Dark
Light

Studi Mengatakan ‘Kepo’ di Facebook Bisa Menimbulkan Depresi

1 min read
February 5, 2015

“Kepo itu penting karena saya harus selalu update mengenai hal-hal yang terjadi di sekitar saya.” Begitulah kira-kira penjelasan yang diberikan oleh calon istri saya saat saya menegurnya untuk tidak terus menggali informasi tentang mantan-mantan pacar saya di Facebook secara mendetail.

Saya kira tren ‘kepo’ (knowing every particular object) ini sudah melanda penduduk dunia sejak awal media sosial dilahirkan, tidak terkecuali masyarakat Indonesia. Kegiatan stalking sudah menjadi rutinitas digital bagi sebagian besar pengguna media sosial secara global.

Di kalangan remaja, khususnya, mencari tahu bagaimana kabar mantan kekasih melalui media sosial – Facebook, Twitter, Path, dll. – sudah merupakan hal yang umum dilakukan. Tidak jarang rasa iri timbul akibat melihat sang mantan telah memperoleh jodoh baru yang, misalnya, lebih kaya atau lebih sedap dipandang.

Namun sebelum semuanya menjadi semakin runyam, Anda yang termasuk salah satu dari orang-orang tersebut harus mengurangi hobi stalking atau ‘kepo’ berasaskan rasa iri ini.

 

Info menarik: Cara Mengaktifkan Notifikasi dan Update Status Via SMS di Facebook

 

Sebuah studi mengatakan, rasa iri yang timbul saat mengakses informasi di Facebook dapat memicu depresi. Kesimpulan tersebut didapat dari survei yang melibatkan 700 pelajar University of Missouri (MU) yang menggunakan Facebook.

Dalam penelitian tersebut, dikatakan bahwa menggunakan Facebook untuk keperluan stalking dapat menimbulkan gejala-gejala depresi. Sebaliknya, efek negatif tidak tampak dari mereka yang menggunakan Facebook hanya sebagai media komunikasi.

Margaret Duffy, seorang profesor di MU School of Journalism, mengatakan, “Facebook bisa menjadi sumber informasi yang amat positif bagi banyak orang, namun jika digunakan untuk membandingkan pencapaian satu orang dengan lainnya, efek negatif bisa muncul.”

Contohnya begini: Anda sedang melihat-lihat foto-foto yang di-post oleh rekan Facebook Anda. Dalam foto tersebut, tampak ia sedang liburan di Paris, dan di foto lain, tampak mobil Ferrari baru yang ia beli menggunakan warisan orang tuanya. Kebahagiaan rekan Facebook Anda tersebut kemungkinan besar akan membuat Anda iri hati. Nah, rasa iri inilah yang akhirnya bisa berujung pada gejala-gejala depresi.

 

Info menarik: Cara Menyembunyikan Daftar Teman di Facebook dari Akses Publik

 

Singkat cerita, kita tidak boleh terlalu ‘kepo’ di Facebook maupun media sosial lainnya. Mari manfaatkan media sosial sebagai sarana bertukar informasi, bukan sebagai lumbung pengetahuan tentang perkembangan mantan pacar.

Jika Anda sering merasa sedih dan putus asa hingga berminggu-minggu lamanya – salah satu gejala depresi – coba introspeksi dulu bagaimana cara Anda menggunakan media sosial sebelum berkunjung ke psikiater.

Sumber: EurekAlert via TechCrunch. Gambar header: Facebook via Shutterstock.

Glenn Kaonang

Gamers, proud daddy, entering web3 with critical mindset.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Indosat Is Rumored to Acquire Tri

Next Story

Sejarah Perjalanan Sennheiser: Dari Perusahaan Kecil Menjadi Pemimpin Industri Audio dalam Skala Global

Latest from Blog

Don't Miss

Meta sedang siapkan chatbot AI untuk produk-produknya

Meta Segera Luncurkan Chatbot AI dengan Banyak Kepribadian

Sejak ChatGPT diluncurkan November tahun lalu, chatbot AI terus menjadi
Twitter X

Setelah Twitter Ganti Nama, Merek Dagang “X” Ternyata Dipegang oleh Meta

Pada 23 Juli 2023, Elon Musk secara terbuka mengumumkan perubahan