Belakangan ini layanan pemesanan taksi mulai marak di Indonesia. Aplikasi mobile seperti Easy Taxi, yang didukung oleh Rocket Internet, memasuki pasar Indonesia dan mulai mengubah cara orang memesan taksi. Pemesanan taksi tak lagi melalui operator atau menunggu di pinggir jalan, tetapi cukup melalui aplikasi yang ada di genggaman. Metode pemesananan taksi dengan cara online ini bisa menjadi lebih cepat karena didasarkan kepada pencocokkan lokasi antar konsumen dan pengemudi taksi.
Easy Taxi hingga saat ini telah bermitra dengan beberapa operator taksi di Jakarta termasuk TransCab, Putera, dan Gamya, dengan cakupan layanannya Jabodetabek. Sistem kemitraan yang dijalankan dengan Easy Taxi dilakukan dengan dua cara, pertama adalah secara langsung dengan perusahaan operator taksi, atau menggandeng langsung pengemudi taksi untuk bermitra dengannya. Maka tak heran jika pemesanan taksi melalui Easy Taxi dipenuhi oleh pengemudi taksi Blue Bird atau Express yang secara operator tidak bermitra.
Pengemudi yang telah bekerja sama dengan Easy Taxi akan mengikuti program driver development seputar penggunaan aplikasi smartphone dan pelatihan standar bagi pengemudi yang sesuai dengan sistem Easy Taxi. Bagi pengemudi, Easy Taxi juga telah menyiapkan aplikasi terpisah untuk menerima order.
“Kami memiliki identitas dan data lengkap pengemudi taksi dengan begitu tak perlu khawatir terkait keamanan. Bahkan saat barang Anda tertinggal di taksi, Anda punya nomor telpon, nomor taksi pengemudi, bisa lebih mudah dalam menghubungi pengemudi, sebab informasi lengkap ada di genggaman Anda. Pengguna juga bisa menghubungi kami untuk bantuan,” ujar Managing Director Easy Taxi Indonesia Usman Lodhi saat ditemui di kantornya.
Usman mengatakan aplikasi ini tak hanya memudahkan pengguna memesan taksi namun pengemudi juga tak perlu menghabiskan waktu mengelilingi kota mencari penumpang. “Aplikasi ini bisa digunakan di 30 negara. Pengguna di Jakarta bisa menggunakan aplikasi ini jika sedang berada di Singapura, Thailand, atau negara mana pun yang tersedia layanan Easy Taxi,” tutur Usman.
Indonesia dengan pasar yang luas dan sangat beragam diakui Usman memiliki tantangan memiliki tantangan sendiri. “Berbeda dengan Singapura, pengemudi taksi di sana memiliki smartphone bahkan bisa dua. Di Indonesia banyak pengemudi taksi yang belum menggunakan smartphone, tidak tahu caranya. Jadi kami harus memberikan pelatihan, termasuk menyediakan smartphone untuk mereka. Kami bantu menyediakan smartphones bagi pengemudi dengan harga yang terjangkau oleh mereka,” lanjutnya.
Usman pun masih mengakui bahwa untuk mengenalkan Easy Taxi, khususnya di Jakarta, media sosial menjadi alat yang sangat penting. Jadi ia masih mengandalkan media sosial untuk menarik banyak pengguna, mengadakan offline event, dan juga percaya akan kekuatan word of mouth. “Pengguna yang puas dengan layanan bagus pasti akan menyebarkan dengan teman-temannya,” lanjutnya.
Di luar negeri Easy Taxi meng-charge dengan tarif flat untuk layanannya, namun skema monetisasi ini belum dilakukan di Indonesia. Hingga saat ini layanan Easy Taxi bisa digunakan secara gratis.
“Kami menarik tarif flat dengan jumlah yang kecil ke pengguna atau pengemudi tergantung pasar. Setiap negara sangat berbeda-beda. Untuk saat ini kami belum memutuskan yang sesuai untuk Indonesia,” tutup Usman.