Dark
Light

Sudah Siapkah Anda ‘Kehilangan’ Partner Anda Dalam Membangun Startup?

2 mins read
October 14, 2011

Dalam beberapa hari ke belakang teman saya bertanya tentang sebuah layanan atau startup yang lama tidak terdengar, pertanyaan serupa juga sempat hadir dari teman saya yang lain, dan tentunya dari diri saya sendiri.

Untuk pertanyaan atas perkembangan dari beberapa startup, memang saya masih terus mencari dan mengumpulkan informasinya, namun mari kita diskusikan tentang hal lain yang bagi saya cukup menarik untuk diperhatikan, terutama untuk startup yang terdiri beberapa pendiri. Yaitu tentang membangun atau mendirikan startup di bidang teknologi, yang pada dasarnya adalah sebuah bisnis, apapun yang dikembangkannya, bisa layanan web, mobile, game atau yang lainnya yang berhubungan dengan teknologi.

Membangun sebuah bisnis memang banyak hal mesti dipersiapkan, salah satu yang sering di perbincangkan adalah tentang founder dari perusahaan itu sendiri serta tentang partner, dimana biasanya perusahaan tersebut didirikan tidak hanya oleh satu orang.

Co-founder – partner (lihat bagian bawah artikel) dalam beberapa sisi menjadi faktor utama dalam membangun sebuah startup, ada kalanya perusahaan berhasil berkembang karena memiliki kombinasi talenta yang bagus, ada kalanya juga perusahaan gagal berkembang karena ‘kongsi’ pendirian perusahaan pecah.

Hal ini bisa jadi yang mendasari persyaratan yang sering diungkapkan inkubator, akselerator bahkan VC atau angel investor, dimana mereka mencari founder atau co-founder yang memang bisa bekerja sama dalam jangka waktu yang lama seiring pengembangan perusahaan.

Saya sendiri melihatnya sebagai sebuah kondisi, misalnya bisa saja startup yang ada memiliki peluang untuk mendapatkan pengguna yang cukup banyak dan mendapatkan respon baik di pasar kemudian memiliki peluang untuk berkembang lebih besar lagi, tetapi tidak berhasil karena tim – dalam hal ini para founder – yang kurang kompak atau kurang bisa bekerja sama secara maksimal. Kerena sebelum membentuk tim yang lebih besar, tim yang terdiri dari para founder adalah jantung dari perusahaan yang akan dikembangkan. Remco Lupker, co-founderdirector TokoBagus.com punya quote yang menarik yang berkaitan dengan hal ini, “Good ideas can and will be copied, good teams can’t be copied.” Dan menurut saya, selain keseluruhan tim yang ada dalam satu perusahaan, anggota tim yang utama adalah para founder.

Bisa juga, misalnya ada perubahan yang besar pada saat pengembangan startup tersebut, yang kemudian membuat pecahnya ‘kongsi’ dari para founder. Jadi bagi saya, bukan hanya pemilihan partner – co founder yang harus tepat tetapi juga kesiapan untuk menghadapi peristiwa terburuk jika salah satu dari co-founder mengundurkan diri (bisa saja satu perusahaan terdiri dua co-founder atau lebih).

Memang ada kalanya startup didirikan oleh seorang pendiri atau perubahan struktur pendiri bisa dihadapi tanpa masalah, namun sering kali saya menemukan perubahan yang ada malah melemahkan perjalanan pengembangan startup yang sedang dalam tahap pengembangkan atau yang telah memiliki produk atau layanan. Entah semangat yang berkurang, pola tim (diskusi-saran-eksekusi) yang melemah, atau bahkan perusahan yang telah ada, yang telah berbentuk badan usaha atau mendapatkan dana, menjadi kurang terurus, perkembangan menjadi lambat dan tidak terdengar lagi.

Problem di atas terkadang memang karena produk atau layanan yang dihasilkan tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari calon pengguna, yang sebetulnya lumrah dalam bisnis, namun terkadang juga bukan berasal dari produk atau layanan, namun dari sisi internal, tim pendiri atau tim perusahaan secara keseluruhan.

Para pendiri tentunya berperan penting untuk keberlangsungan startup, terkadang menjadi faktor penentu misalnya bagi investor atau inkubator untuk memberikan bantuan pendanaan, atau saya pikir ada juga kondisi dimana suatu startup menjadi menarik karena didirikan oleh seorang/beberapa orang tertentu.

Tentunya saya tidak berharap mereka para pendiri startup mengundurkan diri dari startup yang dikembangkannya atau mereka yang sudah memilki tim pendiri yang solid menjadi pecah, bagi mereka, terus pertahankan dan saling bekerja sama dengan maksimal. Tulisan ini lebih ditujukan pada persiapan atas kondisi terburuk terjadi.

Sebelum kondisi terburuk terjadi, saran saya adalah, luangkan waktu untuk bertanya pada diri sendiri: Apakah sudah siap dengan segala kemungkinan kondisi yang akan terjadi? Satu hal yang bagi saya yang mesti disiapkan juga, bagi mereka yang memiliki partner dalam mendirikan startup, apakah Anda sudah siap (dalam sisi pengelolaan startup) ‘kehilangan’ partner Anda jika ia atau beberapa dari mereka memutuskan untuk berhenti atau mengundurkan diri dari perusahaan yang Anda dirikan bersama dan bagaimana strategi Anda dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.

Note: Bisa jadi ada banyak pengertian atau perbedaan paham atas istilah co-founder, saya sendiri secara garis besar sependapat dengan pengertian tentang co-founder di artikel ini.

[Gambar]

Wiku Baskoro

Penggemar streetphotography, penikmat gadget, platform agnostic gamers, build Hybrid.co.id to make impact.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

PesanDulu.com: Marketplace for Product Purchasing with Pre-Order System

Next Story

Skeptisisme tentang “Facebook” Bertema Islami Buatan Rusia-Turki

Latest from Blog

Don't Miss

Playground Web3 platform

Playground Hadirkan Platform untuk Menemukan Proyek dan Game Web3 Terpercaya

Meski kerap menjadi topik pembicaraan dalam setahun terakhir, tren Web3
Indonesia-Miliki-12-Gelar-Unicorn-di-Tahun-2021-Anggota-Baru-Muncul-di-Penghujung-Tahun

Indonesia Miliki 12 Gelar Startup Unicorn di Tahun 2021, Anggota Baru Muncul di Penghujung Tahun

Penghujung tahun 2021 memberikan kejutan kepada para pelaku dan startup