Karena intuitif dan menyajikan proses pemakaian yang mudah, sentuhan merupakan sebuah standar input kendali perangkat-perangkat modern. Dan beberapa tahun ke belakang, banyak orang mulai mengeksplorasi pemanfaatan metode tersebut di medium selain display. Satu contohnya ialah upaya pengembangan smart tattoo oleh MIT Media Lab dan Microsoft.
Kali ini percobaan serupa dilakukan tim peneliti dari Saarland University di Saarbrücken, Jerman. Bedanya, kreasi mereka yang diberi nama SkinMarks itu jauh lebih canggih karena betul-betul diterapkan di kulit layaknya tato – tak lagi hanya seperti stiker. Dengannya, Anda bisa memanfaatkan karakteristik kulit (misalnya keriput, tahi lalat, serta bintik-bintik di permukaan kulit) untuk mengontrol perangkat bergerak. Selain itu, elemen di tato elektronik bisa menyala dan berperan jadi notifikasi app.
Untuk menciptakan smart tattoo, Martin Weigel dan kawan-kawannya di Saarland University memanfaatkan tinta konduktif, berperan sebagai kabel sekaligus elektroda, dicetak pada kertas tato sementara. Kertas tersebut sangat tipis – lebih tipis dari rambut manusia. Seperti tato temporary, tinta ini ditransfer ke kulit dengan menggunakan air dan bisa bertahan hingga beberapa hari.
Lapisan elastis super-tipis di sana memastikannya tidak kaku, bisa direnggangkan dan ditekuk. Selanjutnya, dengan menempelkan smart tattoo ini di kulit, Anda bisa menyentuh tahi lalat buat menjawab panggilan telepon, atau memanfaatkan buku-buku jari untuk mengatur volume. Dan hebatnya lagi, tato bisa dikonfigurasi untuk membaca postur tubuh. Misalnya: fungsi tombol akan berubah ketika tangan mengepal atau saat jari direntangkan.
Dan yang tidak kalah unik adalah fitur notifikasinya. Anda bisa mencetak icon aplikasi favorit atau logo-logo lain untuk dijadikan notifikasi. Jadi seandainya ada pesan masuk, atau sewaktu orang terdekat menelepon, tato itu akan menyala. Rahasia dari kemampuan SkinMarks terletak pada unit microcontroller yang berfungsi buat mengirimkan sinyal dari komputer atau smartphone ke tato.
Di sesi uji coba, Weigel dan timnya menggunakan pita tembaga untuk menyambungkan tato ke microcontroller Arduino yang dikenakan di tangan ala smartwatch. Meskipun teknologinya saat ini masih terbatas, smart tattoo atau perangkat on-skin sejenis merupakan langkah logis dalam pengembangan teknologi wearable karena kulit memiliki permukaan yang lebih luas dibanding layar sentuh gadget.
Tim Saarland University belum punya rencana buat memasarkan SkinMarks. Chris Harrison dari Carnegie Mellon University memperkirakan bahwa smart tattoo baru akan jadi perangkat mainstream 10 tahun lagi.
Sumber: New Scientist.