Saya Suzuki dari CyberAgent Ventures (CAV) Indonesia. Kali ini saya mau berbagi tentang bagaimana CAV menentukan market yang potensial, yaitu market yang harus dipilih oleh para entrepreneurs. Untuk hal ini, baik B2C service maupun B2B service, yang paling penting untuk diingat adalah berdiri di sudut pandang user lalu berpikirlah: Apakah market di kategori itu ada?
Banyak entrepreneurs yang membuat layanannya hanya karena “Saya ingin membuat service ini!” atau “Kayaknya kalau ada service ini jadi asyik yah”. Ternyata banyak dari mereka yang gagal. Sebagian dari mereka mungkin ada yang sukses, namun jangan lupa kalau sebagian kecil dari mereka yang sukses tersebut bukan karena needs dari entrepreneur yang dipenuhi, namun needs dari user service tersebut yang dipenuhi. Saya sangat menganjurkan kepada para entrepreneur untuk melihat apakah ada market atau tidak di bisnis mereka bila dilihat dari kacamata user.
Ada dua tipe definisi market, yaitu “Bentuk Penyelesaian Masalah” dan “Bentuk Pemuasan Keinginan”. Di tempat dimana tidak ada masalah atau keinginan/needs, disana tidak akan ada market. Besarnya market bisa diilustrasikan dari hasil pengkalian [Besar masalah/needs x Jumlah user].
Untuk startup, mentargetkan market yang memiliki potensial yang tidak terlihat itu sangatlah sulit untuk dikendalikan. Maka dari itu, saya menyarankan untuk menargetkan market yang memiliki potensi yang terlihat lebih dahulu, supaya lebih jelas arahnya dan bisa mempercepat pertumbuhan perusahaan.
Selanjutnya yang penting adalah untuk mengikuti aliran/tren terkini. Kalau tidak mengikuti tren di jaman tersebut, banyak kerugian yang dihadapi, misalnya dalam merekrut pegawai, negosiasi dengan perusahaan-perusahaan, wawancara di media dan lain-lain. Tidak mengikuti tren terkini bisa digambarkan seperti menaiki eskalator turun.
Terakhir, satu hal yang sering salah dilakukan adalah tidak mengecek data statistik dari market tersebut. Entrepreneur harus berdiri di sudut pandang target user kemudian melihat merasakan sendiri sebagai target user apakah market tersebut ada atau tidak, baru boleh mengambil keputusan.
Selain merasakan sendiri sebagai target user, perlu juga dipikirkan dengan matang apakah perasaan tersebut dari pihak mayoritas atau hanya minoritas. Kalau jawabannya minoritas, itu tandanya tidak ada market di sana. Menargetkan market yang niche hanya akan mengecilkan peluang kalian untuk menjadi besar di market. Paling tidak, kalian harus menargetkan market yang besar dari awalnya.
Menurut pengalaman saya, saya melihat banyak entrepreneur di Indonesia yang masuk ke market lewat market yang sangat niche. Saya merasa itu sangat disayangkan sekali, padahal bisa saja dari awal menargetkan bisnis itu untuk langsung masuk ke market yang jauh lebih besar.
Sebagai referensi, saya ingin memberikan beberapa pendekatan bagaimana mencari market yang potensial:
- Di kehidupan sehari-hari, permasalahan atau keinginan yang tidak terlihat
- Melihat market di luar negeri yang sudah berkembang, namun di Indonesia belum berkembang
- Hal-hal yang tidak dapat dilakukan peralatan jaman dahulu namun dapat dilakukan dengan peralatan yang akan datang di masa kini. Sebagai contoh, feature phone dan smartphone
- Hal-hal yang pasti dibutuhkan untuk menopang bisnis yang sudah ada saat ini. Tidak hanya untuk saat ini, namun bisa pula dilihat apabila di masa depan diperlukan, maka itu juga bisa menjadi sebuah market yang potensial.
Meskipun demikian, saya tidak menyarankan untuk begitu saja meniru mentah-mentah kisah sukses layanan di negeri lain. Alasannya karena banyak hal yang kondisi awalnya berbeda antara luar negeri dan Indonesia. Kita harus memikirkan alasan mengapa service tersebut sukses di negeri tersebut.
Sebelum adanya service itu, apakah ada service lain (service offline contohnya) yang menyebabkan service yang sekarang berkembang. Hal-hal ini penting untuk dicari tahu sampai detail. Ketika ingin membuat service serupa di Indonesia, kita bisa melakukan revisi, misalnya sedikit mengubah bentuk atau kemasan dari service tersebut, supaya cocok dipakai oleh pengguna di Indonesia.
Yang saya ingin katakan adalah walaupun bentuk masa depan dari service tersebut sama, namun apabila needs yang dibutuhkan sekarang tidak dijawab atau terdapat gap, maka service tersebut tidak akan digunakan user dan tidak akan berhasil. Walaupun market-nya potensial di masa depan, apabila kita salah waktu (terlalu cepat misalnya) untuk memasukinya, maka bisnis kita tidak akan bisa berjalan.
Saya menyarankan kepada semua entrepreneur, setiap kali terpikirkan ide untuk membuat sebuah bisnis, selalulah berdiri di sudut pandang user dalam melihat besarnya potensial market tersebut. Akan lebih baik pula untuk dapat membuktikan seberapa besarnya potensial market tersebut ketika berdiri di sudut pandang user.
Artikel selanjutnya adalah tentang “Bagaimana kami melihat entrepreneur yang unggul”.
About CAV
CyberAgent Ventures adalah anak perusahaan dari CyberAgent Group, yang bergerak dalam bisnis kapital ventura yang mempunyai fokus dalam IT. Dengan lebih dari 150 portfolio yang telah di-investasi di Asia, termasuk Jepang, China, Indonesia, Vietnam, Taiwan dan Korea, CyberAgent Ventures telah membangun foundasi global network yang kuat. Dengan ini, mitra kami dapat mengakses network ini untuk memaksimalkan channel mereka secara regional.
[ilustrasi foto: Shutterstock]