Berbagai celah keamanan yang dialami Zoom memicu pengembangnya untuk berbenah. Langkah tersebut sangatlah rasional mengingat popularitas Zoom tiba-tiba melonjak drastis selama pandemi COVID-19, dan momen ini rupanya juga dimanfaatkan platform lain untuk mencuri kesempatan.
Bahkan platform niche seperti Telegram pun tak ingin melewatkan kesempatan ini. Bersamaan dengan pengumuman bahwa jumlah pengguna bulanannya sudah mencapai 400 juta orang, Telegram mengumumkan bahwa mereka bakal menghadirkan fitur group video call di tahun ini juga.
Bukan sembarang group video call, melainkan yang aman sekaligus mudah digunakan. “Video call di tahun 2020 mirip seperti messaging di tahun 2013. Ada aplikasi yang aman, ada juga yang mudah digunakan, tapi tidak keduanya,” tulis Telegram di blog-nya.
Sebagai pengingat, 2013 merupakan tahun Telegram menjalani debutnya. Selama berkiprah, Telegram memang dikenal selalu mengutamakan aspek keamanan. Bicara soal group video call yang aman, sudah pasti maksud mereka adalah yang dibekali fitur enkripsi end-to-end.
Sejauh ini, salah satu kelemahan Zoom memang seputar enkripsi. Investigasi mendalam yang dilakukan The Intercept belum lama ini menunjukkan bahwa Zoom tidak menerapkan enkripsi end-to-end pada platform-nya, melainkan jenis enkripsi lain (transport encryption alias TLS) yang masih memungkinkan Zoom untuk mengakses konten video dan audio dari para penggunanya.
Sayangnya Telegram masih enggan menjabarkan fitur group video call yang bakal mereka hadirkan. Berapa banyak jumlah partisipan yang bisa ditampung juga belum diketahui. Semestinya lebih dari 8 orang kalau Telegram ingin mendapat perhatian ekstra, sebab WhatsApp baru-baru ini telah memperbarui fitur video call-nya agar bisa menampung 8 orang, dan WhatsApp juga sudah menerapkan enkripsi end-to-end sejak lama.