Banyak orang tidak menyangka AMD akan meluncurkan secara resmi chip berteknologi baru mereka yang lebih dikenal dengan sebutan Kaveri di Indonesia hanya beberapa hari setelah dirilis secara global tanggal 14 Januari lalu. Percaya atau tidak, ia telah hadir di sini dengan membawa sebuah teknologi yang telah lama dinanti: HSA atau Heterogeneous System Architecture.
Dengan mengusung nama HSA, itu berarti AMD telah melewati tapal batas pengembangan APU mereka. APU atau yang biasa dikenal dengan accelerated processing unit merupakan istilah yang muncul dari gagasan AMD di tahun 2006. Saat itu mereka baru saja mengakuisisi perusahaan produsen chip kartu grafis yang dahulu dikenal dengan ATI, kemudian memulai proyek yang dikenal dengan AMD Fusion.
Proyek ini memiliki satu tujuan, yaitu mengkombinasi kemampuan central processing unit (CPU) dengan graphics processing unit (GPU). AMD dilaporkan merombak tiga kali desain chip, dan mati-matian mencari cara untuk mengkombinasi CPU dan GPU dalam satu chip dengan menggunakan proses fabrikasi 45nm (45 per satu miliar meter). Akhirnya pada tahun 2011, terlahirlah varian APU generasi pertama mereka, AMD menyebutnya dengan codename Llano.
Info menarik: Cortana, Asisten Sang Jagoan Game Halo, Akan Hadir di Fitur Voice Command Nokia
Konsep APU begitu menarik karena akhirnya AMD bisa menemukan jawaban atas permintaan konsumen akan chip grafis ‘on-board’ yang memiliki performa gaming mencukupi. Pada dasarnya ide APU dan kartu grafis on-board bisa dibilang sama, namun saat kompetitornya menambatkan chip grafis pada motherboard, AMD membubuhkannya di bagian prosesor utama.
Dari sana AMD mendapatkan momentum yang luar biasa, mereka mengenalkan berbagai tipe ‘prosesor’ dan APU: Trinity, Richland hingga Kabini dan Temash yang diklaim sebagai APU rendah daya listrik. Jenis produk ini terbukti menyimpan banyak potensi yang produsen-produsen hardware hiburan seperti Microsoft dan Sony melirik AMD. Mereka tertarik untuk membuat kesepakatan dengannya untuk mentenagai platform game baru mereka. Singkat cerita, AMD akhirnya diminta untuk merancang chip khusus sebagai reaktor utama Xbox One dan PlayStation 4. Chip semi-kustom ini adalah sepasang APU empat-core yang kita kenal dengan nama mikroarsitektur Jaguar.
Saat Sony dan Microsoft menggembar-gemborkan kecanggihan platform game mereka dengan menjabarkan detail-detail kecil, terdengarlah kabar bahwa AMD juga sedang mencoba merealisasikan prakarsa HSA. Heterogeneous System Architecture adalah ide dimana setiap hardware atau komponen yang memiliki kemampuan proses akan dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk memproses data.
Saya akan coba memberikan contoh sederhana: dahulu, kartu grafis dibuat untuk memproses data visual dan prosesor untuk memproses perintah utama. Dengan demikian PC harus menjalankan perintah secara berurutan – dan terkadang cukup memakan waktu. Konsep HSA adalah menghilangkan metode step-by-step ini dengan CPU dan GPU berjalan berbarengan. Jika kerja CPU terlalu berat, ia bisa ‘berbagi’ dengan tetangga GPU-nya yang sedang berjalan santai. Dengan optimalisasi seperti ini, saya telah menyaksikan langsung bagaimana performa game dapat naik tiga kali lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Dalam peluncuran Kaveri ini AMD menjanjikan sebuah chip APU yang bertenaga dan bersahabat dengan para developer game maupun pengembang engine grafis. Mereka menjelaskan secara teknis bahwa Kaveri mendukung hingga 12 compute core serta beberapa fitur anyar seperti arsitektur Graphics Core Next (GCN) yang bekerja optimal dengan GPU baru dari mereka, seri Radeon R7. Bukan itu saja, AMD meluncurkan Mantle sebagai API alternatif dari DirectX buatan Microsoft yang betul-betul dioptimalisasi untuk memproses data visual. Dan perombakan serta pengenalan fitur baru baik dalam software dan hardware inilah yang AMD lakukan untuk menerapkan ide HSA.
Saat melakukan presentasi, sang Senior Manager of Strategy AMD, Terry Makedon, menjelaskan secara sederhana cara kerja APU dan HSA dengan mempertanyakan sebuah hal: Apa yang membuat Albert Einstein lebih cerdas daripada kita manusia biasa?
Info menarik: NZXT H440, Case PC Full-tower Dengan desain Simpel Namun Elegan
Mari kita analogikan otak kiri dan kanan manusia sebagai CPU dan GPU. Otak kiri memproses data logis dan otak kanan menangani kreatifitas sehari-hari. Yang membuat Einstein sangat cerdas ternyata bukan hanya volume otak yang lebih besar, tetapi jaringan saraf Corpus callosum sebagai jembatan antara otak kanan dan kiri yang bekerja dengan maksimal. Dan seperti APU, tingkat optimalisasi CPU dan GPU inilah yang AMD coba maksimalkan dengan konsep Heterogeneous System Architecture via Kaveri.
Ada tiga buah produk yang AMD kenalkan di bawah bendera Kaveri. Mereka adalah A10-7850K, A10-7700K dan A8-7600. APU-APU baru ini memiliki empat buah core CPU berkecepatan minimal 3,3GHz dengan varian top-end yang mampu mencapai 4GHz. Varian A10-7700K dan A8-7600 menyimpan enam buah GPU core, keduanya sudah lebih dari cukup untuk menangani game-game mainstream di opsi setting yang ‘masuk akal’, namun jika Anda kurang puas maka tipe A10-7850K mempunyai delapan GPU core. Hebatnya, untuk varian termahal ini bisa Anda dapatkan dengan harga kurang dari US$ 175.
Terdapat sebuah masalah dimana hanya waktu yang bisa menyelesaikannya: ketersediaan motherboard yang mendukung Kaveri di Indonesia. Berbeda dengan seri FX, APU AMD membutuhkan mainboard berjenis FM2, namun untuk memaksimalkan kemampuan Kaveri sendiri kita membutuhkan tipe FM2+. Sejauh yang saya tahu, pilihan motherboard jenis ini masih cukup terbatas di pasar nusantara.
Saya penasaran apa pendapat Microsoft dan Sony tentang Keveri ini. Memang kedua console game baru mereka dipersenjatai APU kustom yang cukup canggih, tapi jika kita bandingkan dengan Kaveri yang didukung fungsi Mantle, platform-platform ini tertinggal beberapa generasi. Akankah kita menyaksikan Kaveri muncul di model terbaru PlayStation 4 dan Xbox One?