Hari ini, Sabtu (3/9) kompetisi “Facebook Indonesia Developer Challenge” hasil kerja sama antara Facebook dengan DailySocial resmi digelar. Kompetisi ini digelas selama dua hari, mulai dari hari ini hingga esok hari.
Kegiatan di hari pertama, sebelum hackathon dimulai peserta mendapat penjelasan detil mengenai teknis kompetisi hingga pengenalan mentor. Kemudian, ada opening ceremony yang diwakili oleh Alice Wei, Head of Product Partnership Facebook. Esok hari adalah sesi penjurian dan pengumuman pemenang.
Alice Wei menjelaskan semangat Facebook menjadi pihak penyelenggara kompetisi ini, ingin membuka peluang sebesar-besarnya untuk para developer lokal. Dengan tools yang disediakan Facebook diharapkan bisa membantu peserta memecahkan permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
[Baca juga: Ini Daftar Ide Terpilih yang Berhak Mengikuti Facebook Indonesia Developer Challenge 2016]
Terlebih, bagi Facebook, Indonesia merupakan pangsa pasar terbesar yang belum sepenuhnya bisa terhubung dengan internet. “Maka dari itu, kami ingin memberikan andil kepada Indonesia dengan memberikan kesempatan kepada para developer untuk membuat sesuatu yang bisa menghubungkan seluruh daerah dengan memakai tools dari Facebook,” ujarnya disela-sela acara Facebook Indonesia Developer Challenge, Sabtu (3/9).
Wei menambahkan, Facebook melihat antusiasme peserta sangat tinggi. Hal ini terlihat dari kemauan mereka untuk belajar dan memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi dalam mempelajari hal-hal baru. Dia berharap kompetisi ini akan membuat para developer lokal jadi lebih aware dengan berbagai tools yang dimiliki Facebook bisa membantu memecahkan solusi yang ada.
“Kami memiliki ekspektasi akan banyak solusi baik diciptakan dari kompetisi ini. Sebab, developer di Indonesia sangat bertalenta, haus akan ilmu baru, dan memiliki keinginan yang tinggi dalam menyelesaikan suatu permasalahan.”
Wei mengungkapkan, Facebook memiliki komitmen yang tinggi untuk keberlanjutan kompetisi ini di tahun-tahun berikutnya. Dia berharap setelah kompetisi ini berakhir, banyak masukan yang bisa didapat untuk Facebook. Agar ke depannya, kompetisi bisa lebih jauh memberi dampak untuk kegiatan masyarakat Indonesia.
Seperti diketahu, dalam kompetisi ini Facebook mendapat masukan 123 ide. Namun, yang berhasil lolos sebanyak 28 ide untuk disubmisikan ke dalam sebuah aplikasi. Ide tersebut juga harus diintegrasikan setidaknya dua dari Facebook Developer tools.
DailySocial berkesempatan untuk mewawancarai tiga tim peserta. Berikut rangkumannya:
Hamsterman (Bandung)
Tim asal Bandung ini terdiri dari tiga orang, Stefio Kurniadi, Debora Halim, dan Ryan Ignatius. Hamsterman adalah aplikasi virtual novel dalam bentuk Messenger bot. Konsep awalnya, pengguna Facebook bisa membaca novel secara online dengan berbagai ending sesuai yang diinginkan. Hal ini otomatis membuat penulis harus memiliki ide cerita yang default, namun memiliki berbagai ending sesuai keinginan pembaca.
“Kreasi menulis jadi tidak terbatas, karena penulis bisa explore ide cerita. Sehingga cerita yang sudah umum pun, bisa diubah jadi lebih menarik,” ujar Debora.
Nantinya, saat pembaca sudah mengaktifkan Messenger bot Hamsterman akan mendapat list novel yang bisa dibaca dan memilihnya berdasarkan kategori yang diinginkan. Hadirnya Hamsterman, diharapkan dapat memberikan solusi pengurangan aplikasi novel online dalam smartphone.
Stefio menambahkan, hadirnya Facebook sebagai penyelenggara dalam kompetisi ini sangat membantu tim dalam memvalidasikan ide jauh lebih dalam. Sebab tantangan terbesar saat mengimplementasikannya, adalah meracik ide hingga end-to-end.
“Sebenarnya secara teknologi pengembangan virtual novel tidak jadi sulit, sebab sudah ada tools dari Facebook. Hanya saja saat meracik ide itu yang tersulit.”
Edcomm (Education Communicator), Bandung
Edcomm adalah aplikasi yang berusaha memberi solusi terhadap permasalahan yang kerap terjadi antara sekolah dengan orang tua murid. Akhir-akhir ini banyak kesalahpahaman yang terjadi antara guru dengan orang tua, misalnya tindakan anarkis orang tua ke guru, atau sebaliknya.
Kejadian ini rutin menimpa banyak pihak dan banyak diantaranya yang saling menyalahkan satu sama lain. Untuk itu, Sandi Adrian, Deden Nugraha, dan Tigin Habibie mencoba untuk memberikan solusi berupa aplikasi pemantau kegiatan siswa lewat smartphone.
Tools dari Facebook yang dipergunakan adalah Login Facebook dan Quote Plugin. Ada tiga sasaran pengguna Educomm, sekolah (guru), siswa, dan orang tua. Masing-masing pengguna memiliki fitur yang berbeda-beda ketika menggunakan aplikasi tersebut.
Untuk sekolah, dapat menginput data absensi siswa dan kegiatan sekolah. Orang tua dapat mengisi absensi bila anaknya izin karena sakit. Sedangkan murid hanya bisa menjadi viewer. Solusi ini diharapkan bisa menekan biaya untuk sekolah yang selama ini menggunakan absen sidik jari murid dan orang tua bisa mendapatkan notifikasi SMS.
“Absen sidik jari yang sudah dilakukan beberapa sekolah swasta itu sebenarnya cukup mahal karena sekolah harus mengeluarkan biaya per SMS-nya sebesar 400 Rupiah. Coba hitung bila siswanya makin banyak, tentu saja biayanya akan lebih besar per hari-nya. Dengan adanya aplikasi Educomm bisa menekan biaya pengeluaran sekolah karena orang tua bisa memantau secara real time lewat aplikasi,” ujar Sandi.
Menurut Sandi, dengan adanya kompetisi ini bisa menjadi ajang untuk memvalidasi ide dan mendapat banyak masukan dari mentor. Dia pun bisa langsung bertanya kepada pihak Facebook. Dia berharap ide awalnya ini dikemudian hari bisa menjadi sebuah startup usaha baru. Sebab pada awalnya Educomm saat ini masih berbentuk mobile web, belum berbentuk aplikasi yang sudah bisa diunduh dari Play Store.
LunaFood (Jakarta)
LunaFood berbentuk Messenger bot yang dapat menghubungkan orang-orang yang ingin berbagi makanan. Konsep ini diinisiasi oleh Aldi Sefrinaldi dan Fazar Mochamad Fazar mahasiswa lulusan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI), Depok.
LunaFood bisa menjadi ajang untuk orang-orang saling berbagi makanan, entah untuk temannya atau orang yang belum dikenal. Dari sana, nantinya bisa tercipta bisnis jualan makanan yang bisa dilakukan. Dengan radius 1 km, semua transaksi bisa terjadi.
Menurut Aldi, ide awal menciptakan LunaFood baru terungkap saat Facebook mengumumkan kompetisi. Meski dadakan, namun dengan berbagai fasilitas yang diberikan Facebook turut membantu tim LunaFood dalam merealisasikannya.
“Inspirasi awalnya karena melihat kondisi anak kos-kosan dengan gaya hidup berdasarkan budget-nya yang pas-pasan. Kemudian, tercipta ide untuk membuat sebuah messenger yang bisa membantu mereka. Sebenarnya semua orang yang ingin sharing masakan atau membelinya adalah konsumen tujuan kami, tidak hanya untuk kalangan mahasiswa saja,” terang Aldi.