Pertanyaan yang sering muncul dari startup, terutama berkaitan dengan strategi mobile mereka : develop untuk smartphone atau feature phone? Mana yang lebih populer, mana yang lebih menguntungkan, mana yang harus lebih difokuskan?
Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya terletak di tangan anda sendiri, gabungan antara target audience, customer value, rencana pemasaran, kelas ekonomi, buying power dan juga pricing strategy dari produk anda. Hal ini tentu harus dimantapkan terlebih dahulu sebelum anda harus menentukan prioritas antara smartphone dan feature-phone, salah strategy berarti anda bisa mengundang segmen pengguna yang tidak diinginkan dan tentu hasilnya tidak akan sesuai harapan.
Jadi, apa sih bedanya market smartphone dan feature phone untuk startup?
Smartphone, sebuah device portable yang bisa melakukan banyak hal mulai dari sekedar telepon/sms, browsing, apps, games dan banyak kegiatan lainnya. Saat ini di kancah global didominasi oleh beberapa pemain besar seperti Apple iOS dan Android, di Indonesia sendiri Android mulai berkembang dengan pesat didukung oleh pemain-pemain besar seperti Samsung, HTC, LG dan juga perusahaan lain yang mulai merilis tablet berbasis Android.
Target pasarnya sendiri masih bisa dibilang segmented, hanya di kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatra dengan kelas ekonomi yang kelas menengah keatas. Di Jakarta sendiri pengguna Android mulai banyak, sedangkan pengguna iPhone dan iPad meskipun tidak secepat Android, tetap bertumbuh secara konstan di kalangan atas. Tipe orang-orang pengguna smartphone dan tablet pc ini bisa dibilang early adopter, suka mencoba hal yang baru, dinamis dan juga modern. Buying power sudah pasti ada, meskipun golongan pasar ini cenderung suka memilih-milih untuk membayar layanan berbasis smartphone/web.
Feature phone meskipun banyak diremehkan oleh industri, pangsa pasarnya luar biasa besar. Salah satu produsen handset feature phone, Nexian bahkan mengklaim telah menguasai 25% pangsa pasar telepon genggam di Indonesia. Di Jakarta sendiri mungkin tidak terlalu banyak konsumen yang menggunakan smartphone feature phone, namun di daerah rural di luar Jakarta dan kota-kota besar, jumlah pengguna feature phone luar biasa besar. Tingkat ekonomi yang menengah kebawah tentu membatasi price range dari telepon genggam yang mereka beli, namun golongan ini cenderung lebih impulsif dalam melakukan pembelian layanan mobile seperti ringtone, RBT, wallpaper, layanan berbasis SMS. Bisnis milyaran rupiah per bulan yang banyak dikesampingkan oleh startup Indonesia.
Nah, kira-kira begitulah perbandingan secara kasar dari pasar smartphone dan feature phone. Saat ini, teknologi yang ada dalam feature phone tentu masih terbatas namun dengan tingkat perkembangan teknologi yang begitu cepat, bukan tidak mungkin teknologi smartphone sekarang bisa diadopsi oleh feature phone dengan harga yang jauh lebih murah. Hal ini tentu bisa menyempitkan celah teknologi antara feature phone dan smartphone, meskipun teknologi smartphone pastinya juga terus maju paling tidak masih bisa dikejar oleh startup Indonesia selaku penyedia konten dan layanan.
Mungkin pada akhirnya, memang kita harus memilih prioritas antara smartphone dan feature phone.
Betul… betul.. betul.. 🙂
Beberapa kali DailySocial membahas masalah pasar mobile.
Kayaknya pengen banget anak2 indo bisa jadi raja di tanah sendiri.
semangat.. semangat..!!! Kerja keras…
Cia You 😛
Wo bu zhi dou wo de shuo . . . ckckckck
Interesting. 🙂
feature phone punya pasar besar, tapi untuk masuk rasanya agak susah karena banyak barrier di dalamnya.Â
(harus punya koneksi dengan produsen, tipe hape yang bermacam macam, tipe OS yang bermacam – macam, etc)sedangkan untuk entry point smartphone sangat mudah.
– market sudah tersedia
– biaya pendaftaran ringan (25$ android, 99$/year iphone)
– user basenya global.
tentu saja smartphone jadi nampak lebih menggiurkan dibandingkan feature phone.tapi harus diingat juga kalo persaingan untuk smartphone ini bersifat global sehingga mau tak mau kita harus mengikuti standar yang ada . standar ekspektasi user. 🙂