Platform e-commerce fesyen Sale Stock mengklaim segera mendekati titik impas (break even point/BEP) dan bersiap untuk mendulang laba sejak pertama kali berdiri pada akhir 2014. Kinerja ini ditopang dari pertumbuhan revenue berlipat ganda selama 9 bulan pasca memperoleh pendanaan seri B+ senilai Rp360 miliar pada tahun 2017.
Sayangnya CEO & Co-Founder Sale Stock Lingga Madu enggan membeberkan lebih detail terkait klaimnya tersebut dalam wawancaranya bersama DailySocial. “Kami on track menuju BEP, tapi belum bisa di-disclose kapannya,” ujarnya, Selasa (27/3).
Lebih lanjut Lingga menjelaskan, secara mendasar perusahaan dibangun dengan misi ingin melayani 1 miliar pengguna, untuk itu strateginya harus sejalan namun sehat. Perusahaan tidak bisa selamanya menerapkan strategi pemasaran dengan bakar uang demi menarik transaksi, perlu memikirkan bagaimana bisnis yang berkelanjutan hingga masa mendatang.
Alhasil kiblat yang dianut Sale Stock adalah perusahaan seperti Unilever, PnG, dan Coca Cola yang tetap bisa hidup selama puluhan tahun dengan mengandalkan keuntungan yang diperoleh saja. Sebagai langkah awal, ini dibuktikan lewat pencapaian gross margin yang dinilai setara dengan perusahaan fesyen e-commerce terbuka di skala internasional seperti Boohoo, Asos, dan Zalando.
“Dari inventory, Sale Stock hanya jual barang sendiri. Kita bisa potong inefficiency, lalu mengalokasikan sebagian besar saving ke konsumen dan sisanya untuk bangun fondasi biar perusahaan bisa lebih besar.”
Maka dari itu, sambungnya, Sale Stock bukan tergolong startup e-commerce yang rajin mencari pendanaan baru tiap tahunnya. Pendanaan terakhir yang diumumkan perusahaan adalah seri B+ sebesar Rp360 miliar yang dipimpin oleh Gobi Partners dan Golden Equator Capital, kemudian diikuti MNC Media Investment, SMDV, Convergence Ventures, Kip, dan Alpha JWC Ventures.
“Uang yang kita raise kemarin, cukup untuk sampai BEP. Ketika sudah BEP, itu enak. Kita mau hidup dari operasional saja bisa, kalau mau tumbuh lebih cepat atau ekspansi regional bisa raise fund lagi. Banyak sekali opsi setelah kita bisa BEP dan BEP itu membuktikan bahwa bisnis kita ini solid dan bisnis beneran.”
Model bisnis utama Sale Stock adalah B2C, tanpa ada B2B sama sekali, menyediakan akses fesyen wanita –juga pria– yang berkualitas dengan harga terjangkau. Barang yang dijual dalam platform adalah hasil produksi pabrikan sendiri bekerja sama menjangkau para penjahit UKM tersebar di berbagai lokasi.
Hasil produksi disimpan dalam gudang Sale Stock yang berlokasi di Cawang, kemudian dikirim dengan menggunakan jasa pihak ketiga. Kanal penjualan yang dimanfaatkan Sale Stock adalah multi-platform, di antaranya aplikasi mobile, situs web, LINE, WhatsApp, BBM Channel, dan Instagram yang sudah didukung dengan bantuan chatbot “Soraya”.
Soraya adalah customer service Sale Stock tersedia selama 24 jam. Lewat chatbot ini, pengguna dapat meminta rekomendasi produk sesuai selera dan mengakomodasi hingga pembayarannya.
Strategi meyakinkan konsumen baru
Kendati Sale Stock adalah bisnis yang bergerak secara penuh di teknologi, namun perusahaan menyediakan layanan dengan proses pembayaran di tempat (COD) dinamai “Coba Dulu Baru Bayar (CDBB)”. Tujuannya ingin mendongkrak pengguna baru yang sebelumnya ragu belanja baju di situs online karena takut tidak sesuai ketika pesanan tiba.
Di layanan ini, pengguna dipersilakan untuk mencoba baju selama 15 menit setelah kurir tiba di lokasi perjanjian. Pengguna dapat mengembalikan produk pada saat itu juga bila tidak suka dan hanya membayar produk yang disukai apabila metode pembayaran yang dipilih adalah COD.
Pilot layanan ini dimulai sejak September 2017 untuk wilayah Jabodetabek. Dari sana, pihak Sale Stock mendapat banyak pembelajaran dan akhirnya mantap untuk memperluas layanan ini hingga 250 kota di seluruh Indonesia hingga mencakup Maluku, Papua, Kalimantan, NTT, NTB, dan Bali.
“Kami memutuskan untuk jadikan CDBB sebagai layanan permanen, bukan periodik yang hanya ada secara berkala saja.”
Layanan ini, menurut Lingga, memang syarat dengan berbagai inefisiensi karena potensi barang kembali (retur) cukup tinggi, terlebih layanannya sudah nasionalkan. Namun kekhawatiran tersebut bisa diatasi lantaran produk Sale Stock mengusung jaminan 100% tampilan asli karena perusahaanlah yang desain dan produksi sendiri. Ukurannya pun seragam sesuai patokan, tidak berbeda antar produk.
“Kami sudah buat perhitungan [untuk layanan CDBB] bila retur terjadi. Namun dari pembelajaran ini, kami buat riset internal dengan menanyakan kepada responden. Hasilnya adalah sebanyak 74% dari mereka menyebut pertama kali belanja online itu lewat Sale Stock. Ini buat kami jadi optimis.”
Diklaim Sale Stock telah menerima 400 ribu konsumen yang memanfaatkan layanan tersebut di seluruh Indonesia. Secara total, hingga kini Sale Stock telah mengirimkan lebih dari 4 juta pesanan dengan total SKU sekitar 150 ribu barang.
Kantor Sale Stock berada di enam titik dengan tiga lokasi, di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta dengan total karyawan sekitar 700 orang yang keseluruhannya adalah talenta lokal. Aplikasi untuk versi Android saja telah diunduh lebih dari 5 juta kali.