Inefisiensi yang kerap bercokol dalam industri logistik mendorong kelahiran Logisly. Startup baru tersebut dibuat tidak hanya untuk memudahkan pemilik barang mencari truk pengangkut, tapi juga melancarkan arus transaksi dalam bisnis logistik yang dikenal lambat.
Logisly mulai beroperasi sejak April 2019 sebagai aplikasi penyedia truk angkut berbagai tipe. Baru pada Rabu (31/7) siang tadi mereka resmi memperkenalkan produknya ke publik.
Roolin Njotosetiadi adalah CEO sekaligus pendiri Logisly. Perempuan yang tadinya bekerja sebagai Head of Product Kudo ini menyebut teknologi Logisly memungkinkan pengusaha truk memperoleh klien jauh lebih mudah lewat sistem yang mereka buat.
“Sering kali truk berjalan tanpa muatan atau di pool saja, tidak mendapat order. Manajemen di perusahaan UKM truk banyak yang masih bersifat manual,” kata Roolin.
Adapun jenis truk yang tersedia dalam platform Logisly mulai dari van, trailer, tronton, hingga flatbed/reefer. Total mereka mengklaim sudah menyediakan 5000 truk dari ratusan mitra transportir
Meski sekilas menyerupai GoBox, Logisly sama sekali tidak bermain di pasar konsumen individu, melainkan di pasar business to business (B2B). Mereka juga tidak memakai sistem bagi hasil atau komisi seperti halnya kompetitor.
Roolin menuturkan pihaknya mengambil untung dari margin biaya yang mereka dapatkan dari shipper dan transportir sehingga mereka tetap dapat memperoleh profit meskipun layanannya gratis.
“Bisa juga misalnya dari layanan premium yang mana kita bisa memberikan optimalisasi rute bagi truk yang punya multi-destinasi agar efisien,” tutur Roolin memberi contoh.
Dari sisi pengusaha truk keberadaan Logisly dinilai signifikan karena mempermudah pengusaha truk menemukan klien agar kendaraan mereka tak lama menganggur. Logisly juga memberikan jaminan pembayaran dalam kurun dua hari. yang mana kerap kali ongkos jasa angkut truk baru dibayarkan setelah 14-30 hari pengantaran selesai.
Sementara dari sudut pandang shipper, layanan Logisly juga disebut memudahkan mencari truk sesuai kebutuhan hingga memudahkan pemeriksaan dokumen proof of delivery (POD).
Logisly memperkirakan saat ini ada 8 juta unit truk di seluruh Indonesia dengan potensi ekonomi dari sektor ini sekitar US$100 miliar. Dan menyitir tren industri logistik, pada tahun lalu sektor ini bernilai Rp797,3 triliun dan diprediksi tumbuh 11,56 persen menjadi Rp889,4 triliun. Dari sekian besar pasar itu, Roolin menargetkan menambah mitra transportir menjadi 1.000 dan menggaet 1.000 shipper.
“Truknya saja masih belum 1 persen, kesempatan masih besar dan perjalanan masih panjang,” pungkas Roolin.