Dark
Light

Studi: Ada Hubungan Antara Hobi Bermain Game Online dan Prestasi di Sekolah

1 min read
August 10, 2016

Karena ketidaktahuan, sudah lama video game jadi kambing hitam atas peristiwa buruk yang terjadi di masyarakat: menyebabkan anak-anak malas belajar dan mudah terpecah perhatiannya, serta dituduh sebagai pemicu perilaku agresif. Saya yakin Anda punya banyak argumen untuk membantahnya. Bukan hanya keliru, faktanya malah bertolak belakang dari anggapan banyak orang.

Sebuah studi yang dilaksanakan oleh Alberto Posso dari Royal Melbourne Institute of Technology Australia memperlihatkan adanya hubungan positif antara ranking di sekolah dengan waktu bermain game. Hasilnya, bisa Anda baca lengkap lewat tautan ini, menunjukkan bahwa anak-anak yang gemar menikmati permainan online ternyata lebih berprestasi di bidang IPA, matematika serta tes membaca.

Berdasarkan data dari 12.000 siswa sekolah menengah atas, Royal Melbourne Institute of Technology menemukan bahwa pelajar yang gemar bermain game  online setiap hari memperoleh nilai 15 poin di atas rata-rata dalam mata pelajaran matematika serta membaca, dan 17 poin di bidang ilmu pengetahuan. Data tersebut merupakan hasil dari Program for International Student Assessment tahun 2012, dikelola oleh Organisation for Economic Cooperation and Development.

Selain nilai, ada sejumlah aspek yang juga jadi pertimbangan peneliti, contohnya hobi para siswa, aktivitas di luar rumah, hingga durasi pemakaian internet. Meski para gamer umumnya mendapatkan skor tinggi di test PISA, sayang sekali metode studi tersebut belum bisa membuktikan apakah peningkatan prestasi betul-betul disebabkan karena hobi bermain video  game.

Dalam tulisannya, Posso menyampaikan, “Saat bermain game  online, Anda [sebetulnya mencoba] memecahkan teka-teki agar bisa mencapai level selanjutnya. Untuk melakukan hal itu dibutuhkan pengetahuan secara umum dan kemampuan matematika, skill membaca dan sains yang didapat [dari belajar] di siang hari.”

Tentu saja ada probabilitas lain, yaitu anak-anak yang berbakat di matematika, IPA dan membaca cenderung menyukai permainan online. Alternatifnya, karena lebih pintar, mereka dapat menyelesaikan tugas sekolah lebih cepat, sehingga mempunyai lebih banyak waktu luang buat bermain. Di skenario ini, video game bukanlah pemicu prestasi murid.

Dan ada sedikit kabar buruk bagi mereka yang gemar menghabiskan waktu di jejaring sosial. Lewat penilaian serupa, pengguna Facebook dan Twitter memperoleh hasil tes PISA 4 persen di bawah rata-rata. Di sana, 78 remaja mengaku mereka menggunakan sosial media setiap hari.

Yup, sudah saatnya Anda menutup tab Facebook serta Twitter dari browser dan mulai mengunduh Dota 2.

Sumber: The Guardian.

Previous Story

Google Maps Sempurnakan Fitur Offline dan Permudah Proses Pemesanan Transportasi Online

Next Story

Roadshow Facebook Indonesia Developer Meetup Yogyakarta Berikan Wawasan Baru Bagi Pengembang Lokal

Latest from Blog

Don't Miss

Game-Lawas-Terancam-Punah

Hampir 90% Dari Video Game Klasik Sangat ‘Terancam Punah’

Belum lama ini, saya menambahkan Miyoo Mini Plus ke wishlist.
World of Warships Indonesia

VTuber Moona Hoshinova Jadi Komandan Berbahasa Indonesia Pertama di World of Warships

Kolaborasi bukanlah sesuatu yang asing dalam kamus pengembang game live