Menurut laporan BPS bertajuk “Statistik E-commerce 2019”, tahun lalu sebanyak 15,08% dari bisnis di Indonesia dijalankan secara online, sisanya 84,92% masih offline. Namun berdasarkan hasil penelitian terbaru yang diungkap Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sepanjang masa pandemi Covid-19 tercatat ada peningkatan hingga lebih dari 300 ribu pengusaha baru yang masuk ke ranah online.
Peningkatan tersebut cukup masuk akal, pasalnya adanya pembatasan sosial dan berkurangnya aktivitas di luar rumah mendorong masyarakat lebih konsumtif melakukan transaksi melalui platform digital. Mudah ditemui juga usaha-usaha baru berbasis social commerce di sekitar kita. Mereka memanfaatkan media sosial untuk memulai wirausaha. Ada yang berjualan makanan, pakaian, hingga jasa.
Beberapa melakukan pekerjaan tersebut penuh waktu menggantikan pekerjaan sebelumnya, sebagian lagi mengisi waktu luang di sela-sela pekerjaan utamanya. Kesempatannya memang cukup menjanjikan, karena pilihan platform promosinya juga sangat beragam. Nah, barangkali Anda juga mau ikut mencoba meramaikan tren yang kami sebut dengan “new economy” tersebut?
Tulisan ini akan membahas beberapa kiat yang dirangkum dari berbagai sumber dan narasumber terkait mengoptimalkan media sosial untuk bisnis tahap awal.
Manfaatkan fitur jualan di media sosial
Bila dipakai secara tepat, media sosial dapat membantu usaha rintisan Anda berkembang. Untuk memaksimalkan publikasi barang dagangan salah satunya bisa dengan manfaatkan fitur-fitur yang memang disediakan platform untuk menunjang bisnis. Misalnya di Facebook, saat ini sudah ada fitur Marketplace, memungkinkan pengguna untuk membuat konten jualan yang lebih terstruktur di sana.
Untuk memulai berjualan dengan fitur tersebut, bisa membuka menu yang tertera di aplikasi, atau melalui tautan berikut ini: https://www.facebook.com/marketplace.
Calon pembeli juga turut dimudahkan. Selain karena informasi yang dibutuhkan sudah terpampang secara jelas, hal ini memudahkan mereka terhubung dengan Anda sebagai pembeli secara mudah, walaupun tidak saling berteman. Adanya fitur geolokasi juga memungkinkan penjual bertemu pelanggan potensial yang jaraknya tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Instagram juga memiliki fitur yang mengakomodasi pebisnis mikro untuk mudah berjualan. Bernama “Instagram Shopping”, pengguna bisa menampilkan katalog dan daftar harga pada foto-foto yang dipublikasikan. Selain itu, pengalaman pengguna yang ditawarkan memungkinkan mendorong calon pembeli untuk terhubung dengan kanal penjualan Anda – baik untuk berkomunikasi langsung, lewat online marketplace, atau lainnya.
Akun pribadi atau bisnis?
Dimulai dari skala kecil, biasanya media sosial yang dimanfaatkan adalah akun personal pemilik bisnis. Tidak salah, tapi ada baiknya mulai memikirkan pembuatan akun media sosial khusus untuk brand produk yang dijajakan. Di Facebook bisa membuat Fans Page, di Instagram dan WhatsApp bisa membuat akun bisnis. Masing-masing punya keunggulan, misalnya memudahkan kita untuk memanfaatkan fitur iklan atau mendapatkan fitur-fitur khusus bisnis.
Dari sisi brand awareness, hal ini memungkinkan calon pengguna menilai lebih obyektif tentang kualitas produk. Penggunaan akun personal untuk bisnis lebih rentan dengan penilaian subyektif – ambil contoh ada beberapa orang yang tidak mau mencoba beli karena tidak sepemikiran dengan pemilik bisnis, misalnya faktor politik, klub sepak bola favorit, hingga faktor lain. Beberapa brand yang sehari-hari kita gunakan kebanyakan juga berprinsip seperti itu: membawa konsumen menilai obyektif kualitas produknya tanpa perlu mempertimbangkan siapa di balik produk tersebut.
Di titik atau kondisi tertentu, “siapa founder bisnisnya” juga berpengaruh. Dengan asumsi kita ini adalah orang yang biasa-biasa saja, fokus ke brand dapat dijadikan pilihan. Sama seperti orang, produk juga memiliki persona yang bisa didesain empunya.
Apakah perlu beriklan?
Jawabannya tentu akan berbeda-beda, namun beberapa hal ini mungkin bisa jadi pertimbangan. Pada dasarnya manfaat beriklan di media sosial untuk membuat postingan dilihat lebih banyak orang. Karena berbayar, pengguna bisa menentukan sendiri demografi pengguna seperti apa yang dituju, misalnya berdasarkan lokasi, usia, pekerjaan, dan lain-lain.
Namun jika Anda benar-benar sedang memulai, ada baiknya untuk menerapkan prinsip Product-Market Fit, yakni berupaya memastikan bahwa produk yang akan dijual benar-benar sesuai dan ada pembelinya. Jika produk tersebut berupa makanan, pastikan rasanya disukai banyak orang dengan harga yang sesuai. Untuk menemukan kesimpulan tersebut, proses Product Market Fit dilakukan dengan menguji penerimaan sebuah produk di skala pasar yang lebih kecil.
Anda bisa memulai mempromosikan produk tersebut di lingkaran pertemanan terdekat, seperti melalui story di WhatsApp, postingan di Facebook, Instagram, Tiktok, dan lain-lain. Lihat bagaimana respons mereka. Jika sudah baik maka bisa dilanjutkan, termasuk memperluas cakupan pasar dengan beriklan.
Namun jika ternyata responsnya masih belum sesuai harapan, ada baiknya untuk melakukan evaluasi dengan memikirkan kembali: (1) apakah produknya kurang sesuai ekspektasi pasar? (2) apakah harganya terlalu tinggi? (3) apakah ternyata produk tersebut harus disuguhkan kepada segmentasi konsumen tertentu?
Alih-alih mendapatkan return of investment (ROI), alias hasil investasi yang sesuai, beriklan tanpa strategi hanya akan membuang-buang dana, tenaga, dan waktu.
Saat beriklan juga pastikan memilih platform yang tepat. Seperti diketahui, saat ini ada beberapa aplikasi media sosial populer di Indonesia. Masing-masing memiliki karakteristik tersendiri – terutama didasarkan pada jenis konten yang diakomodasi dan basis pengguna. Berikut ini contoh pertimbangan yang bisa dipilih:
- Jika Anda menjual roti yang memiliki visual apik, maka Instagram dapat menjadi galeri produk yang menawan. Beriklan lewat layanan tersebut berpeluang untuk mendapatkan peningkatan traksi bisnis.
- Jika Anda menjual buku dari penerbit, maka pemasaran model bercerita akan lebih diminati. Platform seperti Facebook dapat dipilih untuk beriklan dan meningkatkan brand awareness.
- Jika Anda berbisnis pakaian lalu ingin menyuguhkan iklan dengan konten yang unik, beriklan di TikTok mungkin bisa relevan untuk sukseskan kampanye produk.
Tidak ada rumus yang pasti. Semua formula harus diuji dan mendapatkan pembaruan. Tren di media sosial bersifat sangat dinamis.
Perlukah jasa influencer?
Istilah “endorse produk” juga populer di tengah perkembangan media sosial. Pengguna dengan followers besar – biasanya datang dari kalangan figur publik, memberikan rekomendasi kepada netizen terkait penggunaan produk tertentu. Mereka disebut dengan influencer. Brand harus mengeluarkan sejumlah uang atau dapat melakukan kerja sama dengan mekanisme tertentu (masing-masing influencer memiliki model kesepakatan berbeda).
Apakah efektif memakai jasa influencer untuk meningkatkan penjualan produk? Konsep dasar kerja influencer adalah mempengaruhi orang supaya menggunakan apa yang ia gunakan. Tarifnya akan bergantung popularitas influencer tersebut. Beberapa influencer dengan kredibilitas tinggi hanya mau mengulas produk yang berkualitas juga (yang benar-benar mereka gunakan atau makan). Beberapa lainnya sekadar mem-posting.
Bersifat lebih personal, latar belakang si influencer kadang juga berpengaruh pada image brand produk. Jika Anda benar-benar merasa perlu melakukan pemasaran ini, pastikan kalangan follower si influencer sesuai dengan target pasar. Ini bisa dilihat dari brand yang terlebih dulu memanfaatkan jasanya, melihat postingan di akunnya, atau interaksi mereka dengan penggunanya. Karena berbayar, biasanya kita berhak memberikan arahan konten yang akan dipublikasikan – misalnya dengan menekankan keunggulan dari produk yang dijual.
Alternatif lain adalah dengan membuat testimoni dari pelanggan sebelumnya, kemudian diiklankan ke media sosial.
Tetap relevan di media sosial
Menyikapi kondisi tren di media sosial yang dinamis, pendekatan bisnis di dalamnya juga perlu selalu beradaptasi. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
- Amati trending topic atau topik bahasan di media sosial. Ini bisa dilakukan secara manual di masing-masing aplikasi ataupun menggunakan alat bantu.
- Gunakan fitur analitik di masing-masing media sosial untuk melihat kebiasaan dan tren pengguna. Misalnya Facebook Analytics, Instagram Insight, Twitter Analytics, TikTok Analytics – dan fitur analitik lain yang mengikat di media sosial tertentu.
- Ikuti akun-akun yang memiliki pengaruh besar mendorong terbentuknya tren atau topik perbincangan di media sosial.
Manfaat lain yang bisa didapat dengan mengikuti tren di media sosial adalah memungkinkan bisnis menemukan momentum untuk meningkatkan promosi.