasa frustasi, dan niat menjadi penting karena itu artinya Anda memberikan sponsor dan rekan alasan untuk peduli dengan UX yang dikembangkan.
17. Ingatlah tidak ada pekerjaan yang sia-sia. Jika hal yang sedang dikerjakan tidak bekerja, Anda bisa melepaskannya. Tapi ingatlah itu bisa kembali lagi untuk menjadi berguna nantinya.
18. Anda harus tahu diri. Di sini, Anda harus mengetahui perbedaan antara melakukan yang terbaik dan rewel. Menciptakan pengalaman atau UX adalah tentang pengujian.
19. Hipotesis yang mengarah pada kesimpulan pengguna dapat kesulitan besar adalah hal baik. Hipotesis untuk mendapatkan mereka keluar dari itu adalah kecurangan. Intinya, jangan mencari alasan terkait dengan kelemahan pada UX yang dikembangkan, seperti alasan “akan kami berikan pelatihan” misalnya. Lebih baik menginvestasikan waktu dan dana untuk memperbaikinya.
20. Lakukan latihan berdasarkan pengalaman. Di sini, Anda bisa mengambil pengalaman yang Anda tidak suka. Kemudian berlatih lah untuk dapat mengatur ulang mereka menjadi apa yang Anda suka.
21. Anda harus bisa mengidentifikasi dengan konteks dan pengguna. Ketika Anda melakukan penelitian dengan benar, Anda bisa mencapai ke titik di mana Anda memiliki pemahaman apa itu user context. Dari titik ini Anda dapat membentuk pemahaman nyata dan memiliki potensi untuk membuat UX yang sebenarnya.
22. Apa inti dari UX Anda? Tentukan inti dan versi sederhana dari UX yang Anda ingin buat. Ini akan membantu Anda fokus ketika Anda mulai menyelam ke dalam menciptakan desain interaksi dan mengidentifikasi cerita pengguna berdasarkan prioritas.
Tentu ini bukan aturan yang benar-benar pasti untuk membuat sebuah UX dari suatu platfom. Ini karena kebutuhan UX tiap pengguna berbeda dan hasilnya akan berbeda pula nanti.