Meskipun namanya mengindikasikan bahwa seolah-olah Microsoft mengusung teknologi hologram, HoloLens bekerja hampir sama seperti headset AR. Walau demikian, sang produsen lebih nyaman dengan istilah mixed reality: meliputi elemen virtual maupun augmented reality. Setelah dipamerkan dalam beragam demo, kita tinggal menunggu waktu peluncuran device ini.
Namun saat VR sebentar lagi akan datang ke pangkuan konsumen, Microsoft tidak mau terlalu terburu-buru melepas HoloLens ke pasar. Mereka memilih untuk melangkah dengan lebih hati-hati, belajar dari pengalaman memasarkan Kinect. Perangkat input berbasis motion sensing yang dirancang buat mendampingi Xbox 360 itu dipuji karena inovatif, sayangnya tak semua orang siap mengadopsi sistem kendali inovatif tersebut di masa itu.
Berbicara pada para jurnalis di konferensi TED Vancouver, Alex Kipman selaku technical fellow Microsoft menolak memberi gambaran waktu kapan HoloLens akan tersedia. Ia berkomentar, “Ketika saya merasa dunia sudah siap, kami baru memperbolehkan konsumen biasa membelinya. Boleh jadi kami melakukannya di waktu dekat, tapi tidak menutup kemungkinan kami baru melepasnya nanti.”
Menariknya, Kipman menyampaikan bahwa saat ini hardware HoloLens sebetulnya siap untuk disajikan ke konsumen. Tak seperti Oculus Rift atau HTC Vive generasi awal, Microsoft tidak menawarkan versi ‘development kit‘. Mereka telah mulai menjual bundel ke developer dan konsumen enterprise dengan harga yang tidak murah (bagi khalayak umum) – US$ 3.000. Ternyata langkah tersebut diambil demi menyempurnakan ekosistemnya.
Kipman bilang, kesiapan device bukan hanya ditakar dari rampungnya sisi hardware, konten juga harus matang agar produk berguna di jangka waktu lama. Jika membelinya sekarang, kata sang technical fellow, HoloLens baru bisa melakukan 12 hal. Tentu tanggapan konsumen sesudah itu tidaklah positif. Mengeluarkan US$ 3.000 buat selusin fitur bukanlah cara khayalak normal bersenang-senang.
Microsoft memang mengetahui beberapa perusahaan (Meta, Magic Leap) berlomba-lomba untuk secepatnya menghadirkan teknologi sejenis ke pasar, tapi fakta tersebut tidak membuat raksasa dari Redmond itu terpancing. Mereka baru akan merilis HoloLens ketika yakin publik dapat memperoleh manfaat darinya.
Mereka tidak mau insiden Kinect terjadi kembali pada HoloLens. Dahulu, device motion sensing itu sempat memecahkan rekor penjualan Guinness Book of World Record. Namun antusiasime gamer menurun dengan cepat karena tidak banyak permainan yang benar-benar didesain buat mendukung Kinect. User juga lupa mempertimbangkan Kinect memerlukan ruangan yang cukup supaya perangkat bisa bekerja optimal.
Sumber: Recode. Gambar header: Microsoft.com.