Dark
Light

Square Enix Lihat Peluang Mobile Game, Termasuk di Indonesia

2 mins read
August 11, 2011

Hari Selasa kemarin saya dan rekan-rekan media, berkesempatan bertemu dengan beberapa orang dari Square Enix antara lain Takashi Tokita – Producer, Senior Manager Mobile Business Divison, Sachiko Takahashi – Senior Manager, Business Development Corporate Planning Division dan Hayato Sawada -Project Investment Manager Division. Mereka datang dalam rangka kuliah umum sekaligus pengenalan lomba ide game yang diadakan oleh Mikti di kampus ITB.

Tentunya saya tidak akan membahas game atau pengembangan game oleh Square Enix, saya lebih tertarik dengan beberapa hal yang berhubungan dengan startup di segmen game di Indonesia, Bandung khususnya dan terutama juga untuk mobile game.

Ada beberapa studio mobile game yang muncul belakangan atau yang sudah ada sejak lama dan cukup memberikan perhatian tidak hanya dari produk – permainan yang dikembangkannya, tetapi dari startup game-nya itu sendiri. Setidaknya ada beberapa seperti AnantarupaElasitasOneBit, untuk Bandung ada Nightspade yang mendapatkan investasi dari East Ventures juga Agate yang cukup banyak memproduksi game mobile, tentunya masih ada beberapa lagi studio game di Bandung, serta berbagai startup baru lain yang masuk ke segmen ini.

Bisa jadi berbagai studio game ini memiliki pemikiran yang sama dengan Square Enix, bahwa smartphones dan perangkat bergerak adalah peluang selanjutnya dari game, dimana para pengguna bisa memainkan game dimana saja dan membawa permainan favorit mereka kemanapun mereka pergi. Seperti juga yang dijelaskan Takashi Tokita dalam presentasinya bahwa penetrasi smartphone membuka peluang besar untuk game, seperti juga yang dilihat oleh Square Enix, salah satunya adalah kompetisi game bekerja sama dengan Mikti.

Square Enix memang lebih dikenal dengan game non-mobile, namun mereka melihat adanya tren baru dari penetrasi perangkat bergerak. Mereka juga ingin menambah segmen baru dari portofolio game mereka, meski sebenarnya mereka telah memiliki game di ranah mobile dan telah bekerja sama dengan berbagai partner untuk game mobile, namun kali ini mereka ingin memberikan fokus yang lebih besar.

Ditanya perihal Indonesia dan kenapa mereka hadir di sini, ada beberapa poin yang Takashi jelaskan, antara lain populasi, peluang pasar, cita rasa (Indonesia memiliki cita rasa yang tidak terlalu berbeda dengan Jepang) serta peluang untuk membawa game dari Jepang ke Indonesia serta sebaliknya, semacam lokalisasi game yang sebelumnya hanya diluncurkan di Jepang ke Indonesia dan sebaliknya.

Selama di Bandung, selain memberiakan kuliah umum di ITB, rombongan Square Enix ini mengunjungi dua studio di Bandung, satu studio game dan satu lagi studio animasi. Takeshi melihat perkembangan yang ada di Bandung mirip dengan di Jepang 20 tahun yang lalu, studio dikelola oleh anak muda dan pekerja keras, ia juga merasakan nostalgia dengan pekerjaannya dulu.

Lalu apakah Square Enix akan mengakuisisi pengembang game lokal? Takashi menjelaskan bahwa Square Enix belum berencana untuk melakukan hal ini, mereka lebih memilih untuk bekerja sama, masih ada peluang yang bisa diraih meski tidak mengakuisisi, mereka juga telah berpengalaman dengan berbagai pihak untuk diajak kerja sama, jadi ini yang akan dioptimalkan.

Ada beberapa pandangan bahwa pengguna di Indonesia kurang suka dengan game berbayar, mereka lebih memilih untuk menggunduh mobile game gratisan, Takashi menjelaskan bahwa untuk masalah free games, mereka berkompetisi dengan model ini diberbagai pasar, tidak hanya di Indonesia, hal ini juga menjadi perhatian Square Enix, mereka akan menyusun strategi agar membuat permainan mereka menarik termasuk juga melihat perkembangan yang ada di segmen Facebook Games.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, berikut beberapa tips yang diberikan Takashi bagi para pengembang game, judul permainan yang dikembangkan sebaiknya mudah untuk dimengerti, judul sangat penting untuk menjelaskan game secara keseluruhan, bisa juga melihat dari sisi lokal untuk penggunaan judul. Kemudian jika mengembangkan game, konsep harus solid, jangan mengubah konsep di tengah jalan dan terakhir ketika mengembangkan game, sebelum game diselesaikan atau masih dalam tahap pengembangkan, Takashi menyarankan untuk jangan terlalu memperhatikan detail.

Dalam rangka mempromosikan Game Ideas Competition yang diselenggarakan Mikti dan Square Enix, lomba ini memiliki dua kategori, yang pertama adalah ide game untuk Android, akan ada 10 pemenang yang masing-masing akan mendapatkan hadiah 3 juta rupiah, nantinya pemenang ini akan diminta untuk mengembangkan game dalam waktu yang disepakati, lalu akan dipilih 3 pemenang untuk mendapatkan hadiah uang tunai total 30 juta, game akan diterbitkan oleh Square Enix. Lalu kategori kedua adalah kompetisi game, ini untuk mereka yang telah memiliki game tapi belum dipublikasikan di Android, akan ada 3 pemenang dengan total hadiah 30 juta, game pemenang berpeluang diterbitkan oleh Square Enix. Royalti tetap akan diberikan pada pemenang.

Rombongan akan mampir juga ke kota Jakarta (hari ini) dan Jogja tanggal 12 Agustus 2011. Untuk informasi lomba ide game bisa dilihat di sini.

Wiku Baskoro

Penggemar streetphotography, penikmat gadget, platform agnostic gamers, build Hybrid.co.id to make impact.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Previous Story

Kiprah Yotomo di Layanan Berbasis Lokasi

Next Story

Menoo! Tingkatkan Kerjasama dengan Berbagai Deals

Latest from Blog

Don't Miss

Pentingnya Industri Telekomunikasi untuk Kembangkan Industri Game dan Esports

Nilai dari industri game meroket selama pandemi COVID-19. Bahkan setelah

Niko Partners: Pertumbuhan Industri Game Indonesia di 2023 Melambat

Game menjadi salah satu industri yang justru tumbuh selama pandemi