Dark
Light

Startup Marketplace Bahan Pangan TokoWahab Pilih Tumbuh secara Organik

2 mins read
August 10, 2020
TokoWahab William Sunito
Founder & CEO TokoWahab William Sunito / TokoWahab

Mendirikan startup, mengumpulkan pendanaan sekian seri, lalu mengembangkan bisnis seluas mungkin merupakan template kesuksesan mayoritas startup di mana pun. Namun jalan itu bukan pilihan bagi William Sunito bersama startupnya TokoWahab.

William adalah generasi ketiga di keluarganya yang memiliki bisnis distribusi di bidang pastri dan bakeri sejak 1957. Sepulangnya dari sekolah di Amerika Serikat pada 2015, William mengembangkan bisnis keluarga tersebut menjadi sebuah marketplace bernama TokoWahab yang menyediakan segala kebutuhan UKM di bidang pastri dan bakeri.

Sebelum marketplace tersebut berdiri, William mengaku bisnis keluarganya hanya memasok untuk pabrik dan perusahaan waralaba bakeri/pastri yang tersebar di pusat-pusat perbelanjaan. Namun dari riset yang ia temukan, William mendapati 70% total bisnis bakeri dan pastri justru berasal dari UKM. Setelah mengetahui itu, ia memberanikan diri meluncurkan TokoWahab.

“Hingga saat ini ada lebih dari 20 official brand nasional dan internasional di platform kita,” ucap William.

Memilih pertumbuhan organik

Pria yang belum lama menerima predikat “30 Before 30” dari Forbes itu menyebut potensi pasar bakeri dan pastri sekitar $2-3 miliar atau sekitar Rp30 triliun hingga Rp45 triliun. Namun yang membuatnya lebih optimis adalah pertumbuhannya yang ia sebut masih di kisaran 12%-13%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan nilai jenis pangan lain.

Bahkan di saat pandemi begini, William mengaku bisnis kue masih menjadi selera publik. Pembatasan sosial berskala besar pada pertengahan Maret 2020 memang sempat membikin seret usaha, namun keadaan disebut membaik sejak Mei ketika musim libur idulfitri. Bahkan dua bulan terakhir William mengatakan animo masyarakat terhadap produk pastri & bakeri justru menguat berkaca dari kian populernya sejumlah jenis roti belakangan ini.

Dengan asumsi ingin berkembang lebih cepat, mencari tambahan permodalan ke modal ventura atau entitas serupa seharusnya menjadi pilihan yang lazim. Namun tidak bagi William. Ia mengaku sejauh ini sudah ada beberapa VC yang tertarik menaruh uangnya di TokoWahab. Namun untuk menjaga perusahaan tumbuh secara organik dan keberlanjutan yang lebih terjamin, William mengaku belum butuh melakukan pengumpulan dana.

“Kita masih prefer pertumbuhan yang sustain karena kita masih bisa grow dari profit kita. Kita juga belum memikirkan growth yang signifikan, so far organik aja,” imbuhnya.

TokoWahab memakai model bisnis B2B. Mereka menyeleksi sendiri dengan ketat produk-produk dari pemasok berkualitas dan memiliki lisensi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dari sekian jenis produk yang ada di marketplace itu, William menyebut produk keju, coklat, dan mentega sebagai primadona. Penjualan ketiga jenis itu bisa mencapai 50% total penjualan mereka.

Adapun keuntungan TokoWahab berasal dari selisih harga produk dan biaya bantuan pemasaran untuk merek-merek yang bekerja sama. Dari keduanya, William mengaku saat ini perusahaan terus tumbuh tanpa uang dari modal ventura mana pun.

Target besar

William mendirikan TokoWahab salah satunya karena berniat membantu menginspirasi UKM di bidang terkait. Namun secara perusahaan, ia bertekad menjadikan TokoWahab sebagai marketplace nomor wahid di bidang pastri dan bakeri di Indonesia.

William mengklaim pihaknya sudah menjadi pilihan bagi sekitar 4000 UKM. Dalam kurun beberapa tahun ke depan ia menargetkan TokoWahab dapat melipatgandakan angka tersebut. Jika hal itu tercapai, William cukup yakin perusahaannya mungkin tak akan pernah melakukan pendanaan.

“Dalam satu-dua tahun kita menargetkan menembus 10 ribu UMKM belanja di kita,” pungkas William.

Guna mencapai target tersebut, TokoWahab membuat sejumlah strategi dan penyesuaian. Terlebih di masa pandemi ini, bisnis makanan dan minuman mengalami masa-masa sulitnya. Ribuan restoran tutup dan platform penyuplai pun mengalami kesulitan hingga berhenti beroperasi. Menangkap rasa bosan masyarakat yang terus-menerus di rumah, William memilih menggencarkan pemasaran tentang cara membuat berbagai jenis kue serta tips & trik untuk membuka usaha.

Cara itu ia klaim membantu mereka melewati periode sulit di Maret dan April lalu. “Bahkan penjualan kita di Juni naik signifikan hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.”

Previous Story

Bagaimanakah Sebuah Ponsel Bisa Mengembangkan Strategi Tim Esports

Next Story

Dukungan Teknologi Untuk Produktivitas Pelaku Bisnis Startup dan UMKM

Latest from Blog

Don't Miss

Blibli Resmi Buka BliBli Store, Toko Integrasi Online dan Offline

Blibli saat ini resmi membuka toko offline-nya. Pembukaan toko fisik ini
Joint Venture Bukalapak CT Corp

CT Corp dan Bukalapak akan Bentuk Perusahaan Patungan di Bidang “Online Grocery”

Pemilik perusahaan konglomerasi Chairul Tanjung melalui PT Trans Retail Indonesia,