Dark
Light

Teknologi Razer Ini Bisa Bantu Sony dan Microsoft Mengamankan Masa Depan Console

1 min read
September 19, 2016

Revolusi besar tengah terjadi di industri game. Terobosan para raksasa di ranah hardware dan grafis memungkinkan terhidangnya virtual reality untuk konsumen biasa serta membuka gerbang ke era 4K gaming. Alhasil, console  current-gen menua lebih cepat, ‘memaksa’ produsen seperti Sony dan Microsoft me-refresh perangkat mereka dengan versi baru.

Keadaan seperti ini sendiri hampir tidak pernah menjadi masalah di PC karena penggunanya bisa mudah meng-upgrade hardware ketika diperlukan. Hal tersebut berperan sebagai kelebihan sekaligus kekurangan: PC kurang bersahabat buat user awam yang menginginkan produk ringkas, dan itulah keunggulan home console. Dan buat skenario yang kini menghadang PlayStation dan Xbox, penciptanya dapat mencari solusi dari sebuah produk milik Razer.

Diperkenalkan bersamaan dengan penyingkapan Razer Blade Stealth, Razer Core ialah solusi pintar atas terbatasnya hardware sebuah device. Penyajiannya sangat simpel, ia hadir berupa docking berisi kartu grafis discrete. Jika ingin menikmati konten VR atau permainan di resolusi tinggi, gamer cukup menyambungkan Core ke laptop via kabel Thunderbolt 3. Melalui cara ini, Razer dapat menjaga penampilan Blade Stealth tetap ringan serta ramping.

Pendekatan tersebut sebetulnya bukanlah sesuatu yang istimewa dan bisa segera diadopsi console maker, sehingga mereka tidak perlu mengganti seluruh sistem. Kabar baiknya lagi, Sony dan Microsoft bahkan tidak perlu repot-repot membuat modul ala Core, tinggal tambahkan saja kompatibilitas ke Razer Core karena teknologi pendukungnya tidaklah eksklusif – Core tercipta berkat bantuan dari Intel (Thunderbolt), Microsoft, Nvidia serta AMD.

“Menurut saya konsep modular sebuah PC – menyuguhkannya dalam wujud tipis serta ringan ditambah performa desktop – dapat jadi jalan keluar,” kata Systems Product Market Manager Razer Travis Furst pada Digital Trends. Ia juga menyampaikan, gagasan modular sudah banyak diimplementasikan ke berbagai hal, contohnya seperti saat kita mengganti knalpot mobil.

Tentu saja ide console modular menyimpan banyak rintangan, seperti yang dijelaskan analis dari Wedbush Securities, Michael Pachter. Seandainya modul cuma dibeli oleh sebagian orang, maka akan tercipta standar grafis berbeda dan itu menimbulkan masalah baru; misalnya membingungkan konsumen, membatasi pasar, dan membuatnya tidak populer di kalangan developer.

Sekarang saja, banyak gamer merasa kesal dengan kedatangan New PS4, Xbox One S, dan PS4 Pro serta Scorpio; sebab akan memicu kebingungan dan menyebabkan console generasi pertama jadi ketinggalan zaman.

Tak hanya user, developer juga tidak begitu gembira ketika tahu harus mengembangkan game untuk dua spesifikasi hardware berbeda. Tapi suka atau tidak, ide upgradable atau modular merupakan satu dari sedikit cara menjaga console agar tidak lekang oleh waktu.

 

Previous Story

Menjadi Ahli Bela Diri di Game KungFu Quest: The Jade Tower

Next Story

Samsung Siapkan Ponsel Lipat Kelas Atas Menyerupai Galaxy S7?

Latest from Blog

Don't Miss

Microsoft 365 Copilot Kini Sudah Mendukung Bahasa Indonesia

Microsoft mengumumkan bahwa Microsoft 365 Copilot kini mendukung penggunaan dalam
Kemkomdigi-dan-Microsoft-Umumkan-ElevAIte-Indonesia,-Ini-5-Pilar-Utamanya

Kemkomdigi dan Microsoft Umumkan ElevAIte Indonesia, Ini 5 Pilar Utamanya

Indonesia tengah memasuki era baru yang ditandai oleh pesatnya perkembangan