Kesuksesan miniatur robot BB-8 di tahun 2015 menjadi penggerak Sphero untuk terus mengebut perkembangannya di kategori connected toys lewat sejumlah franchise lain Disney, mulai dari Lightning McQueen sampai Spider-Man. Namun semua ini tidak membuat Sphero lupa akan jati diri mereka sebenarnya, dan kali ini mereka memutuskan untuk kembali ke akarnya.
Dari situ lahirlah Sphero Mini, yang pada dasarnya merupakan Sphero 2.0 versi mungil. Dengan diameter 42 mm (tidak lebih besar dari bola pingpong) dan bobot 46 gram, Sphero Mini harus rela mengorbankan sejumlah kelebihan kakaknya yang lebih besar, utamanya wireless charging dan ketahanan air.
Selebihnya, Sphero Mini masih secanggih kakaknya. Berbekal gyroscope, accelerometer dan konektivitas Bluetooth, ia dapat dikendalikan layaknya mobil R/C hanya dengan menggunakan smartphone. Sphero bahkan tak lupa menambahkan fitur Face Drive, yang memungkinkan pengguna untuk mengendalikan Mini menggunakan ekspresi wajahnya.
Lebih lanjut, Mini dapat dijadikan controller untuk sejumlah mini game pada aplikasi pendamping Sphero. Sphero bilang kalau Mini dapat mendeteksi Mini lain di dekatnya, namun mereka sejauh ini masih menggodok fitur yang ideal untuk kemampuan tersebut. Terakhir, Sphero Mini juga merupakan medium belajar coding yang menyenangkan.
Mini turut dilengkapi lampu LED yang bisa menyala dalam jutaan warna yang diinginkan. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 45 menit sebelum perlu diisi ulang via micro USB selama sekitar satu jam.
Pada akhirnya, tujuan utama Sphero menciptakan Mini adalah untuk memastikan produknya lebih mudah diakses oleh semua kalangan konsumen. Itulah alasan di balik banderol Mini yang cukup terjangkau, tepatnya $50.
Sumber: TechCrunch.