Bayangkan Anda baru saja kehilangan orang terdekat, pasti ada rasa sedih dalam hati. Mungkin Anda akan menitikan air mata sesaat, kemudian orang-orang datang menghibur. Atau Anda melakukan semua hal yang menyenangkan diri, mendengarkan musik, pergi keluar bersama kawan, mengasup makanan enak. Pronto! Dalam sekejap Anda pun kembali tersenyum. Ini yang disebut dengan quick fixes. Tetapi kesedihan itu tak pernah benar-benar pergi, kecuali Anda menemukan cara untuk berdamai dengannya.
Quick fixes, tentu berguna dalam banyak hal. Namun itu hanya bisa menjadi solusi yang bersifat sementara, agar situasi atau Anda tidak hancur berantakan sebelum menemukan solusi jangka panjang yang efektif.
Pengembangan diri juga seperti itu. Butuh proses, komitmen, dan disiplin diri. Tidak ada jalan pintas dalam upaya pengembangan diri (atau banyak hal baik lainnya dalam hidup). Jalan menuju perbaikan diri merupakan usaha yang harus dilakukan terus-menerus.
Tentu saja, sifat manusia untuk selalu mencari cara tercepat dan termudah dalam upaya mendapatkan yang diinginkan. Kita bisa berusaha membaca buku, menonton DVD, atau bahkan mengikuti program pengembangan diri, lalu berharap semua itu dapat mengubah kita dalam sekejap. Pokoknya kalau memungkinkan dengan usaha sedikit, tak perlu proses lama, dan sulit-sulit, lah! Meski kita menyadari pemikiran tersebut sangat tidak realistis.
Di bawah ini alasan kenapa memilih jalan pintas adalah sebuah kesalahan fatal.
Jalan pintas akan menjadi bumerang bagi Anda
Ambil contoh dari keseharian kita saja. Misal, meski telah banyak kajian kesehatan yang dipublikasikan tentang bahaya menurunkan berat badan secara cepat, tetap saja banyak orang yang melakukannnya.
Padahal kita tahu bahwa diet superketat atau pil diet akan menyebabkan Anda kehilangan massa otot, dan dapat membahayakan jantung dan organ vital lainnya. Alih-alih mengharapkan keajaiban semalam (perbaikan cepat), memilih untuk mengatur pola makan bergizi dan latihan olah tubuh yang rutin, adalah cara yang realistis guna mendapatkan bobot tubuh ideal Anda.
Berapa kali kita berjanji untuk berubah dengan antusiasme sesaat hanya untuk melihat janji tersebut teringkari oleh diri sendiri? Terlalu sering. Ini bukti tidak mudah untuk tetap fokus dan berkomitmen. Jika kita mengakui bahwa hal ini akan memakan waktu, kerja keras, dan dedikasi tinggi untuk mengembangkan diri kita sendiri, kita akan menghemat banyak waktu dan rasa kecewa terhadap kegagalan.
Bertentangan dengan hukum biologi dan psikologi
Kebiasaan mengacu pada hal-hal yang kita lakukan sehari-hari tanpa harus berpikir dalam melakukannya. Terjadi secara otomatis. Sedangkan homeostasis adalah istilah yang digunakan dalam konteks biologi dalam menjelaskan fungsi regulasi yang membuat suatu organisme stabil. Contoh, meski suhu di luar ruangan menurun atau meningkat secara signifikan, suhu tubuh kita tetap stabil.
Homeostasis psikologis prinsipnya juga sama dalam hal itu. Itulah alasan mengapa begitu sulit untuk mengubah kebiasaan. Kebiasaan dan homeostasis, adalah mekanisme yang diperlukan Anda untuk mengubah pola hidup sehingga perubahan tersebut dapat berdampak permanen.
Biar waktu yang menjawab
Hal ini bukan berarti Anda tidak melakukan apa-apa, dan menyerahkan semuanya pada pergantian musim. Maksudnya, proses memakan waktu. Anda tetap bisa punya kontrol dengan menentukan tenggat waktu.
Nah untuk mengubah kebiasaan, atau menerapkan sebuah kebiasan baru dibutuhkan setidaknya 21 hari dari upaya yang konsisten. Maka, Anda perlu paling tidak menerapkan kebiasaan baru menjadi kebiasaan rutin dengan latihan melakukan hal tersebut secara terus-menerus selama 21 hingga 35 hari. Rumusnya tidak ada perbaikan cepat yang bisa mengubah kebiasaan.
Intinya adalah sama dengan perubahan lainnya. Pengembangan pribadi atau perbaikan diri adalah kerja keras! Dibutuhkan waktu, usaha yang konsisten, fokus, disiplin, dan kesabaran. Tak ada cara instan. Seperti Anda ketahui saat membangun bisnis, kesuksesan tidak diraih dalam semalam.