Dark
Light

Tiga Model Bisnis yang Sering Digunakan oleh Startup Hardware

1 min read
June 27, 2016
Tiga model bisnis untuk startup hardware

Di Indonesia hiruk-pikuk perihal startup hampir selalu didominasi oleh layanan berbentuk perangkat lunak. Sangat jarang melihat nama-nama startup yang bergerak di bidang hardware dibicarakan di masyarakat dalam kesehariannya. Bukan tidak ada, startup hardware hanya belum banyak dikenal karena memang mengambil segmentasi niche, yang tidak begitu umum. Selain perihal sumber daya, model bisnis mereka juga sedikit berbeda dengan model bisnis startup kebanyakan.

Nama-nama mentereng di ranah startup hardware asal Indonesia seperi Cubeacon,  e-fishery dan PowerCube misalnya. Masing-masing memiliki model bisnis yang berbeda. Ada yang menjual hardware dengan bonus layanan, atau sebaliknya, menjual layanan berbonus penggunaan hardware. Ini tergantung pendekatan yang dilakukan masing-masing. Founder Bolt Venture Capital Ben Einstein dalam laman resminya membagikan tiga bentuk model bisnis yang biasa diterapkan untuk startup hardware. Sesuatu yang bisa dipertimbangkan bagi Anda yang sedang membangun startup hardware.

Model bisnis pertama yang biasa digunakan adalah hardware as a services. Model bisnis ini disebutkan sebagai model bisnis yang paling sering digunakan oleh startup yang menawarkan produk hardware. Di model bisnis ini startup mendapatkan keuntungan dari penjualan atau penyewaan perangkat yang bisa digunakan dengan membayar biaya berlangganan. Bisa berdasarkan waktu, tahunan atau bulanan, atau berdasarkan penggunaan data. Sederhananya model bisnis ini tidak menjual hardware secara langsung, tetapi menjual layanan yang mendukungnya untuk menutup biaya hardware.

Model bisnis selanjutnya yang bisa digunakan adalah hardware-enabled services. Model bisnis ini hampir serupa dengan model bisnis hardware as a services. Hanya saja model bisnis ini menggunakan produk layanan freemium. Pengguna dibebankan biaya untuk mendapatkan hardware mereka. Selanjutnya mereka akan mendapatkan layanan pendukung terbatas, seperti kapasitas penyimpanan dan fitur. Untuk mendapatkan layanan full service atau menambah kapasitas mereka kembali dibebankan biaya berlangganan. Harus penuh perhitungan dalam menentukan harga, karena semua tergantung pengalaman pengguna.

Model bisnis ketiga adalah consumable. Model bisnis ini yang paling ringkas. Menjual hardware langsung tanpa embel-embel layanan yang mengikatnya. Seperti yang dilakukan Amazon dengan Kindle-nya. Hanya saja untuk menerapkan model bisnis seperti ini perlu perhitungan dan pertimbangan yang matang. Seperti pengalaman pengguna dan kemungkinan penjualan berulang.

Previous Story

Mengantisipasi Gelombang E-commerce, Dampak Akuisisi Lazada dan Kehadiran Amazon

Next Story

Hal-Hal yang Perlu Anda Ketahui Mengenai PlayStation Neo

Latest from Blog

Don't Miss

Nintendo Switch Jadi Konsol Paling Laku ke-3, Bagaimana Bisa?

Nintendo Switch kini duduk di peringkat 3 dalam daftar konsol
Indigo Impact Report 2021

Laporan DSInnovate: Dampak Program Inkubator dan Akselerator untuk Ekosistem Startup Indonesia

Menurut data terbaru yang dirangkum laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi