Belum lama ini, Microsoft mencoba membuktikan bahwa browser buatannya, Edge, jauh lebih efisien soal konsumsi daya dibanding browser lain. Baru beberapa hari berselang, rupanya sudah ada pihak yang ‘tidak terima’ dengan klaim tersebut. Pihak tersebut adalah Opera.
Dalam pengujian yang dilakukan Microsoft, Opera memang diikutkan sebagai salah satu subjek tes. Tim Opera sendiri agak terkejut mengingat browser besutannya sedang dalam posisi mode power saving menyala dalam pengujian yang dilakukan Microsoft. Merasa tidak percaya, Opera memutuskan untuk melakukan pengujian ulang, kali ini dibandingkan secara langsung dengan Microsoft Edge.
Dari hasil pengujiannya, Opera versi Developer terbaru dengan fitur adblocker dan power saving aktif mampu beroperasi 22 persen lebih lama ketimbang Microsoft Edge dan 35 persen lebih lama daripada Chrome. Opera tak lupa menjelaskan bahwa metode pengujiannya kemungkinan berbeda dari yang dilakukan Microsoft, mengingat Microsoft tidak memaparkan metodenya secara merinci.
Pun demikian, Opera memastikan bahwa metode yang mereka gunakan sama persis seperti ketika mereka menguji fitur power saving-nya, dimana algoritma khusus telah disiapkan supaya berbagai macam situs dapat dibuka dan di-scroll secara otomatis, meniru pemakaian pengguna sehari-hari.
Lalu siapa yang lebih bisa kita percaya, Microsoft atau Opera? Well, saya pribadi lebih condong ke Opera. Bukan karena saya dibayar, tetapi karena secara teori apa yang dilakukan Opera dengan mode power saving-nya terkesan lebih masuk akal untuk bisa meningkatkan daya tahan baterai. Saya pun juga merupakan pengguna Chrome sampai sekarang – boros daya atau tidak, saya tidak terpengaruh karena menggunakan PC desktop, bukan laptop.
Terlepas dari itu, kita sebagai konsumen tetap diuntungkan dengan ‘konflik’ semacam ini. Dilihat dari sudut manapun, kegigihan developer untuk saling berlomba menciptakan browser yang paling irit daya tetap akan membawa keuntungan buat konsumen.
Sumber: Opera.