Masalah di industri logistik menjadi salah satu primadona makin berjamurnya startup yang mencoba menyelesaikannya. Salah satunya adalah Ritase. Startup ini merupakan platform digital layanan manajemen truk, menghubungkan pengirim barang dengan penerima barang secara real time.
CEO dan Founder Ritase Iman Kusnadi menuturkan potensi logistik di Indonesia memang besar, tetapi performanya menurun. Dari hasil riset yang ia lakukan, indeks performa logistik mengalami penurunan menjadi urutan ke 63 di 2016. Padahal, di 2014 Indonesia berada di urutan ke 54.
“Ini concern besar, dari potensi yang besar ternyata performanya turun dibandingkan negara lainnya. Lewat solusi yang kami hadirkan, saat dipresentasikan di hadapan Kementerian Perhubungan, mereka puas bahwa saat ini ada startup yang beri real time data saat truk lewat jalur Pantura,” kata Iman, Kamis (3/5).
Secara sederhana, Ritase ingin mendigitalkan proses kerja pemilik armada truk ke dalam bentuk aplikasi. Mulai dari proses pengambilan barang, pengiriman, sampai barang diterima ke tempat tujuan. Di dalam aplikasi pemilik armada, terdapat dompet digital untuk menerima pembayaran pesanan yang dapat dicairkan kapan saja.
Ada pula poin reward untuk setiap tugas yang berhasil mereka selesaikan dengan tepat waktu. Poin tersebut dapat di tukar dengan berbagai penawaran, seperti pulsa, voucher makan, dan lainnya.
Pemilik armada juga dapat menerima backhaul (menemukan muatan untuk dibawa kembali) ketika pesanan sudah dikirim. Di dalam aplikasi mereka dapat melihat laporan detil mengenai ID order, FTL, dimensi, berat hingga estimasi waktu dalam fitur Trip Management.
“Kalau dulu banyak yang menyangsikan supir ojek bisa kirim makanan, buktinya sekarang bisa. Nah sekarang kami ingin melakukan hal yang sama, namun untuk supir truk.”
Bagi pengirim barang, Ritase menyediakan informasi seputar status keberadaan barang, estimasi kedatangan barang, hingga informasi detil seluruh proses pengiriman. Melalui fitur Load Planning, mereka dapat mengatur jadwal pengiriman sesuai dengan dimensi dan berat barang.
Ada pula fitur Live Tracking dan Order Status untuk mendapatkan kepastian mengenai status terakhir dari barang yang dikirim. Dari berbagai fitur tersebut pengirim barang dapat menghindari berbagai potensi masalah transportasi dan logistik yang dapat terjadi.
Perusahaan menerapkan strategi monetisasi lewat komisi yang dibayarkan setiap transaksi yang terjadi. Besarannya tergantung volume kargo yang dikirimkan.
Kinerja dan target bisnis
Sebelumnya Ritase bernama Trucktobee, hingga akhirnya rebranding dimulai pada akhir 2016. Pada awal 2017 hingga kini perusahaan telah mengakuisisi 5.500 truk dan 6 ribu supir truk terdaftar.
Total perjalanannya mencapai 4 juta km, dengan 85% di antaranya adalah jalur Pantura, menampung 200 juta kg kargo ke 65 ribu titik pengiriman dan nilai barang sebesar US$8 miliar.
Dari segi klien, kebanyakan berasal dari industri FMCG, seperti Lotte Grosir, Philips Lightning, Gunung Sewu, Kraft Heinz, dan lain sebagainya.
Iman mengaku perusahaan akan terus menggenjot kinerjanya dengan mendirikan berbagai lokasi hub di kawasan industri. Wilayah yang disasar seperti Medan, Surabaya, Cikarang, dan Jabodetabek.
“Tantangan kami adalah edukasi supir truk, untuk itu butuh bangun hub di berbagai lokasi agar semakin mudah mereka menjangkau kami.”
Dalam rangka mendukung rencananya tersebut perusahaan telah mendapatkan pendanaan Pra Seri A pada awal tahun ini dengan nilai yang tidak disebutkan. Investasi tersebut datang dari Insignia Venture Partners, Skystar Capital, dan seorang angel investor Tarun Gandhi.