Aulia memberitahukan pada saya sebuah kabar yang bisa jadi adalah salah satu kabar yang saya tunggu-tunggu selama ini, meski memang masih harus diikuti perkembangan selanjutnya namun bisa menjadi pintu awal ke arah sana.
Seperti yang dituliskan oleh TechCrunch, Spotify dikabarkan merekrut mantan karyawan Google untuk memimpin ekspansi di Asia, dari artikel tersebut dijelaskan bahwa mantan eksekutif Google, Dan Brody, menjadi General Manager Asia-Pasific.
Alexia Tsotsis dalam artikel tersebut juga mengatakan bahwa Dan Brody sedang mencari kandidat karyawan Spotify untuk di Hong Kong, Singapura dan Sydney.
Spotify, secara sederhana adalah layanan musik on demand – streaming, kita bisa mendengarkan lagu dari koleksi mereka yang telah berjumlah 15 juta lagu dengan dukungan 4 perusahaan rekaman besar, pengguna membayar layanan mereka seharga $5 dan untuk mobile $10 perbulan (data diambil dari majalah Businessweek edisi 18 – 24 Agustus 2011).
Layanan Spotify saat ini telah tersedia di US serta berbagai negara Eropa yang sebelumnya telah tersedia seperti di UK, Perancis, Spanyol, Belanda, Swedia, Norwegia dan Finlandia.
Terus terang saya sendiri berharap layanan ini bisa dinikmati di Indonesia, seperti yang pernah saya sebutkan di tulisan sebelumnya bahwa layanan musik perlu penyegaran, dan apa yang dilakukan Spotify bisa menjadi salah satu gambaran. Meski banyak layanan sejenis (di luar negeri) entah kenapa saya lebih tertarik dengan apa yang dilakukan Spotify, bisa jadi ada pengaruh atas founder dari Spotify Daniel Ek. Apalagi setelah integrasi layanan ini dengan Facebook beberapa waktu lalu.
Sebetulnya saya berharap ada layanan lokal di segmen musik yang bisa membawa cara baru dalam menikmati musik, beberapa sudah ada namun saya masih melihat belum begitu menarik atau hanya menyediakan koleksi musik yang tidak membuat saya tertarik.
Tentunya masih banyak yang mesti dipertanyakan, selain masih belum jelas terlihat strategi mereka di Asia dan apakah Indonesia akan termasuk negara yang bisa menikmati layanan ini, belum lagi masalah kecepatan akses internet serta budaya langganan yang tetap bisa diperdebatkan. Serta tentunya dari sisi persoalan atas label musik itu sendiri, yang sejauh yang saya tahu menjadi salah satu problem pelik yang harus dipecahkan Spotify sebelum mereka akhirnya bisa masuk ke US.
Saya dan beberapa rekan di DailySocial merasa tertarik atas tema musik termasuk berita rencana Spotify masuk ke Asia, kami berencana untuk menggali info lebih lanjut termasuk dari sisi pasar Indonesia sendiri. Jadi sampai jumpa di tulisan selanjutnya.