Dark
Light

Startup Insurtech Qoala Rambah Segmen B2B dan B2B2C

2 mins read
April 9, 2021
Qoala for Enterprise
Qoala hadirkan konsep omnichannel, hubungkan pengguna dengan berbagai produk asuransi dari berbagai perusahaan / Qoala

Platform insurtech Qoala mengumumkan perluasan model bisnis ke segmen B2B dan B2B2C dengan meluncurkan Qoala for Enterprise. Layanan ini menawarkan solusi asuransi untuk bisnis, baik untuk memenuhi kebutuhan internal maupun sebagai sumber peningkatan kepuasan konsumen.

“Lewat perubahan nama lini bisnis partnership kami menjadi Qoala for Enterprise ini, Qoala ingin menegaskan komitmen kepada partner bisnis kami untuk memberdayakan bisnis lewat solusi asuransi yang inovatif,” ujar Founder & CEO Qoala Harshet Lunani.

Sebelumnya Qoala memang sudah bermitra dengan beberapa pemain digital, salah satunya Grab untuk menghadirkan ragam produk asuransi di aplikasi super tersebut. Kini pihaknya mengklaim telah menjalin kerja sama dengan beberapa platform digital, di antaranya Traveloka, Tokopedia, Shopee, Blibli, JD.ID, Digimap, Investree, SiCepat, OVO, Dana, termasuk juga dengan Momo (Vietnam) dan OYO (India).

Harshet menjelaskan, Qoala for Enterprise memungkinkan rekanan bisnis menghemat ongkos untuk struktur biaya asuransi hingga mencapai 25 persen, serta mendapat pemasukan tambahan melalui sistem IT yang canggih. Dalam proses kolaborasi baik dengan perusahaan asuransi maupun klien, Qoala membantu dalam hal desain produk, penetapan harga, integrasi platform, dukungan klaim, dan lainnya.

“Produk yang dikembangkan bisa disesuaikan dengan kebutuhan bisnis yang dinamis, didukung teknologi mutakhir yang memungkinkan integrasi dan sinkronisasi data tanpa repot. Saat ini kami menyediakan setidaknya lima jenis solusi asuransi, yakni asuransi logistik, asuransi kesehatan, asuransi perjalanan, asuransi gadget dan asuransi kredit,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menambahkan, “Qoala for Enterprise juga menyediakan analisis end-to-end dari performa produk dan perilaku konsumen partner bisnis Qoala. Bahkan, teknologi artificial intelligence dan machine learning milik Qoala bisa mendeteksi penipuan secara cepat.”

Terkait penerapan yang unik tersebut dicontohkan, Qoala dan OYO berkolaborasi untuk memberikan proteksi bagi pelanggan selama menetap di properti di wilayah Asia Tenggara. Proteksi yang diberikan adalah dalam bentuk produk asuransi inovatif, yang baru pertama ada dalam industri asuransi di seluruh dunia.

Harshet meyakini, cara terbaik untuk meningkatkan kualitas kolaborasi adalah melalui pasar yang telah memiliki insentif dan pemahaman yang tepat. Menurutnya, kolaborasi yang optimal berfokus kepada proses dan hasil sekaligus.

Genjot bisnis asuransi digital

Belum lama ini Qoala baru melancarkan ekspansi bisnis ke Thailand, didukung lewat aksi korporasi dengan mengakuisisi startup insurtech setempat Fairdee. April 2020 lalu, mereka juga baru bukukan pendanaan seri A senilai 209 miliar Rupiah yang dipimpin Centauri Fund, dana kelolaan Telkom dan KB Financial Group.

Dengan konsep omnichannel, Qoala menghubungkan pengguna dengan berbagai produk asuransi. Saat ini sudah ada 20an rekanan perusahaan asuransi yang tergabung ke aplikasi dengan 8 juta lebih transaksi yang berhasil dibukukan. Salah satu strategi penetrasi pasar yang diambil adalah melalui produk asuransi mikro, seperti perlindungan gadget; dan sudah diintegrasikan dengan beberapa platform digital lainnya.

Selain Qoala, di Indonesia juga sudah ada beberapa platform serupa. Salah satu yang cukup signifikan adalah PasarPolis. Awal tahun ini mereka baru bukukan pendanaan tambahan lebih dari 70 miliar Rupiah dari IFC. Sebelumnya pada September 2020 PasarPolis juga baru umumkan pendanaan seri B senilai 796 miliar Rupiah — jadi pendanaan terbesar di lanskap insurtech Asia Tenggara. Selain di Indonesia, mereka juga sudah mencakup pasar Thailand dan Vietnam.

Pandemi Covid-19 turut tidak menyurutkan pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia. Dari data yang dirangkum Lifepal, ditunjukkan adanya pemulihan yang relatif cepat terkait pendapatan bruto premi untuk asuransi jiwa sepanjang tahun 2020. Apalagi di bulan Juni 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu nilainya meningkat.

Selain itu, mengutip hasil studi Munich Re Economic Research, Indonesia akan memimpin pertumbuhan premi asuransi kesehatan dan jiwa dari tahun 2019-2030, dengan CAGR sebesar 9,1%. Sepanjang taun 2019, premi yang berhasil dibukukan sudah mencapai 185,3 triliun Rupiah untuk asuransi jiwa dan 80,1 triliun Rupiah untuk asuransi kesehatan.

Kehadiran insurtech dan startup digital secara umum juga menjadi angin segar bagi perusahaan asuransi. Data kami menunjukkan, bahwa minat untuk mengintegrasikan produk atau layanan asuransi ke kanal digital terus meningkat. Sepanjang tahun 2020 saja, ada delapan peresmian kerja sama strategis antara perusahaan asuransi dan platform digital yang diumumkan ke publik.

Beberapa startup menunjukkan data yang sangat menarik tentang capaiannya di lini insurtech. Belum lama ini Grab Financial mengumumkan sepanjang dua tahun beroperasi di Asia Tenggara, unit insurtech mereka berhasil menjual 100 juta polis. Dalam rilisnya Tokopedia juga menyampaikan, per akhir 2020 produk asuransi mikro seperti “Proteksi Gadget” yang dijajakan kepada pengguna telah mengalami peningkatan transaksi hingga 70 kali lupat.

Application Information Will Show Up Here
Platform live streaming GoPlay Live mencatat tayangan meningkat secara signifikan hingga 10 kali lipat sepanjang kuartal I 2021 dan kreator konten naik 100%
Previous Story

Banyak Peminat, GoPlay Perkuat Fitur “Live Stream”

Co-Founder & CEO Rentique Dea Amira / Rentique
Next Story

Aplikasi Rentique Jembatani Pengguna dengan Desainer dan Brand Fesyen

Latest from Blog

Don't Miss

DailySocial mewawancarai Raunak Mehta dari Igloo / DailySocial

[Video] Strategi Kolaborasi Platform Insurtech Igloo

Makin banyak platform insurtech yang tersedia di Indonesia. Tidak hanya
Cleosent Randing (tengah) bersama anggota tim PasarPolis di Jakarta / PasarPolis

Strategi PasarPolis Menempatkan Asuransi sebagai Bagian Gaya Hidup Digital

Sejak lima tahun ke belakang, penetrasi asuransi di Indonesia masih